Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Pemimpin Diktator dari Negeri Nasib Tak Tentu

4 Maret 2023   12:22 Diperbarui: 4 Maret 2023   16:21 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang pemimpin diktator (dok foto: mobiFrance.com)

Ribuan anak sekolah negeri Nasib Tak Tentu bakal dikirim ke negara-negara lain. Untuk belajar bahasa. Menekuni teknologi terkini di sana lalu pulang untuk mengabdi di negerinya. 

Tentu saja, kepergian anak-anak ke luar negeri atas biaya pemerintah. Dan saat kembali, mereka pun dapat mengakses lapangan kerja seluas-luasnya di negerinya.

Tak cuma itu. Pertanian digenjot. Tanaman pangan khusus dikembangkan. Juga ternak yang telah lana menjadi andalan masyarakat di perbaiki. Tujuannya, negeri Nasib Tak Tentu berkembang menjadi negeri jagung dan gudang ternak.

Lalu bidang pariwisata pun tak lolos dari perhatian. Agar wisman dan wisnu bisa berdatangan. Tak hanya di negeri tetangga.

Poko e, poko e. Semua harus disentuh. Revolusi. Tujuannya satu, rakyat sejahtera.

Namun apa hendak dikata. Kenyataan tak seperti janji manis di masa kampanye.

Tahun pertama berlalu. Safari dari daerah ke daerah dilkukan. Sebab, rakyat negeri Nasib Tak Tentu tersebar di banyak pulau. Jadi harus bertemu. Terutama dengan konstituen yang perolehan suaranya terbanyak.

Jamji manis tinggal janji (dok foto: Pinterest Karikatue)
Jamji manis tinggal janji (dok foto: Pinterest Karikatue)

Tahun kedua, janji-janji manis kampanye tak nampak. Sifat asli sang pemimpin mulai nampak. Menggantikan semua pembantunya dengan orang-oranya. Yang manut harus ditenoatkan sebagai pembantu. Yang mbalelo digeser. 

Beberapa peraturan mulai diterapkan. Lebih banyak mengatur kehidupan personal rakyat, dibandingkan dengan aturan yang bersifat umum. 

Para pembantunya mulai gerah. Kasak-kusuk, bisik-bisik di kalangan mereka. Namun tak berani berkata ketika berhadapan dengannya. Titah dia, adalah amanat yang harus dijalankan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun