Dan di diam itulah, mungkin, doa tumbuh. Bukan dari mulut, tapi dari sesuatu yang lebih tua dari kata: pasrah yang tak bernama.
3. Langkah Pertama yang Tak Berbunyi
Sore tadi, langit belum sempurna gelap. Udara terasa ringan, seperti halaman pertama dari buku yang belum dibaca. Seorang anak berjalan melewati gang sempit menuju mushala kecil. Sandalnya tak bersuara. Langkahnya pun tak meminta dikenali.
Di sakunya ada lembaran doa yang belum sepenuhnya ia pahami. Tapi ia menggenggamnya erat, seperti memegang sesuatu yang lebih besar dari arti.
Di mushala itu, ia duduk di saf paling belakang. Wajahnya menghadap kiblat, tapi hatinya seperti menoleh ke masa lalu yang tak ia miliki. Ia tidak tahu apa arti tahun baru. Tapi ia merasa malam ini ada yang berubah: meski tak terlihat, meski tak terdengar.
Langkah pertamanya tidak meninggalkan bekas. Tapi dunia tahu. Dan langit tahu. Bahwa kadang, permulaan sejati adalah saat seseorang memilih diam, lalu berjalan, meski hanya satu langkah, yang nyaris tak berbunyi.
Baca Juga:Â Tiba-Tiba Jalan itu Tidak Lagi Menuju Rumah
1 Muharram, 1447 H
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI