Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Pemimpin Diktator dari Negeri Nasib Tak Tentu

4 Maret 2023   12:22 Diperbarui: 4 Maret 2023   16:21 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang pemimpin diktator (dok foto: mobiFrance.com)

Alkisah, di negeri Nasib Tak Tentu. Naiklah seseorang menjadi pemimpin negeri itu. Ia  berhasil menggungguli dua lawannya dalam Pemilu langsung. 

Masa kepemimpinan di negeri tersebut telah ditetapkan oleh undang-undang. Lima tahun sekali. Dan ini adalah tahun ke-3, ia memimpin negeri Nasib Tak Tentu ini.

Layaknya di negeri-negeri yang mwlenganut sistem demokrasi, maka seorang calon pemimpin akan berproses melalui beberapa tahapan. 

Mulai dari pencalonan. Lalu kampanye untuk meyakinkan para pemilih.  Hingga hari dimana semua warga negeri yang dinyatakan berhak untuk memilih akan mengeksekusi pilihannya di bilik suara. 

Saat kampanye, rakyat begitu antusias dengan si calon yang satu ini. Terlihat tegas dan pandai berorasi. Setiap kali berorasi, tepuk tangan rakyat senantiasa bergemuruh.

Ilustrasi saat kampanye (dok foto: KOBARKSB.com)
Ilustrasi saat kampanye (dok foto: KOBARKSB.com)

Rakyat sudah tak kaget dengannya. Sebab sebelum memutuskan untuk maju berkompetisi merebut pimpinan negeri Nasib Tak Tentu, ia adalah anggota parlemen di negara pusat dari partai Nasgor.  

Seringkali ia tampil di televisi, media online dan media sosial. Maklumlah, selain punya power dalam dunia politik,  ia pun pengusaha sukses. Boleh dibilang punya kekuatan dalan politik dan ekonomi.

Dengan kondisi di atas angin, maka menanglah dirinya saat perhitungan suara. Dan resmilah, ia mulai memimpin negeri Nasib Tak Tentu.

Tentunya, rakyat menanti dengan cemas. Nasib mereka yang tak tentu, akan diperbaiki. 

Ribuan anak sekolah negeri Nasib Tak Tentu bakal dikirim ke negara-negara lain. Untuk belajar bahasa. Menekuni teknologi terkini di sana lalu pulang untuk mengabdi di negerinya. 

Tentu saja, kepergian anak-anak ke luar negeri atas biaya pemerintah. Dan saat kembali, mereka pun dapat mengakses lapangan kerja seluas-luasnya di negerinya.

Tak cuma itu. Pertanian digenjot. Tanaman pangan khusus dikembangkan. Juga ternak yang telah lana menjadi andalan masyarakat di perbaiki. Tujuannya, negeri Nasib Tak Tentu berkembang menjadi negeri jagung dan gudang ternak.

Lalu bidang pariwisata pun tak lolos dari perhatian. Agar wisman dan wisnu bisa berdatangan. Tak hanya di negeri tetangga.

Poko e, poko e. Semua harus disentuh. Revolusi. Tujuannya satu, rakyat sejahtera.

Namun apa hendak dikata. Kenyataan tak seperti janji manis di masa kampanye.

Tahun pertama berlalu. Safari dari daerah ke daerah dilkukan. Sebab, rakyat negeri Nasib Tak Tentu tersebar di banyak pulau. Jadi harus bertemu. Terutama dengan konstituen yang perolehan suaranya terbanyak.

Jamji manis tinggal janji (dok foto: Pinterest Karikatue)
Jamji manis tinggal janji (dok foto: Pinterest Karikatue)

Tahun kedua, janji-janji manis kampanye tak nampak. Sifat asli sang pemimpin mulai nampak. Menggantikan semua pembantunya dengan orang-oranya. Yang manut harus ditenoatkan sebagai pembantu. Yang mbalelo digeser. 

Beberapa peraturan mulai diterapkan. Lebih banyak mengatur kehidupan personal rakyat, dibandingkan dengan aturan yang bersifat umum. 

Para pembantunya mulai gerah. Kasak-kusuk, bisik-bisik di kalangan mereka. Namun tak berani berkata ketika berhadapan dengannya. Titah dia, adalah amanat yang harus dijalankan. 

Persoalan penggusuran hingga kini tak diselesaikan dengan baik. Tempat wisata yang sudah maju lun sempat diobok-obok dengan mematok tiket masuk yang fantastis.

Dan tentu saja rakyat menjadi begitu marah ketika tanpa alasan yang jelas, ia mengubah kebiasaan masyarakat yang sudah berjalan baik. ini ia lakukan menjelang bulan ke-3 di tahun pemerintahannya yang ke-3.  

Memang, hanya uji coba untuk beberapa warga yang ada. Namun sikap arogansinya membuat warga melakukan perlawanan. Bahkan, pemerintah di atasnya pun telah memintanya untuk mengkaji ulang.

Namun, diktatornya muncul. Keputusan harus tetap dilakukan. Yang menolak dicap bodoh dan tidak mau maju. Dan orang yang tidak  mau maju, silakan undur diri.

Ah tuan diktator. Ini bukan negeri warisan. Bukan diwariskan pada anda sehingga tittahmu harus diaminkan. 

Sadarlah wahai tuan. Rakyat selalu punya cara untuk melwan kekuasaan yang sewenang-wenang.

People power di Filipina tahun 1986 (dok foto: kompas.com)
People power di Filipina tahun 1986 (dok foto: kompas.com)

 Jangan pernah meremehkan suara mereka. Ingatlah akan sejarah-sejarah people power. Jangan sampai rakyatmu membangkang karena kebijakanmu yang tidak pro rakyat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun