“Media digital sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari masa kanak-kanak modern, tapi efek kognitifnya masih diperdebatkan,” tulis para peneliti dalam laporan mereka yang dipublikasikan di Scientific Reports.
Realistisnya, di sini pihak orang tua maupun siswa itu sendiri tidak boleh terlalu optimis terhadap hasil penelitian di atas. Harus ada aspek lain yang bisa mengarahkan peningkatan IQ tersebut ke arah yang "benar", yakni adanya panduan.
Panduan dari orang tua mutlak dibutuhkan. Dan sewaktu di sekolah, panduan dari guru juga harus bisa mengejar perkembangan zaman ini.
Di era sekarang, tindakan "nakal" siswa (terutama SD) mungkin berbeda dengan periode sepuluh atau bahkan dua puluh tahun yang lalu.
Para guru dua dekade lalu mungkin bisa langsung menghukum siswa yang "celometan" di kelas saat pelajaran. Namun sekarang, ada cukup banyak siswa yang secara reflek "celometan", karena meniru reaksi para Youtuber-Gamers favorit mereka.
Arus air bah perkembangan zaman tidak bisa dicegah dengan melarang menonton Youtube, TikTok, Reels Instagram, dan sebagainya.
Sekali lagi, di sinilah kemampuan adaptasi seorang guru terhadap perubahan zaman benar-benar menjadi sebuah tantangan besar. Bagaimana guru bisa memasukkan sebuah nilai di dalam percakapan mengenai hobi atau kesenangan modern para murid cukup vital, agar tidak dicap sebagai "otoritarian yang ga asyik".
Menutup artikel ini ijinkan saya memberikan sedikit Aspirasi Pendidikan Bermutu Untuk Semua.
Hemat saya, jikalau para guru mempunyai waktu yang bisa disisihkan untuk melakukan hal selain mengajar, alangkah baiknya jika pihak dinas pendidikan memberikan juga update materi perkembangan seputar hobi, game, atau kesenangan para murid. Daripada, harus mengerjakan seabrek urusan birokrasi.
Ini akan sangat membantu dalam proses belajar-mengajar yang lebih menyenangkan dan hidup. Seorang siswa yang dicap introvert, akan mampu menyuarakan pendapatnya apabila ditanya pertayaan semisal "Menurut kamu apa bedanya film Ne Zha 2 dibanding Merah Putih : One For All?"
Jadi, untuk probabilitas dua sisi mata uang di atas, maukah kita senantiasa setia memberi panduan kepada calon Generasi Emas Indonesia?