Mohon tunggu...
Grant Gloria Kesuma
Grant Gloria Kesuma Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Mari menulis!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sang Penunggu

6 Februari 2020   21:40 Diperbarui: 6 Februari 2020   22:05 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: freepik.com

Dulu aku tak percaya cerita hantu. Bagiku cerita hantu sama saja dengan cerita dongeng yang sering diceritakan ibuku waktu aku masih kecil. Kalau dongeng adalah cerita untuk menghibur, cerita hantu adalah cerita untuk menakut-nakuti. Intinya, semuanya hanya isapan jempol belaka.

Waktu aku masih duduk di bangku SD, ada teman yang bilang sekolahku berhantu. Ada hantu di ruang paling ujung di gedung lantai dua. Ruang itu adalah gudang. Temanku bilang, barang-barang yang diletakkan di sana bisa berubah letaknya. Aku bilang padanya pasti ada seseorang yang memindahkan barang tersebut.

Saat aku kuliah di kampus yang letaknya di pinggir kota, beberapa teman ada yang bilang bahwa kampusku berhantu. Hantunya ada di WC perempuan dekat tangga di Gedung B. Orang-orang sering mendengar bunyi cekikikan dari arah sana. Tapi aku bilang itu hanya bunyi gesekan ranting-ranting pohon. Di sekitar Gedung B tersebut memang banyak sekali pohon besar.

Kali ini, saat aku bekerja, teman sekantorku bilang bahwa kantorku ada 'penunggunya.' Ya, aku tetap mencoba berpikir positif. Aku anak baru di sini. Mungkin saja temanku itu ingin menakut-nakutiku. Atau mungkin ia hanya ingin mengujiku. Yang pasti, karena aku anak baru, aku tidak menampik omongan teman kantorku yang lebih senior. Nanti dibilang tidak sopan dan penilaian kerjaku akan jelek.

Saat aku baru bekerja kurang lebih 4 bulan, di kantor diadakan acara Malam Keakraban. Acara tersebut diadakan lima tahun sekali sebelum pergantian manajer divisi. Ada sistem pergantian manajer di tempatku bekerja. Nantinya manajer-manajer tersebut akan dipindahkan ke cabang lain, sedangkan manajer-manajer dari cabang lain akan bekerja di tempat kami.

Pengumuman tentang acara tersebut sudah dikirim ke email masing-masing pegawai. Semua pegawai wajib mengikuti acara tersebut. Acara jatuh pada hari Jumat malam sampai Sabtu siang. Biasanya, pada hari Sabtu semua pegawai bekerja sampai jam 2 siang. Tetapi karena ada acara ini, aktivitas kantor ditiadakan. Setelah acara selesai, semua pegawai boleh pulang. Tentunya, setelah keadaan kantor bersih seperti sediakala.

* * *

Malam Keakraban kantor dimulai. Acara diawali dengan kata sambutan dari Ketua Panitia, Pimpinan Cabang, dan dilanjutkan dengan doa. Setelah itu ada acara permainan. Dan, acara yang paling ditunggu adalah api unggun.

"Kenapa acara begini harus selalu ada api unggun?" tanyaku pada rekanku yang sama-sama pegawai baru.

"Entahlah. Waktu SMA dulu juga seperti ini, kan? Mungkin untuk menyambut karyawan yang baru," jawabnya.

"Bagaimana dengan cerita-cerita hantu yang diceritakan oleh senior-senior kita? Menurutmu apakah itu benar?" tanyaku lagi.

"Bisa ya, bisa tidak. Aku nggak pernah lembur dan pulang malam. Jadi, entahlah....," jawabnya.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku.

"Tapi, nanti kalau mau ke toilet barengan saja. Aku agak takut kalau pergi sendirian," lanjutnya.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku lagi.

Acara-demi acara berlalu, tibalah waktunya untuk beristirahat. Rekan kerjaku meminta tolong ditemani ke toilet.

"Ke toilet, yuk. Kalau kamu mau sekalian, nanti kita saling tunggu, ya," katanya.

"Oke," jawabku.

Kamipun bergegas ke toilet. Sampai di toilet entah kenapa aku tidak merasa ingin buang air. Padahal sebelumnya tidak demikian. Jadi, aku menunggu di depan barisan pintu bilik-bilik WC. Karena tidak ada kerjaan, aku mencuci tangan di wastafel sambil bercermin. Timbul ide isengku untuk selfie-selfie cantik.

Aku mengeluarkan ponselku dari saku celana panjang. Kubuka mode kamera dan mulai berpose di depan cermin. Aku mengarahkan ponsel di depan cermin dan berpose semenarik mungkin. Lalu... KLIK! Satu foto terekam. Aku mengganti poseku. KLIK! Foto berikutnya terekam. KLIK! KLIK! KLIK! Beberapa foto terekam di galeri kamera ponsel.

Sambil menunggu rekanku yang belum juga keluar, aku melihat-lihat galeri. Lalu, aku melihat ada sesuatu yang aneh di satu foto selfieku. Bayangan hitam di belakangku. AKu memperbesar gambar dengan jariku. 

Deg! Jantungku serasa berhenti berdetak. Bayangan aneh di belakangku itu berbentuk wajah. Seperti wajah wanita namun sangat seram. Aku tak berani bergerak. Tiba-tiba.... KRIEEKK!! BRAK!! Salah satu pintu bilik wc terbanting menutup. Padahal di dalam sini hanya ada aku dan rekanku.

"Kamu sudah selesai?" tanya rekanku dari dalam salah satu bilik.

"Nggg..... aku nggak buang air kok," jawabku, gemetaran.

Kali ini, keringat sebesar butiran jagung mulai muncul di pelipisku. Bulu kudukku meremang. Aku merasakan hawa dingin berhembus di leherku. Aku tidak berani menoleh ke kanan-kiri maupun ke belakang. Diam terpaku. Sekelebat bayangan hitam lewat di depanku. Syatt! Begitu cepat. Saat itulah, rekanku membuka kunci lalu keluar dari bilik wc.

"Kamu kenapa? Kok pucat?" tanyanya.

"Itu... tadi.... ada yang.... aneh....," jawabku terbata-bata.

"Apa? Kamu kenapa? Kok gemetaran seperti itu?" tanyanya lagi.

Namun aku segera menarik lengan rekanku untuk keluar dari toilet. Ia keheranan karena tiba-tiba ditarik sambil berlari.

"Ada apa? Kok tiba-tiba mengajak berlari? Ada orang jahat? Apa ada sesuatu?" cecarnya.

Rasanya tak sanggup aku menceritakan hal yang kualami pada rekanku ini. Aku ingin menangis saja lalu menelepon orangtuaku untuk meminta jemput. 

"Jangan bilang kamu melihat 'penunggu' kantor yang ada di toilet...," tebak rekanku.

Aku menyalakan ponselku lalu membuka galeri foto. Kucari foto yang ada bayangan hitamnya. Aku menggeser-geser foto-foto di galeri ponsel. Anehnya, aku tidak menemukan hal yang aneh di foto-fotoku. Kakiku rasanya semakin lemas.

"Kenapa?" tanya rekanku.

"Tidak ada! Fotonya tidak ada!! Tadi aku sangat yakin melihat bayangan seram yang ikut terfoto denganku saat selfie di toilet tadi!! seruku. Panik. Geram. Kesal. Takut. Sedih.

"Sudah... sudah... Sekarang sudah aman. Kan, ada aku," kata rekanku sambil menenangkanku.

Aku mengangguk-angguk.

"Ambil minum dulu. Kamu perlu menenangkan diri," ujarnya.

Aku menuruti perkataannya dan berjalan menuju meja-meja berisi hidangan makanan dan minuman. Karyawan-karyawan semuanya berkumpul di sekitar meja-meja tersebut.

"Kamu dari mana saja, Mina?" tegur atasanku, Bu Irma.

"Dari toilet, Bu," jawabku.

"Oh, kirain kamu ke mana. Semua sudah mengambil makanan. Ayo kamu makan juga," kata Bu Irma.

"Baik, Bu. Terima kasih," jawabku.

"Oh, ya, ngomong-ngomong dari tadi kamu sendirian saja. Kamu nggak berbaur dengan rekan-rekan yang lain? Apa kamu belum merasa akrab?" tanya Bu Irma.

"Eh? Dari tadi saya bersama Gianna kok, Bu. Memang, sih, dia satu-satunya yang akrab dengan saya di kantor ini," jawabku.

"Siapa, Min?" tanya Bu Irma sambil mengerutkan kening.

"Gianna, Bu. Dari divisi Humas," jawabku.

Bu Irma memanggil seseorang yang berdiri tak jauh dari kami. "Gita, tolong kemari sebentar!" panggilnya. Wanita bernama Gita itu segera menghampiri kami.

"Iya, Bu. Ada apa?" tanya Gita.

"Kamu tahu nggak ada karyawan yang bernama Gianna? Dia dari divisi Humas," tanya Bu Irma pada Gita. "Gita ini dari divisi HRD," kata Bu Irma padaku.

"Hmmmm... Tidak ada, Bu," jawab Gita.

"Kamu yakin?" tanya Bu Irma.

"Sangat yakin, Bu. Di Divisi Humas hanya ada 4 orang. Mereka adalah Pak Benny, Bu Rika, Bu Shinta, dan Romi," jawab Gita.

Aku terdiam. Jadi, siapa Gianna yang aku kenal itu? Aku mencoba mengingat-ingat. Setelah aku diterima di perusahaan ini, dia yang menyapaku duluan saat aku sendirian berjalan ke toilet. Dia mengajakku mengobrol dan memperkenalkan diri di toilet juga. Aku memang tidak pernah menanyakan nomor ponselnya. Tapi, kami mengobrol beberapa kali.... di saat.... aku sedang sendirian. 

Kembali... bulu kudukku meremang. Tubuhku menjadi kaku. Dari kejauhan kulihat Gianna melambai-lambaikan tangannya padaku. Ia berdiri di antara kerumunan orang yang sedang asyik makan. Nampak ia tersenyum ceria. Aku mendadak takut membalas senyumnya. Sementara itu, di dekatku Bu Irma membahas tentang siapa Gianna. Beliau memanggil banyak orang untuk menanyakan apakah ada yang mengenal Gianna. Dan.... tak seorang pun tahu siapa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun