Di sisi lain, saya sering melihat konsep mindfulness dan wellness ini dikomersialisasikan habis-habisan oleh orang-orang serakah yang maunya hanya uang, uang dan uang yang lebih banyak lagi tiap-tiap hari.
Mulai dari paket-paket retreat mahal di vila eksotis yang menjual ketenangan batin dan mengaitkannya dengan view-view persawahan dan peternakan, diffuser- diffuser aromaterapi yang dijual jutaan rupiah dengan klaim bisa membuat kualitas tidur penggunanya lebih berkualitas, hingga kelas-kelas seminar bertema "menemukan diri sendiri" yang harganya setara cicilan motor.
Lucunya lagi, ada orang yang merasa sudah mencapai "spiritual mindfulness" maksimal hanya karena punya koleksi lilin aromaterapi yang banyak dan lengkap. Tidak salah jika Anda mau punya itu semua, tapi jangan sampai kita lupa bahwa konsep mindfulness tujuan akhirnya memang ketenangan batin, tapi ketenangan itu tidak dijual dan dirupakan bentuk barang.
Barang hanyalah pelengkap, alat bantu, bukan sumber utama kedamaian itu sendiri.Konsep mindfullness itu gratis dan bahkan tidak perlu Anda cari-cari sampai ke tempat yang jauh dari domisili Anda tinggal saat ini.
Pikirkan Maknanya, Bukan Besar Langkahnya
Banyak orang gagal menerapkan mindfulness karena ingin langsung melakukan perubahan besar. Padahal, kekuatan sebenarnya ada di langkah kecil yang konsisten. Menarik napas dalam di tengah macet, mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada orang yang membantumu membawakan air minummu ketika di pantry kantor, atau menatap langit sore tanpa tergesa. Itu semua adalah usaha dan latihan.
Kesehatan mental dan fisik itu ibarat sebuah kebun. Ia tidak bisa dipaksa tumbuh dalam semalam. Kita harus terus menyiram, merawat, dan memberi waktu untuk tumbuh dan berbuah. Hasilnya baru akan terasa setelah berbulan-bulan, atau bahkan tahunan.
Hidup akan selalu punya tantangan. Kita tidak akan pernah bisa menghapus stres sepenuhnya dari pikiran kita. Tapi kita bisa belajar hidup berdampingan dengannya, dengan cara yang lebih sehat. Mindfulness dan wellness holistic bukanlah tujuan akhir yang harus dicapai, melainkan perjalanan yang harus terus dijalani.
Ketenangan tidak selalu ditemukan di puncak gunung atau pantai eksotis. Kadang, ia muncul di ruang tamu rumah kita, saat kita duduk sambil menyesap secangkir teh hangat, sambil mendengarkan suara hujan turun menghantam jalanan dan sadar bahwa saat itu kita benar-benar merasa hadir di sana.
Walau dengan segala problematikanya kita tetap bisa bahagia dengan sekedar duduk, menikmati teh dan nyanyian hujan di hari itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI