Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... FOOTBALL ENTHUSIASTS

Just Persistence

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Trent Alexander-Arnold Tinggalkan Liverpool, Missing-piece Los Blancos, dan Sebuah Ancaman Revolusi

6 Mei 2025   23:36 Diperbarui: 6 Mei 2025   23:36 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trent Alexander-Arnold dan Arne Slot pada laga Liga Inggris kontra Aston Villa pada 9 November 2024. Sumber : AFP/PAUL ELLIS via kompas.com

Kompasiana - Senin kelabu bagi Kopites di seluruh dunia. Kabar yang beredar kencang akhirnya menjadi kenyataan pahit. 

Trent Alexander-Arnold, local lad kebanggaan Anfield, memutuskan untuk mengakhiri kisah cintanya yang telah terjalin selama dua dekade bersama Liverpool. 

Pengumuman via media sosial pribadinya bak petir di siang bolong, mengonfirmasi bahwa Juni 2025 akan menjadi lembaran terakhirnya berseragam The Reds. 

Tentu saja, spekulasi langsung menyeruak. Real Madrid, sang raksasa Spanyol, disebut-sebut sebagai pelabuhan berikutnya. 

Sebuah langkah yang ironis, mengingat status transfernya yang gratisan, mengikuti jejak Kylian Mbappe di musim sebelumnya. 

Fenomena pemain bintang yang "mengakali" sistem transfer demi keuntungan pribadi dan agen, kini menjadi tren yang sulit dibendung.

Namun, di balik gemerlap Madrid dan potensi pundi-pundi uang yang menggiurkan, tersimpan alasan-alasan mendasar yang membuat Trent memilih angkat kaki dari Merseyside.

Ganjalan Hati di Balik Kendati Genggam Trofi Premier League

Keputusan seorang pemain sekaliber Trent Alexander-Arnold untuk meninggalkan klub yang telah membesarkannya tentu tidak diambil dalam semalam. Ada bara dalam sekam, ada gundah yang mungkin terpendam sekian lama. 

Mungkin, dua faktor krusial disinyalir menjadi pemicu utama perpisahan yang menyakitkan ini.

Pertama, Rotasi yang Mengusik Ego. Kedatangan Arne Slot di kursi kepelatihan Liverpool membawa angin perubahan, termasuk dalam hal kebijakan rotasi pemain. 

Slot tak pandang bulu, bahkan dua bek sayap andalan, Trent dan Andy Robertson, tak luput dari "terapi kejut"-nya. Conor Bradley, pemain muda potensial, secara mengejutkan mendapat porsi bermain yang signifikan, begitu pula Kostas Tsimikas di sisi kiri. 

Meskipun secara obyektif, keputusan Slot terbukti jitu dengan mengantarkan Liverpool meraih gelar Premier League lebih cepat, bagi seorang pemain yang telah mengukuhkan status sebagai starter tak tergantikan, situasi ini tentu menggerogoti ego. 

Merasa tidak lagi menjadi pilihan utama mutlak, apalagi dengan performa Bradley yang juga impresif, bisa jadi menjadi pil pahit yang sulit ditelan Trent. 

Sebuah ironi, di mana kesuksesan tim justru menjadi salah satu alasan kepergian pemain 26 tahun ini.

Kedua, Ambisi Jadi Kapten yang Terbentur Realitas. Isu mengenai ban kapten juga menjadi pertimbangan yang tak bisa diabaikan. 

Sebagai pemain jebolan akademi dan memiliki loyalitas tinggi, wajar jika Trent memiliki ambisi untuk suatu saat memimpin Liverpool meneruskan trah Steven Gerrard.

Namun, realitas berkata lain. Dua pemain senior dengan pengaruh besar, Virgil van Dijk dan Mohamed Salah, justru memperpanjang kontrak mereka.

Keputusan yang logis secara obyektif, mengingat status dan kepemimpinan keduanya, namun secara subyektif bisa dirasakan berbeda oleh Trent. Seolah-olah, kontribusinya dan rasa cintanya pada klub kurang mendapatkan apresiasi dalam bentuk pengakuan kepemimpinan.

Meskipun sulit untuk menafikan kualitas kepemimpinan Van Dijk dan Salah, bagi Trent, mungkin terasa seperti "sinyal" bahwa ban kapten belum akan menjadi miliknya dalam waktu dekat. 

Sebuah ironi kedua, di mana loyalitas dan kecintaan pada klub justru berujung pada perpisahan karena terbentur hierarki yang sudah mapan.

Trent Alexander-Arnold: Kepingan yang Hilang di Puzzle Real Madrid?

Jika kabar kepindahannya ke Real Madrid benar adanya, maka Los Blancos patut bertepuk tangan. Mereka berhasil mendapatkan pemain kelas dunia secara gratis untuk kedua musim berturut-turut.

Namun, lebih dari sekadar transfer murah, Trent Alexander-Arnold berpotensi menjadi kepingan penting yang selama ini hilang dalam puzzle taktik Real Madrid, selain penyerang tengah.

Kebutuhan di pos bek kanan memang mendesak. Dani Carvajal, bek andalan yang tak tergantikan, sedang berkutat dengan cedera ACL yang membutuhkan waktu pemulihan tidak sebentar.

Sementara itu, Lucas Vazquez, yang seringkali menjadi back-up dadakan, dikabarkan tidak akan memperpanjang kontraknya yang habis Juni nanti. 

Dengan kondisi ini, kedatangan Trent akan mengisi kekosongan yang signifikan. Gaya bermainnya yang unik, seorang "playmaker dari kanan pertahanan," menawarkan dimensi serangan yang berbeda bagi Madrid. 

Umpan-umpan terukurnya, visinya dalam membangun serangan, dan kemampuannya melepaskan umpan silang akurat akan menjadi senjata baru bagi lini depan Los Blancos.

Selain itu, atmosfer La Liga yang cenderung kurang mengandalkan fisik dibandingkan Premier League, bisa menjadi keuntungan tersendiri bagi Trent dalam hal bertahan. 

Tekanan intens dan duel-duel keras yang menjadi makanan sehari-hari di Inggris, mungkin akan sedikit berkurang di Spanyol, memberinya ruang lebih untuk fokus pada kekuatan utamanya dalam membangun serangan. 

Faktor lain yang tak kalah penting adalah peran Jude Bellingham. Sang gelandang Inggris yang telah lebih dulu merumput di Santiago Bernabeu, disinyalir menjadi "agen" yang aktif merayu Trent untuk bergabung. 

Kehadiran Bellingham tentu akan mempermudah proses adaptasi Trent di lingkungan dan taktik baru. Koneksi keduanya di timnas Inggris diharapkan bisa berlanjut dan menjadi kekuatan tersendiri bagi Real Madrid.

Ancaman Revolusi Bernama Xabi Alonso

Namun, di tengah euforia potensi kedatangan Trent, terselip sebuah ancaman yang bisa saja mengganggu debut impiannya di Santiago Bernabeu: kemungkinan datangnya Xabi Alonso sebagai pengganti Carlo Ancelotti di kursi kepelatihan Real Madrid.

Jika Florentino Perez memutuskan untuk memulangkan mantan gelandang elegan mereka, maka peta taktik Real Madrid bisa berubah drastis. Sebuah revolusi formasi bisa saja terjadi.

Alonso dikenal dengan preferensinya terhadap formasi 3-4-2-1 yang sukses besar ia terapkan di Bayer Leverkusen.

Formasi ini tentu sedikit berseberangan dengan habitus asli Trent sebagai bek kanan dalam formasi empat bek sejajar. Ia bukanlah seorang wing-back murni yang memiliki fokus utama pada naik-turun lapangan dengan intensitas tinggi.

Pengalaman Gareth Southgate di timnas Inggris yang mencoba mengakomodir Trent dalam formasi serupa nyatanya belum membuahkan hasil yang memuaskan. Trent terlihat kurang nyaman dan efektif dalam peran tersebut.

Apalagi jika Alonso memiliki keleluasaan untuk membeli pemain baru, bukan tidak mungkin ia akan mendatangkan wing-back kanan murni seperti Denzel Dumfries atau Jeremie Frimpong yang lebih sesuai dengan skemanya. 

Selain itu, Alonso juga memiliki opsi lain seperti menggeser Federico Valverde ke posisi wing-back kanan. Nama Valverde bahkan bisa semakin mengemuka jadi pilihan jika Real Madrid berhasil mendatangkan Florian Wirtz, yang bisa mengurangi slot di lini tengah.
Tentu saja, ini hanyalah skenario spekulatif. 

Alonso bisa saja beradaptasi dan menemukan cara untuk memaksimalkan potensi Trent dalam formasinya. Namun, ketidakpastian ini menjadi awan gelap yang sedikit menutupi potensi cerah kedatangan Trent di Madrid.

Pada akhirnya, keputusan Trent Alexander-Arnold untuk meninggalkan Liverpool memang menyisakan luka bagi para penggemar. Namun, tantangan baru di Real Madrid bisa menjadi babak yang menarik dalam kariernya. 

Layaknya film sepak bola GOAL, jika jadi ke Madrid, masa depan Trent di Santiago Bernabeu menyimpan banyak tanda tanya. Apakah ia bisa sesukses Gavin Harris?

Merujuk pula pada nasib dua mantan punggawa The Reds, akankah ia menjadi sesukses Steve McManaman atau jadi flop seperti Michael Owen?

Waktu dan sepak bola akan menjawabnya. Yang pasti, kepergiannya dari Anfield akan selalu dikenang sebagai akhir dari sebuah era, dan awal dari petualangan baru yang penuh dengan potensi dan tantangan.

Dua trofi EPL dan satu trofi UCL sudah jadi persembahan gelar mayor terbaiknya bagi Liverpool. YNWA, Trent!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun