Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Just Friends, with Benefit

20 Agustus 2019   11:42 Diperbarui: 20 Agustus 2019   16:36 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by kapanlagi.com

"Mama tahu kamu bisa menghidupi diri dengan usaha kamu sendiri. Mama cuma pengen ada yang jagain kamu untuk ke depannya. Apalagi kamu jauh dari keluarga. Jadi kalau ada apa-apa kan nggak repot."

Aku tersenyum dan mengatakan iya, iya, dan iya tanpa melepas genggamanku pada telapak tangan Mama. Begitu Mama tertidur, aku mencium keningnya sambil meneteskan air mata. Mungkin aku bukan anak yang patut dibanggakan oleh dirinya.

Ternyata sudah jam 2 siang. Pantas saja perutku mulai lapar, apalagi tadi pagi aku hanya memakan roti saja saat di kereta. Maka, aku ke luar ruangan tempat Mama di rawat. Kak Tara bergantian menjaga Mama di dalam ditemani oleh istrinya juga.

Begitu berjalan di koridor rumah sakit, seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan balutan kemeja putih dan celana biru dongker membuat langkahku berhenti. Ia mendekat, sementara aku mematung dengan detak jantung yang semakin tidak teratur.

***

"Mama udah membaik. Cuma kecapean aja," jawabku ketika Arga bertanya tentang kondisi Mama saat ini.

Kami menghabiskan waktu makan siang di salah satu kafe dekat rumah sakit. Suasana di sini tidak terlalu ramai, apalagi aku dan Arga memilih tempat di lantai 2 yang lebih sepi dibanding lantai dasar.

"Kamu ngapain nyusul aku, sih?"

"Aku khawatir aja beberapa hari ini kamu nggak ada kabar, terlebih saat kejadian di apartemen itu. Makanya aku tanya Nidia. Dia bilang kamu pulang ke Tasik."

Tidak ada transaksi kata-kata. Selanjutnya kami hanya menghabiskan makanan dan minuman yang dipesan dengan kesunyian. Sampai akhirnya, Arga memulai pembicaraan kembali dengan topik yang sebenarnya tidak ingin kudengar lagi.

Sama seperti di apartemen, ia memintaku untuk menjalin hubungan yang lebih dari sekadar teman ataupun Friends with Benefit. Bahkan, jika pun memungkinkan, ia siap untuk segera menikahiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun