Mereka adalah dua kali finalis Euro dan semifinalis Piala Dunia. Skuad mereka penuh dengan bintang-bintang yang bermain di liga-liga top Eropa. Jadi, jika kualitas teknis bukan masalahnya, lalu apa yang kurang?Â
Jawabannya adalah mentalitas. Inilah yang ingin diubah secara fundamental oleh Tuchel.
Menghadapi partai "mudah" seperti melawan Andorra ini, seharusnya para pemain Inggris tidak menunjukkan sikap malas atau berpuas diri hanya dengan satu gol.Â
Tim berkarakter juara, seperti Argentina asuhan Lionel Scaloni atau Spanyol di era keemasannya, kerap menunjukkan mentalitas "haus gol" di laga-laga yang seharusnya mudah.Â
Mereka tidak hanya puas dengan kemenangan tipis, tetapi terus menekan, mencari celah, dan mencetak gol sebanyak mungkin, seolah setiap pertandingan adalah final.
Winning mentality tidak hanya terbangun dari kemenangan itu sendiri, melainkan dari cara kemenangan itu diraih. Ia harus dibangun secara konsisten dan simultan di sepanjang laga, agar tercipta sebuah kultur kemenangan yang mendarah daging.Â
Kultur inilah yang pada akhirnya akan berimbas pada capaian trofi, bukan sekadar lolos kualifikasi.
Laga berikutnya bagi Timnas Inggris adalah pertandingan persahabatan melawan Senegal pada Rabu (11/6/2025) pekan depan.Â
Ini adalah kesempatan lain bagi Tuchel untuk menguji mentalitas anak asuhnya.Â
Apakah The Three Lions akan berhenti bermain-main dengan api?Â
Ataukah mereka akan terus memperlihatkan sikap pragmatis yang bisa menjadi bumerang ketika menghadapi lawan yang sepadan?Â