Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎISᗰ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎISᗰ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menimang Misi Pater Allan di Pacar: Menghadirkan Injil dan Cengkeh

8 Agustus 2020   03:00 Diperbarui: 8 Agustus 2020   16:36 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Swafoto Pater Allan bersama umat Paroki di Keuskupan Sorong, Papua (Dok REBA LOMEH)

Tulisan ini bercerita tentang Pater Allan, salah satu Misionaris Barat, yang menjadi Pastor Paroki pertama di Gereja St. Nikolaus Pacar, Kecamatan Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, Flores.

Selain manjadi Pastor Paroki pertama, beliau juga berhasil mendirikan bangunan gereja dan menjadi orang pertama yang memperkenalkan tanaman cengkeh kepada umat.

Nama lengkapnya adalah P. Allan Geogehan NasrayaSVD. 'Tuang Allan', begitu umat di Paroki Pacar dulu memanggilnya. Pater Allan adalah Imam kelahiran Dublin-Irlandia, 7 Maret 1948.

Kebetulan, sebelum saya mendapat wahyu untuk menuliskan artikel ini, berapa hari yang lalu saya berkesempatan berbincang-bincang dengan beliau melalui obrolan whatsapp. Tak lupa juga saya menanyai perihal misi beliau sewaktu pertama kali menghadirkan bibit cengkeh ke tengah-tengah umat Paroki.

Boleh di bilang hal ini saya lakukan semacam verifikasi faktual atas cerita-cerita yang selama ini berseliweran di tengah umat terkait karya pastoralnya sewaktu di Pacar dulu.

Namun, banyak yang beliau lupa. Setiap kali saya bertanya, jawabnya 'saya kurang ingat pasti', atau, 'coba tanya saja ke Bapakmu'. Ihwal Bapak saya dulunya pernah tinggal bersama beliau di Paroki.

Tidak banyak yang beliau ingat seputar sejarah pastoralnya di Paroki Pacar. Kendati, usianya sekarang sudah tua dan daya ingatannya juga menurun.

Akan tetapi satu yang beliau ingat pasti menyoal cengkeh, yakni sebelum bertolak dari Maluku ke Manggarai sekitar tahun 70-an, ia bersama Misionaris lain membawa serta bibit tanaman cengkeh.

Setelah mendapat tugas dari pimpinan SVD yang berpusat di Ruteng, Kabupaten Manggarai, sekitar tahun 1971, Pater Allan segera menata reksa wilayah misi di wilayah Pacar (yang sekarang sudah menjadi salah satu Kecamatan di Kabupaten Manggarai Barat).

Seketika memulai karya pastoralnya di wilayah Pacar, beliau sangat rutin melawat ke sejumlah tempat. Tentu dalam hal ini turut serta membawa misi memperkenalkan Injil sebagai pondasi iman Katolik yang kokoh ke tengah-tengah umat.

Tak pelak, berkat karya pewartaan Injil yang beliau lakukan semasa itu, sesekini membuat iman akan Tuhan tumbuh subur di tengah umat separoki Pacar dan wilayah lain yang pernah beliau singgah, tentu saja.

Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, dalam lawatan rutinnya ke desa-desa semasa itu, beliau dan beberapa pembantunya, membawa serta bibit cengkeh dalam bentuk koker.

Hal ini dilakukan oleh Pater Allan untuk mendukung piranti-piranti misi gereja yang efektif. Di sana beliau juga tampil sebagai penyuluh pertanian dan turut membuka kursus pertanian atau perkebunan.

Gereja St. Nikolaus Pacar setelah selesai di bangun tahun 1974. (Dok REBA LOMEH)
Gereja St. Nikolaus Pacar setelah selesai di bangun tahun 1974. (Dok REBA LOMEH)

Menurut penuturan sang Bapak yang notabene sewaktu muda pernah tinggal bersama Pater Allan, setiap akhir pekan mereka selalu pergi ke Ruteng. Mereka pergi untuk mengambil bibit cengkeh diperkebunan milik komunitas SVD.

Menariknya, sewaktu itu mereka pergi dengan menunggangi kuda. Karena seketika itu sama sekali belum ada kendaraan seperti sekarang ini. Oleh karena jarak tempuh yang jauh, terkadang malamnya mereka harus menginap di tengah perjalanan. Sebelum melanjutkan perjalan keesokan harinya.

Demikian halnya diperjalanan pulang. Mereka harus menginap lagi sembari mengistirahatkan kuda-kuda tunggangan.

Setibanya di Paroki Pacar, bibit-bibit cengkeh ini kemudian dibagi-bagikan oleh Pater Allan kepada seluruh umat. Tak hanya membagi bibit, ia juga turut memberi arahan tentang teknik menanam dan merawat cengkeh yang baik.

Sering Berkotbah di Kebun

Ada satu kebiasaan Pater Allan yang terbilang unik semasa itu. Yakni, sering berkotbah di kebun milik umat. Seolah-olah memindahkan altar ke tengah ladang.

Menurut Bapak saya yang dulu selalu ada di samping Pater Allan, hal itu dilakukannya lantaran menurut penafsiran Pater Allan, ekonomi janganlah di reduksi hanya ke dalam bentuk uang. Melainkan juga ikut andil dalam pemberdayaan umat. Dalam hal ini mengadvokasi para petani.

Salah satu kebun cengkeh kami. Moyang daripada cengkeh ini dulunya adalah cengkeh-cengkeh yang dibagikan oleh Pater Allan (Dok REBA LOMEH)
Salah satu kebun cengkeh kami. Moyang daripada cengkeh ini dulunya adalah cengkeh-cengkeh yang dibagikan oleh Pater Allan (Dok REBA LOMEH)

Semasa itu juga, para petani di Pacar dan wilayah lain hidupnya masih bergantung dengan pisang, umbi-umbian, kopi dan kemiri. Sama sekali belum mencoba alternatif komoditas lain. Berkenaan dengan itu, Pater Allan memperkenalkan tanaman baru (baca: cengkeh) ini kepada mereka.

Dengan begitu, sekitar tahun 1975, umat di Paroki Pacar dan sekitarnya mulai gencar menanam cengkeh.

Sebenarnya bukan hanya kursus pertanian saja yang dlakukan oleh Pater Allan sewaktu itu. Melainkan juga turut membuka sekolah, kursus pertukangan dan berbagai keahlian lainnya. 

Dengan begitu, kehadiran Pater Allan dari Kongregasi SVD (Societas Verbi Devini) di Pacar, begitu di sambut dengan baik oleh umat.

Namun sepeninggalan beliau, hingga saat ini spirit itu seakan mulai hilang dalam gereja Katolik di Paroki Pacar. Lebih tepatnya, pada diri imam-imam yang berkarya setelahnya.

Pendek kata, berkat kepiawaian dan semangat misi menggereja ala Pater Allan sewaktu itu, kini saya boleh berkesimpulan bahwa, setiap petani cengkeh di Pacar saat ini secara ekonomi hidupnya lumayan baik.

Karena pada dasarnya, cengkeh merupakan salah satu komoditas unggulan dengan segudang manfaat. Begitu juga bila kita berbicara soal harga.

Cerita baik ini tentunya tak terlepas dari karya dan/atau andil Pater Allan pada empat puluh tahun yang lalu. Di mana beliau tak hanya menanamkan semangat spiritual, tapi juga semangat pembaharuan ekonomi dan pemberdayaan umat.

Swafoto Pater Allan bersama umat Paroki di Keuskupan Sorong, Papua (Dok REBA LOMEH)
Swafoto Pater Allan bersama umat Paroki di Keuskupan Sorong, Papua (Dok REBA LOMEH)

Hakikat karya pastoral Pater Allan ada pada keseimbangan semangat spiritual dan kesejahteraan hidup umat. Itu pandangan saya tentang filosofi yang ditanamkan oleh Pater Allan. Meski dalam hal ini, ia tak pernah menyatakan dengan tegas.

Akhirul kata, Opa Pater, ini catatan kenang-kenangan spesial dari saya untukmu. Semoga tetap sehat, panjang umur dan senantiasa semangat mengemban karya pastoral di Keuskupan Sorong, Papua.

We Love You, Father_

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun