Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ayah Wajib Antar Anak di Hari Pertama Sekolah, Perlukah Negara Mengatur Urusan Keluarga?

17 Juli 2025   13:11 Diperbarui: 18 Juli 2025   13:20 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan Ayah antar anak di hari pertama sekolah, diatur dalam SE Kemendukbangga no 7 tahun 2025 (dok foto: Kemendukbangga via kompas.com)

Baru-baru ini, muncul kebijakan yang mendorong agar para ayah turut mengantar anaknya di hari pertama sekolah. 

Aturan tersebut ada dalam Surat Edaran (SE) Kemendukbangga/BKKBN, nomor 7 Tahun 2025 Tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, tanggal 10 Juli 2025.

Tujuannya adalah untuk memperkuat peran ayah dalam pendidikan dan mendekatkan hubungan emosional dengan anak. 

Pro Kontra SE Ayah Antar Anak

Namun, kebijakan ini memicu pro dan kontra di tengah masyarakat. Sebagian pihak mengapresiasi, sementara sebagian lainnya menilai aturan ini terlalu mencampuri ranah privat keluarga.

Secara sosial, keterlibatan ayah dalam pendidikan anak memang penting. Banyak studi menunjukkan bahwa kehadiran figur ayah berdampak positif terhadap perkembangan emosional dan mental anak. 

Hari pertama sekolah adalah momen krusial yang dapat menciptakan kenangan emosional kuat bagi anak. 

Kehadiran sang ayah dapat memberikan rasa aman dan semangat bagi anak yang mungkin cemas menghadapi lingkungan baru.

Namun demikian, menjadikan kehadiran ayah sebagai aturan resmi menimbulkan persoalan tersendiri. Sebab, tidak semua keluarga memiliki struktur dan kondisi yang sama. 

Ada ayah yang harus bekerja jauh, bekerja malam, atau bahkan tidak hadir dalam rumah tangga karena berbagai alasan, seperti perceraian atau kematian. 

Menyeragamkan kewajiban ini justru bisa menimbulkan rasa bersalah atau beban psikologis bagi keluarga yang tidak mampu memenuhinya.

Apalagi, pengaturan mengenai siapa yang mengantar anak ke sekolah idealnya merupakan keputusan internal keluarga. 

Negara sebaiknya tidak masuk terlalu jauh ke dalam wilayah domestik rumah tangga. Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang mendorong partisipasi, bukan memaksa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun