Mohon tunggu...
steven tamstil
steven tamstil Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru and penulis yang memiliki banyak hobby

Telah bekerja sebagai graphic designer and telah menjadi guru dan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Secret Club - Chapter 21

17 April 2019   19:49 Diperbarui: 17 April 2019   19:51 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Chapter 21: Ravequelania.
Narator: Anita Prabowo

Bapakku seorang jendral. Aku selalu berdiri dibayangan bapakku. Dia berkata bahwa manusia sekarang tidak ada jiwa keadilan selama ini. Mereka sekarang telah tercemar oleh keserahkahan akan uang dan kekuasaan. Kita harus menjadi bayangan untuk melindungin keadilan yang ditanamankan oleh idiology kita sendiri. Aku temukan bahwa dia seorang Petrus (Penembak Misterius). Dia selalu bekerja di dalam bahwa tanah untuk membunuh para pengacau dan preman-preman mengganggu masyarakat. Aku mencurigai dirinya bahwa setiap hari dia pulang dengan bau mesiu.


Ibuku orang yang sangat ramah dan lembut, beliau meninggal setelah aku lulus dari sekolah dasar. Beliau meninggal karena kanker payudara. Sejak ibuku ada, ibu selalu mengajak aku pergi ke gereja katolik. Aku sangat tenang saat di gereja. Aku tidak menganut agama ibu. Aku ikut dengan agama bapakku yaitu Islam. Aku memilih agama Islam, karena aku ingin menjadi seperti bapakku. Aku juga memilih menjadi Vegetarian juga keputusan sendiri, itu disebabkan aku melihat korban disembelih saat Idul Adha. Saya melihat tangis dari tatapan mata mereka. Aku bisa merasakan seseorang yang ada masalah dari tatapan mata mereka. Aku juga mengetahui orang tersebut berbohong dari mengetahui suara detak jantung. Aku juga mengetahui orang yang mendapat masalah dari mendengar detak jantung seseorang.


Aku pernah memukul senior karateku. Aku menghajar dia karena dia mengganggu salah satu teman kelasku. Kakak Seniorku ini sering mengancam teman kelasku dengan memintai uang dan menyuruhnya mengerjain pekerjaan rumah kakak senior.
Aku tidak sabar akan tindakan kakak kelasku. Akhirnya aku mengambil tindakan secepatnya. Tindakan yang terlalu terburu-buru adalah tindakan yang tidak bijaksana. Itu tindakan yang seperti itu sering diingatkan oleh sensei karate aku. Setelah aku mendapat masalah mengenai perkelahian.


Karena masalah perkelahian itu, bapakku dipanggil di sekolah dan berhadapan dengan kepala sekolah, orang tua seniorku, dan seorang pengacara seniorku. Orang tua dari seniorku rencana mau menuntut untuk ganti rugi biaya rumah sakit. Aku tidak memukul dia tidak terlalu parah, aku tidak mematahkan tangan dia, melainkan cuma memar biasa saja. Kakak seniorku cukup kaya, itu sebabnya dia sangat sombong dan banyak bicara. Orang tua seniorku ini juga orang tua sangat sombong. Mereka cuma orang yang baru kaya saja, itu sebabnya mereka banyak tingkah dan sombong.


Bapakku menitipkan aku kepada sensei Yamamoto sepenuhnya, akibat kejadian itu. Aku mulai hidup penuh disiplin selama hidup dengan Sensei Yamamoto.
Sensei Yamamoto teman lama bapak sejak bapak bertugas di Jepang. Sensei akhirnya menetap di Jakarta setelah dia menikah dengan orang Indonesia. Dia bisa berbicara bahasa Indonesia, meskipun sekarang kedengaran sangat aneh juga. Anaknya juga sudah berumur sedang aku.


Sensei Yamamoto mengajarkan ilmu karate juga kepadaku, tetapi ilmu karate ini sangat berbeda dengan karate yang aku pernah pelajari. Dia menyebutkan aliran karate ini disebut Kuro no Ryu yang berarti naga hitam. Teknik karate ini mengajarkan untuk melebihi batas kemampuan manusia biasa. Kemampuan karate ini bisa manipulasi otot, indra, dan adrenalin. Sensei berkata bahwa kalau manusia bisa mengatur adrenalin, mereka bisa melihat peluru dan bergerak sangat cepat daripada manusia biasa. Karate Naga hitam ini mengatur pernafasan untuk memperketat otot menjadi keras. Itu salah satu dasar karate untuk mudah memecahkan batu, bergerak sangat cepat, dan dapat melompat tinggi juga. Teknik ini tidak boleh tunjukan oleh siapa-siapa dan sangat rahasia. Aku berpikir sangat disayangkan kalau tidak digunakan sama sekali.


Sensei bertanya kepadaku,"Kamu akan gunakan sebagai apa setelah tahu teknik ini?"
"Melawan kejahatan dan membela keadilan." Itu pikiranku yang masih lugu atau naif.
Sensei tertawa akan pikiranku. Dia berkata itu sebuah lelucon.
Aku menatap dia dengan serius dan aku berkata,"Itu yang aku mau."
Dia melihat aku lagi dan dia makin tertarik untuk melatih aku.
"Apa kamu tahu caranya? Seperti kejadian tadi. Kejadian kamu sudah menyusahkan bapakmu. Apa kamu ingin mengulang itu sekali lagi?"
Aku mulai teringat akan bapakku. Sensei berkata benar. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kalau aku berkelahi lagi aku akan membawa masalah. Apa yang harus aku lakukan?
"Pikirkan sekali lagi. Melakukan tindakan terlalu terburu-buru adalah tindakan yang salah."
Sensei berdiri dan meninggalkan aku
"Besok kamu akan pindah sekolah di Santo Bartholomew." Sekolah itu dikenal sebagai sekolah para atlit dan sekolah yang sangat ketat. Mereka mengunakan sistem militer. Guru-guru dan pengawas-pengawas di sana sangat ringan tangan. Sekolah yang sangat bagus dan terkenal. Sekolah itu dikenal sebutan sekolah penjara elit. Anak-anak nakal yang sering berkelahi, mereka dikirimkan di sana oleh orang tua mereka. Sekolah mereka selalu menang akan pertandingan olah raga. Pelajaran yang mereka ikuti tidak terlalu susah. Ulangan harian mereka juga tidak terlalu susah. Makan yang disediakan mereka juga makanan sehat untuk kesehatan. Mereka harus tidak boleh telat dan harus berbaris di halaman pada pagi hari. Mereka juga harus siap sedia di dalam gereja. Di sekolah Bartholomew ini adalah sekolah Katolik. Mereka mengunakan aturan lama dan militer. Meskipun sekolah yang sangat ketat, tetap saja ada anak-anak geng yang suka membully anak-anak yang lemah. Anak-anak geng ini selalu membuat onar setelah mereka diluar sekolah. Di dalam sekolah mereka terikat oleh aturan-aturan yang sangat ketat. Kita tidak boleh berbicara pada saat pelajaran dan telat masuk pelajaran, mereka harus push-up atau skot jump.
Mereka membully beberapa orang saat diluar sekolah. Darahku mulai mendidih dan ingin menghajar mereka.
Tiba-tiba aku ditahan oleh seseorang. Seorang laki-laki cantik, dia beraroma seperti wanita. Dia cukup tinggi seperti seorang model.
Dia berkata," Untuk melawan mereka. Kita harus bersembunyi seperti bayangan."
Kata-kata dia terdengar sangat menarik. Aku tidak tahu apakah dia seorang lawan atau teman. Dia tidak tidak tua. Dia terlihat seumuran dengan senior aku yang lainnya.
Aku mulai berpikir setelah orang itu berkata kepadaku. Kata-kata mulai menghantuiku. Idea itu membuatku sangat tertarik dan perasaanku ini sangat senang sekali.

--------0---------

Setiap pulang dari sekolah aku selalu berlatih bersama sensei Yamamoto. Dia selalu memberikan sebuah arahan atau sebuah nasihat bagai Karateka. Dia selalu berkata tidak boleh mengunakan kekerasan dengan menyelesaikan sebuah masalah. Kali ini aku bertanya lain kali ini.
"Sensei. Kalau Karate digunakan sebagai pembela keadilan seperti Superhero. Apakah itu diperbolehkan?"
"Maksud kamu?"
"Yah seperti pahlawan bertopeng membela keadilan dan kebenaran. Seperti Kamen Rider. Atau juga seperti Polisi. "
"Mmmmmm....." Sensei berpikir keras dan menutup matanya. Dia merasakan ini sebuah pertanyaan yang cukup susah juga.
"Kalau salah satu murid sensei mengunakan untuk melakukan 'itu'? Sensei akan marah pada murid sensei?"
Dia membuka matanya dan menatap aku dan dia mulai berkata," Itu jawaban cuma bisa kamu jawab sendiri. Saya punya jawab. Tapi jawaban itu jawaban pribadi masing-masing. Tapi ada pertanyaan dari saya."
"Apa itu?"
"Kalau kamu menjadi Seiji no Mikata (Pembela keadilan dan kebenaran). Kamu harus menanggung resiko yang besar dan tanggung jawab yang sangat besar. Apa kamu siap?"
"Siap seperti apa?"
"Mungkin kamu akan kehilangan sesuatu yang berharga, orang yang cintai, keluarga, dan teman-teman sekitar kamu. Pahlawan yang gugur dalam tugasnya. Dia harus kehilangan keluarga dia juga dengan cara dia pergi ke surga. Apa kamu sudah siap seperti itu?"
Sensei menatapku sekali lagi dan melihat mataku. Dia merasakan aku sedang kebingungan akan pertanyaan itu.
"Coba pikirkan sekali lagi. Jangan buru-buru untuk mengambil sebuah keputusan."
Kata-kata sensei benar dan itu aku masih berpikir apakah itu adalah sebuah tindakan yang sangat tepat untuk membela keadilan dengan cari menjadi Vigilanti ?

----------0----------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun