Mohon tunggu...
steven tamstil
steven tamstil Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru and penulis yang memiliki banyak hobby

Telah bekerja sebagai graphic designer and telah menjadi guru dan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Secret Club - Chapter 3

10 Februari 2019   07:26 Diperbarui: 10 Februari 2019   07:37 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapter 3 -- Bakat tersembunyi 

Narator: Frederick Henderson Sibarabara

Setelah aku bertemu dengan Natalia. Aku berpikir tentang dia, aku mulai menyelidiki tentang dia. Aku masuk ke dalam ruangan perpustakaan merahku dan melihat profile dia. Perasaan ingin tahuku sangat tinggi. Aku juga membuka computerku dan menyelidiki informasi dia dengan teliti. 

Selama informasi yang aku temukan bahwa dia anak yang talenta dan memiliki piala dan piagam karena dia memiliki bakat yang sangat banyak. Dia pernah ikut dalam acara sekolah dengan bernyanyi. Dia juga berbakat memainkan semua alat musik, terutama grand piano. 

Saat kelas 5 dia telah menangkan juara 1 dari olimpiade matematika. Benar-benar prodigy child dalam 500 tahun. Dia melebihi seperti manusia biasa. Saya tidak terlalu pintar dan saya cuma membaca buku. Saya tidak memiliki bakat yang sangat banyak seperti Natalia. 

Saya bisa mengingat suara dan kata-kata yang ada di dalam buku. Saya bisa menyebut diri saya seperti manusia recorder. Bisa merekam kata-kata dengan cepat dan tidak mudah lupa. Saya juga masih mengingat halaman berapa yang saya baca dan tentang apa di halaman itu. Semua kata bisa saya ingat yang saya simpan dalam memori saya.

Kemampuan saya itu, diturunkan dari mama saya yang memiliki kemampuan photographic memory yang sangat hebat. Itu sebabnya dia bisa menjadi ahli bedah yang sangat handal. Kemampuan ini orang sebutkan sebuah berkat pemberian dari Tuhan, tapi saya menyebutkan bahwa itu sebuah kutukan. 

Saya bisa sebutkan "Semua tidak sempurna" di dalam dunia ini. Mama saya telah kehilangan empati dan perasaan manusiawi. Semua keluarga mama memiliki penyakit keturunan yaitu penyakit ketidakwarasan yang sering diturunkan. Saya berkhayal dan suka berbicara sendiri dan berbisik-bisik. 

Mama saya sering juga melakukan itu saat dia memberikan makanan kepadaku. Dia pernah memiliki depresi besar dengan cara mengunci dirinya di ruang kerjanya. Untungnya ketidakwarasannya tidak menganggu orang sekitarnya. Orang yang tidak waras biasa ada yang menyerang orang sekitarnya. 

Keuntungan dari mama saya ini sangat telaten dan disiplin. Dia bisa mengatur jam makan obatnya. Obat yang diberikan adalah anti-psychotic dan anti-depression. Itu sebabnya tingkah lakunya tetap terjaga. 

Meskipun dia tahu ketidak warasan dia, dia tetap menjaga rutinitas pengobatannya demi saya. Karena dia mencintai saya melebihi dari suaminya. Dia mencintai saya, karena saya adalah gambaran dirinya yang masih muda. Itu sebabnya saya dimasukan ke sekolah yang ternama ini. 

Saya memakai baju seragam ini melambangkan kebanggan bagi diri dia dan diri saya sendiri. Saya bangga karena saya berusaha melebihi dari kakak saya yang dibanggakan oleh papa saya.

Papa seorang pengusaha yang sangat hebat, kreatif, dan ceria. Semua orang menyukai dia selayaknya seorang dermawan. Dibalik senyumnya, dia tidak berikan kepada keluarganya, terutama saya. Saya seperti produk gagal di depan dia. Dia lebih mengutamakan nama baiknya tidak tercemar, tapi dibalik kehidupan keluarganya tidaklah sempurna yang seperti orang luar bayangkan. 

Papa saya selalu bercerita dan membanggakan putra sulung dan sering cerita ke teman-temannya, bahwa kakak saya sedang kuliah di London di Universitas terkenal di sana. Sedangkan Papa saya sendiri tidak tahu nama Universitas kakak saya sendiri. Dia tidak peduli nama Universitas, dia pedulikan anak sulungnya sedang kuliah diluar itu saja. 

Kakak saya selalu berkata, semua keputusan saya bukan berasal dari papa kami, melainkan keputusan saya sendiri dan mama. Papa yang selalu memberikan perintah bahwa anaknya harus sekolah dipilih orang tuanya, jangan mengambil Universitas of Art, itulah sebuah lelucon atau sampah. 

Papa saya, kalau kamu ingin sukses kamu harus mengambil sekolah Business atau sekolah kedokteran. Dia berkata begitu, supaya dia bisa menunjukan kepada teman-temannya bahwa anak saya telah menjadi dokter dan manager. Keputusan yang diambil oleh papa saya ini adalah keputusan yang benar bagi masa depan saya. 

Pertanyaan saya adalah," Apa saya senang setelah mengambil sekolah yang bukan jurusan saya?" Saya memang tidak senang akan pilihan papa saya. Saya cuma berpikir dalam pikiran saya," Papa tidak pernah membiayakan saya sekolah. Sekarang papa mau urus campur urusan saya sekolah?" 

Kehidupan papa masa sekecil, hidup dalam keluarga besar. Dia tidak pernah diurus oleh orang tua, melainkan neneknya dan pengurus di rumah. Nenek dan Kakeknya cuma memerintah pembantu dan menyewa guru les datang ke rumah dan belajar. Papaku lahir dari istri kedua, Kakek saya ini dulu mempunyai banyak istri dan dia telah cerai berkali-kali. 

Karena di rumah Neneknya yang sangat megah, dia tidak boleh keluar dari rumah dan pergi sekolah harus bersama saudara-saudara dia lainnya. Pulang ke rumah langsung makan, mandi, tidur siang, dan sore hari belajar dan terakhir makan malam bersama keluarga besar. Saudara-saudara lainnya adalah termasuk sepupu-sepupunya juga. 

Nenek dan Kakek buyut memiliki banyak 4 anak laki-laki dan semua anak laki setelah menikah harus tinggal di rumah mereka dan tidak boleh terpisah. Itu sebabnya rumah dia sangat penuh dan besar. Karena didikan nenek dan kakek buyut sangat keras, dia sering sekali dipukul dengan rotan. 

Salah satu sepupu dari papaku tidak sekolah, dan menikah pada usia belia. Sebab nenek dan kakek buyut berkata,"Perempuan tidak perlu sekolah. Sebaiknya kamu urus dapur saja." Itu sebabnya papa begitu, karena aturan keluarga kuno.

------------0------------

Pagi hari, saya seperti biasa datang lebih pagi dan langsung membaca buku dan tidak mempedulikan sekelilingku. Saya sangat asik dengan buku saya. Saya terkejut setelah seseorang berdiri di depan saya.

"Good Morning Freddy." 

Natalia di depan saya, dia datang lebih awal. Biasanya yang datang lebih awal cuma saya sendiri di sekolah yang duduk di bangku sekolah bersama buku novel saya. 

"Good morning Natalia. How are you?"

"I am.... " Natalia berdiam diri sejenak," I am not fine." 

" Why?"

"Because you told me about me."

"About what?"

"About I don't like pink colour. How come you know about that?" 

"Your Eyes often twitches when you see the Pink Colour, because it is same behaviour of someone don't like something."  Betul sekali, saya bisa membaca gerakan manusia ekspresi manusia yang sangat kecil. 

Natalia menatap mata saya dan berkata," Will you forget about that? " 

" Ok." 

"Can you do my homework?"

"Sorry...."

"I ask again. Can you do my homework?"

"How I do your homework? We are different level." 

Ekspersi Natalia mulai berubah, sepertinya dia terkejut setelah saya membalas pertanyaan saya. Saya sendiri bingung yang dia maksud. Kenapa dia menyuruhku mengerjakan pekerjaan rumah dia? Bukannya level saya dan dia sangat berbeda. Permintaan yang sangat aneh. 

"It is ok. I will do my self." 

"Oh yah Natalia. Did you wear perfume?"

"No, I didn't. Why?"

"Nothing. I smell rose from your body. I thought you wore perfume." 

Natalia mulai bertanya pada saya dengan bahasa Indonesia. 

"Bagaimana kamu tidak bisa saya kendalikan?"

"Kendalikan?"

"Orang mencium wangi mawar saya, dapat saya pengaruhi dan I can do mind control to that person? How you can resist? " 

Kata-kata Natalia makin lama makin membingungkan. Nada suaranya terasa kesal. Itu salah satu alasan membuat saya bingung. Apa yang dia masuk aroma wangi mawar itu? Saya cuma mencium bau itu saja dan tidak terjadi apa-apa. Saya cuma berdiam dan tidak berkata apa-apa.

Tiba-tiba terdengar telepon berbunyi, rasanya telpon Natalia. Dia langsung menjawab panggilan tersebut. 

Dia tidak berkata apa-apa dalam panggilan itu. Dia langsung menutup telponnya. Dia memasukan ke dalam sakunya dan memberikan sesuatu kepada saya. 

"Quazarot ingin memberikan kamu ini?"

Sebuah Smart Phone yang berwarna hitam. Saya tidak tahu merek telpon genggam ini. Saya rasa ini telpon genggam ini hasil modifikasi sendiri. Saya tidak pernah dibelikan Smart Phone atau pealatan eletronik oleh orang tua saya. Selama ini saya diberikan buku. Sebab saya menyukai buku. Komputer di rumah hanya digunakan untuk 

"Apa ini? untuk apa?"

"Alat komunikasi kita." 

Saya mulai bingung apa yang dia maksud dengan hanya memberikan Smartphone. 

"Kamu telah dipilih menjadi partner kerja aku." 

"Partner kerja apa?"

"Secret Club." 

"Secret Club?"

"Kita telah menjadi anggota Secret Club. Club yang mengatur sekolah dalam bayangan? Kita adalah orang-orang yang terpilih oleh dia." 

"Dia?"

"Quazarot." 

"Siapakah dia?"

"Saya sendiri tidak tahu dia siapa. Dia tahu tentang kita."

Saya sadar saya telah dipilih oleh organisasi rahasia yang ada di dalam sekolah Santo Clarice. 

"Apa kepala sekolah tahu tentang ini?"

"Sebaiknya kamu tutup mulut. Quazarot bisa membeberkan semua rahasia yang kamu perbuat. Contohnya kamu juga sering mengerjakan tugas-tugas teman-teman kelasmu dan kamu mendapat bayaran dari mereka juga." 

Saya sendiri terkejut setelah mendengar kata-kata Natalia tadi, darimana dia tahu tentang itu. Saya tidak pernah membicarakan ke siapa-siapa.

"Kamu tidak mau ikut Secret Club. Kami tidak bisa memaksa. Kamu akan segera dikeluarkan dari sekolah Santo Clarice."

Saya cuma berpikir, sekolah ini melambangkan upaya kerja keras mama untuk saya mendapat sekolah terbaik. Saya cuma bisa merenungkan. 

"Apa kamu ingin menjadi seperti kakakmu yang dikendalikan oleh papamu? Dia ingin bebas. Kamu harus memilih yang terbaik bagi diri kamu."

Kata-kata Natalia cukup mengenai pikiran saya, dia sepertinya membaca pikiran saya. Saya cuma bertanya dalam diri saya dan merenungkan di dalam pikiran saya di dalam ruangan perpustakaan merah saya atau ruangan memory.

Saya berpikir dalam pikiran saya, saya cuma melihat mama saya. Tiba-tiba sesosok manusia masuk dalam perpustakaan merah saya. Ternyata itu sosok itu adalah Natalia. Bagaimana dia bisa masuk ke dalam ruangan merah saya? 

"Aku dan kamu ternyata ter-connect. Itu sebabnya aku bisa masuk ke dalam ruangan ini. Aku tahu cara membaca pikiran kamu. Ini salah satu bakat aku yang tersimpan, yaitu membaca pikiran manusia."

"Apa kamu?"

"Tidak, aku menggunakan kemampuanku ini untuk menyontek. Aku menggunakan kemampuanku untuk kepribadianku sendiri. Aku ingin mengetahui perasaan mereka yang selalu dekat denganku. Mereka kadang suka sekali berbohong. Aku tahu teman-teman aku suka sekali berbohong dan cowok-cowok yang mendekati aku. Mereka suka sama aku karena mereka berpikiran jorok tentangku. Aku bisa membaca pikiran mereka semua." 

Saya mulai terkejut dengan kemampuannya dan memperhatikan dirinya yang memiliki kemampuan telepati. Kemampuan yang melebihi manusia. Secara tiba-tiba saya mengucapkan kata-kata yang tidak pernah saya ucapkan dari mulut saya.

"Apa kamu menggunakan kemampuanmu ini untuk menarik perhatian adik kelasmu yang meninggal itu? Yang bunuh diri karena kamu." 

Natalia mulai terkejut, setelah tahu apa yang aku lakukan. Saya sendiri juga terkejut apa yang saya lakukan. Saya ternyata bisa Mimic kemampuan seseorang. Inilah bakat tersembunyi yang dibutuhkan oleh Secret Club.

Telpon smart phone berbunyi dan mengeluarkan pesan yang bunyi," Congratulation for joining the Secret Club." Pesan itu berasal dari Quazarot

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun