Menariknya, di himpitan buku-buku besar itu, saya juga sempat menemukan roman legendaris Phantom of the Opera dalam Bahasa Inggris. Buku tersebut terlihat begitu jadul dengan aroma kertas lama yang bakal bikin pecinta buku kecanduan, sebuah harta karun yang tak terduga.
Overall, saya akui buku-buku itu memang menarik, namun dari sisi kuantitas dan variasi judul, saya rasa masih perlu ditambah lagi. Terutama jika bisa dilihat, lemari buku yang besar itu masih menyisakan kekosongan di semua kolom di tengahnya.Â
Sebuah ruang kosong yang seharusnya bisa diisi dengan ratusan buku pengetahuan lainnya, entah itu fiksi sastra, sejarah lokal Surabaya, atau literatur pendidikan terbaru. Sebab saya amati, buku-buku ini mayoritas adalah terbitan lama.
Sudut Ruang Baca Ini Bukti ASN Pendidikan Sadar Akan Literasi
Saya tidak bisa menjudge bagaimana kebiasaan literasi dari setiap ASN Dinas Pendidikan yang ada di sana, karena kebetulan ketika saya berkunjung tidak ada yang sedang membaca di sudut itu. Namun, awareness dengan mengadakan sudut ruang baca ini, menunjukkan sebuah pesan penting.
Dinas Pendidikan---sebagai ujung tombak kebijakan literasi---tidak hanya sekadar menjadi tukang perintah untuk meningkatkan kemampuan literasi murid-murid sekolah di bawah naungannya. Mereka pun sadar akan kebutuhan literasi, yang kini harus disadari menempatkan Indonesia sebagai negara dengan nilai cukup buruk di kancah dunia.
Keberadaan sudut ruang baca di setiap ruang publik seperti Dinas Pendidikan ini, mutlak menjadi kewajiban. Ini adalah bukti nyata bahwa birokrasi pun mengakui bahwa di tengah rutinitas administrasi yang melelahkan, rehat sejenak sambil menyerap ilmu baru dari buku adalah sebuah kebutuhan, bukan sekadar pelengkap ruangan.Â
Ini adalah investasi kecil untuk mentalitas yang lebih terbuka.
Harapan untuk Pihak Lain Menambah Ruang Baca Sejenis
Artikel ini---dan contoh kecil dari Dinas Pendidikan Surabaya---sejatinya adalah ajakan bagi pihak lain, baik instansi pendidikan maupun non-pendidikan, yang masih juga belum memperbaiki atau bahkan menyediakan ruang literasi di tempatnya.
Hanya dengan menggunakan sudut 33 meter, atau bahkan bisa 22 meter saja, sebuah tatanan koleksi buku yang menarik bisa membuat beberapa orang akan terecharge kembali pikirannya, selain tentu menambah khasanah literasinya.
Ini penting terutama bagi sekolah-sekolah---dan ini self critizm juga untuk sekolah saya---yang sudah mempunyai ruang baca atau perpustakaan namun tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya, semoga juga bisa berbenah.