Seorang anak usia dini ditanya, "Kamu paling dekat dengan siapa di rumah?" Ia menjawab polos, "Sama Nenek dan Kakek. Mama sibuk kerja, Papa jarang di rumah. Kalau di rumah pun nggak pernah nemenin aku main." jawaban sederhana ini menohok, karena menunjukkan ada jarak emosional antara anak dan orang tuanya.
Fenomena seperti ini sejalan dengan Teori Kelekatan (Attachment Theory) yang dikemukakan oleh John Bowlby. Menurut teori ini, anak sejak dini membutuhkan ikatan emosional yang kuat dengan orang tuanya, terutama dengan sosok pengasuh utama (biasanya ibu). Ikatan ini penting untuk membentuk rasa aman, kepercayaan diri, dan kemampuan anak dalam menjalin hubungan sosial di masa depan.
Ketika orang tua sibuk bekerja dan jarang terlibat dalam kehidupan anak, ikatan emosional itu bisa melemah. Anak kemudian mencari figur lain yang konsisten hadir dan memberi rasa aman---dalam hal ini, nenek dan kakek. Maka, tidak heran jika anak merasa lebih dekat dengan mereka.
Psikolog Erik Erikson juga menyebutkan dalam teori perkembangan psikososial bahwa anak usia dini berada pada tahap initiative vs. guilt (3--6 tahun). Di tahap ini, anak belajar mengambil inisiatif, bereksplorasi, dan mencari interaksi. Jika orang tua jarang mendukung atau tidak terlibat, anak bisa merasa bersalah, kurang percaya diri, atau menarik diri. Sebaliknya, jika ada sosok seperti nenek dan kakek yang selalu mendampingi, anak justru menyalurkan kebutuhan emosionalnya ke mereka.
Di satu sisi, kehadiran nenek dan kakek adalah hal yang patut disyukuri. Mereka menjadi jaring pengaman emosional bagi cucunya. Namun, jika orang tua terus-menerus absen, maka yang terbentuk adalah attachment utama dengan nenek dan kakek, bukan dengan Mama dan Papa. Ini bisa berdampak panjang pada hubungan orang tua-anak di masa depan.
Anak usia dini tidak menuntut hal yang rumit. Mereka tidak butuh hadiah mahal atau sekolah internasional untuk merasa dicintai. Mereka hanya butuh didengar, ditemani, dan dipeluk. Hadir secara emosional, meski hanya sebentar, lebih berharga daripada hadir secara fisik tapi sibuk dengan hal lain.
Pertanyaannya sederhana: ketika anak dewasa nanti dan mengenang masa kecilnya, siapa yang paling melekat di hatinya? Apakah Mama dan Papa? Ataukah Nenek dan Kakek yang benar-benar hadir setiap hari?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI