Mohon tunggu...
Goris Lewoleba
Goris Lewoleba Mohon Tunggu... Konsultan - Alumni KSA X LEMHANNAS RI, Direktur KISPOL Presidium Pengurus Pusat ISKA, Wakil Ketua Umum DPN VOX POINT INDONESIA

-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Radikalisme Mengepung Negara dari Segala Arah

23 Februari 2020   12:04 Diperbarui: 23 Februari 2020   12:07 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Sebagaimana dinyatakan  di atas bahwa,  Radikalisme dalam bentuknya yang paling ekstrem disebut  sebagai Terorisme.

Meskipun demikian, sebutan dimaksud belakangan ini telah menjadi rawan secara agamis, karena bagi sebagian atau banyak pihak, terorisme kerap dikaitkan dengan agama tertentu, khususnya gerakan radikal, fundamentalis, dan eksklusif dengan mengedepankan semangat intoleransi.

Oleh karena itu, agar gerakan melawan Radikalisme dan Terorisme tidak mengarah kepada kalangan dan kelompok agama tertentu, maka pemahaman akan terminologi Violensianisme menjadi amat penting dan relevan.

Sebenernya, secara substansial Radikalisme, Terorisme dan Violensianisme, memiliki muatan makna yang sama, yaitu kekerasan, eksklusif, dan intoleran.

Sehubungan dengan situasi yang demikian, maka dengan meminjam R Andrey dalam karyanya, The Social Contract, New York, (1970: 22), dikatakan bahwa, Radikalisme yang juga merupakan aksi dari Violensianisme, merupakan pelanggaran atas social contract menuju hidup yang lebih damai, rukun dan adil.  

Kalau demikian, maka tanpa pandang bulu, siapapun pelakunya harus ditindak dengan tegas. Jika tidak, maka entah kapan, cepat atau lambat, peristiwa kekerasan serupa akan terulang kembali.
Akan tetapi  yang menjadi sumber soal adalah, para Teroris dan pelaku kekerasan ini justeru mencari momentum untuk mati dengan modus operandi bom bunuh diri. Karena di sana sudah ada janji manis,  berikut 70 bidadari nan cantik menawan yang sedang menanti di pintu surga, jika nyawa mereka ikut terenggut  akibat bom bunuh diri.

Lalu, dengan itu, maka ada kecendrungan sebagian pihak untuk menghubungkan aksi Terorisme dan Ideologi Radikalisme dengan agama tertentu. Padahal, selalu ditegaskan dan semua pihak pun tahu bahwa, tidak ada satu agama manapun yang mengajarkan dan melegitimasi Ideologi Radikalisme dalam bentuk Terorisme.

Radikalisme Mengepung Indonesia

Sejak era reformasi, dimana sesaat setelah lengsernya Rezim  Orde Baru,  rasanya masyarakat bangsa Indonesia mulai   hidup dalam kepungan Gerakan Radikalisme, Terorisme dan Intoleransi.

Betapa tidak, bangsa Indonesia yang sejak dahulu kala hidup dalam keadaan rukun dan damai serta "kerta raharja", secara kasat mata mulai menyaksikan kehidupan kemasyarakatan seolah sedang berada di dunia lain, yang bukan ciri khas orang Indonesia.

Gerakan Radikalisme  dan gelombang Terorisme secara dasyat dimunculkan dengan ledakkan bom bunuh diri dengan dampak yang amat mengerikan.

Terkait  dengan dinamika dan perkembangan Gerakan Radikalisme di Indonesia,  Direktur Institute for Javanese Islam Research,  Akhol Firdaus (2020), mengatakan bahwa,  sesungguhnya radikalisme sebagai ideologi,  bisa melintasi bukan hanya batas ruang publik dengan batas geografis negara, tetapi  lebih dari pada  itu, ideologi tersebut sesungguhnya teramat mudah melintasi batas kesadaran/ketaksadaran setiap orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun