Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menelisik Manfaat dan Bahaya Minyak Jelantah, Termasuk Bekas MBG

1 Juli 2025   05:22 Diperbarui: 2 Juli 2025   07:53 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minyak jelantah, bermanfaat untuk produk lain namun berbahaya jika dipakai lagi untuk menggoreng (dok foto: Wikimedia Commons via kompas.com)

Selain bisa dijual ke pelaku industri lokal, minyak bekas juga dapat diekspor sebagai bahan bakar alternatif. 

Bahan bakar alternatif tersebut seperti bioavtur atau sustainable aviation fuel (SAF). Bahkan Pertamina menyatakan siap membeli minyak jelantah masyarakat. 

Harga minyak jelantah tersebut sekitar Rp6.000 per liter untuk keperluan produksi energi ramah lingkungan.

Tidak hanya itu, minyak jelantah juga bisa diolah menjadi berbagai produk berguna. Beberapa di antaranya adalah sabun cuci, briket bahan bakar bioavtur, hingga pupuk organik. 

Di sejumlah daerah, mahasiswa dan pelaku UMKM telah berhasil mengubah limbah minyak ini menjadi produk bernilai jual tinggi.

Minyak jelantah bisa dimanfaatkan untuk produk sabun (dok foto: tangselpos.id)
Minyak jelantah bisa dimanfaatkan untuk produk sabun (dok foto: tangselpos.id)

Bahaya Minyak Bekas alias Jelantah

Dibalik manfaatnya, minyak jelantah juga menyimpan bahaya yang serius jika disalahgunakan. 

Salah satu risiko terbesar adalah ketika minyak ini dipakai kembali untuk menggoreng makanan. 

Pemanasan berulang kali membuat minyak menghasilkan senyawa berbahaya seperti lemak trans, akrolein, dan senyawa karsinogenik. 

Senyawa ini dapat memicu penyakit jantung, kanker, obesitas, dan bahkan gangguan sistem saraf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun