Mohon tunggu...
Genoveva Tersiandini
Genoveva Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - penggemar wisata dan kuliner

Pensiunan pengajar di sebuah sekolah internasional.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wae Rebo: Terwujud Sudah Impian untuk Mengunjunginya

21 Desember 2022   22:52 Diperbarui: 22 Desember 2022   09:53 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setibanya di sana, kami harus melapor dahulu ke ketua adat. Kami pun memasuki rumah utama. Ketua adat sudah duduk di tengah rumah. Kami duduk berhadapan dan wejangan-wejangan dan pantangan yang harus kami patuhi  diberikannya dalam bahasa daerah setempat. Tentu saja kami tidak paham apa yang dikatakannya, sehingga pemandu kami harus menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Kami kemudian memberikan sumbangan ala kadarnya, lalu dipersilakan untuk menuju ke salah satu mbaru Ngiang yang akan menjadi tempat bermalam kami.

Ketika tiba di depan mbaru ngiang tersebut, saya melihat sepatu-sepatu berjejer di tangga. Semua dalam keadaan basah. Setelah melepas sepatu, kami pun naik ke rumah. Ruangan di rumah itu sangat luas dan dipenuhi kasur-kasur. Kami sempat bingung akan tidur di mana, karena semua kasur sudah ditempati. Kami kemudian diminta untuk menuju ke belakang. Rupanya di belakang ada sebuah ruangan yang cukup besar dengan kasur-kasur berjejer di lantai. Ruangan ini yang akan menjadi tempat kami tidur. Ketika kami tiba, di ruangan tersebut sudah ada seorang wisatawan dari Norwegia dan tiga lainnya dari Spanyol. Hanya kami yang menempati ruangan tersebut karena sampai malam tidak ada lagi pengunjung yang datang.

Tempat kami menginap (dokpri)
Tempat kami menginap (dokpri)

Ruangan ini bersebelahan dengan dapur dan asap dari kayu bakar yang mereka gunakan masuk ke dalam ruangan kami. Walaupun pintu yang menghubungkan dapur dan ruangan tempat kami tidur ditutup, asap dari kayu bakar itu masih merembes dari dinding kayu dan tercium dengan kuat di ruangan kami.

Suasana di dapur (dokpri)
Suasana di dapur (dokpri)

Setelah meletakkan barang bawaan saya, saya pun memutuskan untuk mandi dan berganti baju. Kebetulan ada kamar mandi yang kosong, sehingga saya segera menuju tempat tersebut. Tentu saja kita harus mandi dengan air dingin ... dan airnya dingin sekali. Selesai mandi, saat akan berpakaian di dinding terdapat tamu tak diundang ... seekor lintah sedang berjingkat-jingkat mencari mangsa. Segera saya berpakaian dan keluar. Saya periksa baju saya untuk memastikan tidak ada lintah yang menempel, dan aman. Rupanya tidak demikian dengan teman saya, karena di antara kedua jari tangannya ada lintah yang sempat menggitnya. Darah masih mengucur saat dia menunjukkan bekas gigitan lintah keparat tersebut.

Setelah mandi, kami kemudian pergi ke ruangan tengah di bangunan yang lebih besar dan di situ sudah disediakan teh dan kopi hangat. Kami bergabung dengan beberapa wisatawan yang berbagi ruangan dengan kami. Awalnya percakapan berjalan agak kaku, namun lama kelamaan kami menjadi semakin akrab. Kami bercerita tentang banyak hal, bahkan saling mempelajari frasa-frasa penting. 

Makan malam pun segera disiapkan dan kami pun menyantap makanan tersebut. Saat sedang makan rupanya ada tamu tak diundang yang berjingkat-jingkat di tikar. Rupanya ada lintah yang ingin bergabung dengan kami. Lintah tersebut kemudian diambil oleh salah seorang penduduk yang menyiapkan makan malam kami. Dia mengatakan jika kita digigit lintah, sebaiknya kita diamkan saja dan jangan ditekan bagian yang digigit, nanti darah akan kering dengan sendirinya. Wah ... mereka adalah ahlinya karena mereka sudah biasa dengan hal-hal seperti ini, jadi tidak ada salahnya jika saran itu kita ikuti.

Suasana makan malam (dokpri)
Suasana makan malam (dokpri)

Saat sedang bercanda dengan orang-orang yang berada di dekat kami, tiba-tiba seorang wisatawan yang duduk di kelompok lain menyentuh pundak teman saya dan berkata : your friend is here. Rupanya di lantai dekat saya ada lintah kecil yang sedang berjungkit-jungkit. Mungkin mencari mangsa. Segera lintah itu diambil oleh teman saya dan dibuang.

Rasa kantuk pun mulai menghinggapi kami, dan beberapa pengunjung sudah mulai menaiki kasur mereka. Kami pun segera kembali ke ruangan kami. Saya segera ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Pada saat akan ke kamar mandi, seorang pengunjung wanita berteriak ke luar dan minta tolong agar lintah yang menempel di lengannya diusir. Mungkin karena dia belum sempat menggigit, ketika disentil lintah itu dengan mudah lepas dari lengan wanita tersebut. Namun, rupanya si lintah mendarat di lengan wanita lain yang kebetulan sedang duduk di situ. Tentu saja dia berteriak. Lucu sekali suasana saat itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun