Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pagi Guru, Sore Petani untuk Menafkahi Keluarga

24 November 2022   10:44 Diperbarui: 25 November 2022   21:07 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Soalihin, mengajar siswa dan orang tua selama Pandemi Covid-19 di Kec Laboya Barat, Sumba Barat, NTT (dok foto: Soalihin via kompas.com)

Selain menjadi guru, ayah dan guru-guru di kampung saya menjalankan kegiatan bertani dan beternak. Tak bisa hanya mengandalkan gaji dan beras jatah yang datangnya selalu terlambat. Itu pun guru-guru harus mengambilnya sendiri di ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki, pergi-pulang. Ada kuda beban, namun kuda-kuda itu biasanya dibawa untuk memuat beras jatah. Satu ekor milik ayah, dan satunya lagi milik Kepala Sekolah. Ter..la..lu.., kata Bang Haji Rhoma Irama.

Selain telat tiba, beras jatah para guru dikemas dalam karung hitam besar. Jangan berharap, beras yang diterima itu dalam kondisi layak makan. Kualitasnya jauh di bawah raskin sekarang. Berasnya berwarna kuning dan banyak kutunya.

Lalu dimakankah? Ya iyalah, masa enggak. Kata anakku menirukan konten yang ditontonnya. Tetapi nampaknya dia tidak akan makan nasi model begituan ketika disodorkan padanya di saat ini.

Guru kreatif dan inovatif mampu mengusir kantuk selama belajar (dok foto: insantama.sch.id)
Guru kreatif dan inovatif mampu mengusir kantuk selama belajar (dok foto: insantama.sch.id)

Beras jatah biasanya ditampih bersih-bersih. Kutu dan gumpalan beras yang rusak diambil. Dikumpulkan dalam wadah tersendiri untuk diberikan kepada ayam. Sementara beras yang telah dibersihkan, dimasukkan dalam kaleng atau blek besar.  Saat dimasak, harus dicuci dua-tiga kali. Untuk mengurangi bau dan rasanya, ibu biasa mencampurnya dengan jagung giling. Tidak cocok dicampur dengan beras tumbuk.

Selain menjadi guru SD, ayah saya berprofesi sebagai petani. Punya sawah, punya ladang. Juga punya ternak. Ada beberapa jenis ternak yang dipelihara, tetapi sapi adalah yang paling banyak. Sebab, dengan sapi itulah, beliau bisa menyekolahkan anak-anaknya setamat SMA.

Sebagai anak-anak saat itu, kami mengikuti gaya kerja orang tua. Pulang sekolah, sesudah makan siang harus memberi minum dan dedaunan pada sapi yang diikat di sekitar rumah. Tidur siang? Tidak. Sebab harus ikut orang tua ke ladang atau sawah. Tergantung situasi dan kondisi.

Selain bercocok tanam komoditas pangan berupa padi, jagung dan singkong, kami juga harus menanam komditas umur panjang seperti kelapa, jambu mete, mangga, jeruk, kemiri, dan jati.  Termasuk menanam bantuan tanaman yang diberikan oleh pemerintah kepada penduduk setempat. Tak ketinggalan, aneka sayuran pun ikut ditanam.

Malukah ayah karena punya  profesi seperti ini, menjadi guru dan petani? Sama sekali tidak. Bahkan beliau bangga. Sekalipun hidup sederhana, kami tidak kekurangan pangan karena apa yang kami usahakan selalu ada hasilnya. Kami bisa disekolahkan sampai batas dimana beliau sanggup.

Ayah dan guruku itu telah tiada. Namun karya-karyanya masih dinikmati oleh anak cucunya. Termasuk cerita-cerita alumni yang pernah mendapat didikannya. Dan kehidupan para guru juga sudah jauh lebih baik dari kondisi dulu.

Guru Kreatif Harus Diganjar Gaji Tinggi

Apakah fasilitas pendidikan sekarang semakin baik? Jujur, iya. Bahkan sekolah-sekolah di pelosok pun sudah mengenal laptop dan belajar secara online meskipun harus naik pohon atau ke gunung untuk mencari signal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun