Mohon tunggu...
Ghofiruddin
Ghofiruddin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Blogger

Seorang pecinta sastra, menulis puisi dan juga fiksi, sesakali menulis esai nonfiksi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Seorang Mbambung (Edisi 2014-Part V)

27 Oktober 2021   06:00 Diperbarui: 27 Oktober 2021   06:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by form PxHere

Seorang Wanita


jomblo bukan berarti derita

tanpa wanita

aku masih merasakan bahagia.


namun jujur,

seorang wanita

sungguh seorang saja

akan mampu melengkapi relung bahagia

menjadi lebih sempurna.

(Trenggalek, 6 Desember 2014)

Kosong

tidak ada yang menarik

perasaanku kosong, pikiranku kopong

aku selalu berjalan di daratan

daratan datar tanpa penghalang

tiada bukit yang terjal, apalagi gunung yang menjulang,

tak pernah ku terjerembab ke dalam jurang,

atau sekedar terperosok ke sebuah

lembah tak bertuan.


tiada kisah yang perlu diungkapkan

tidak akan ada yang menarik

semuanya kosong, segalanya kopong

tidak memiliki makna

tiada yang mampu menggugah jiwa

seperti kisah perjuangan yang melegenda


petualanganku hanyalah sebuah gagasan

pikiran yang melamunkan angan-angan

menari dan bergoyang dengan nada sumbang

lagi bimbang, tarian pena di atas kertas buram

sejenak meraih kebebasan

sekejap menikmati keindahan

meliuk-liuk di antara beribu pemikiran

menciptakan dunia dalam kehidupan

dalam hingar bingar kesunyian.

(Trenggalek, 8 Desember 2014)

Orang Gila

kawanku pernah bilang

aku itu aneh

aku justru berpikir

aku lebih dari sekedar aneh

boleh dikata aku gila.


kalau kau mau saksi

tanyakanlah pada balita

tanyalah pendapatnya

mereka semua akan kompak bersuara

"orang gila, orang gila"


tentu saja orang gila

pakaian kumuh, potongan rusuh

wajah lusuh, penampilan buruh

kulit berpeluh, tapi jiwa tidak separuh

walau tidaklah penuh.


aku ingin bilang

orang yang tidak gila pasti mengeluh

jika pakaiannya kumuh, jika potongannya rusuh

jika wajahnya lusuh, jika berpenampilan buruh

jika kulitnya berpeluh, dengan wangi busuk yang menyentuh.

mereka tidak akan separuh-separuh

walaupun jiwa mereka semua luruh.

(Trenggalek, 8 Desember 2014)

Mata Penguasa

penguasa selalu mendapatkan mata

seruannya didengarkan oleh telinga

baik buruk tidak jadi apa

benar salah itu urusan mereka

kita tak perlu bicara

atau kita akan sengsara di dunia.


penguasa selalu memiliki banyak harta

dijilati oleh anjing-anjing tak berjiwa

mereka hidup untuk harta

mereka mati karena haus tahta

mereka ingin memikat berjuta wanita

mendapatkan kesenangan dunia yang fana

tapi entahlah kelak di sana.


wahai kalian yang diperbudak penguasa

masihkah kalian memiliki jiwa

tengoklah mereka orang biasa

dengarkanlah keluhannya

aspirasi mereka tercekat tak bernyawa tanpa suara, 

karena kalian mementingkan kesenangan semata,

kalian ingin mendapatkan mata penguasa,

kalian hanya mendengarkan seruan mereka,

sekalipun itu omong kosong dan tak bijaksana...

hampa...

(Trenggalek, 10 Desember 2014)

Catatan Hari Ini

pagi bangunku terlambat

tadi malam tidurku tersekat

tersentak oleh cairan pekat.


hebat,

penatku masih berjalan-jalan

melangkahkan kaki

menginjak-injak otot-ototku yang letih

guyuran air tak mampu

mencabut kelesuan rasa lelahku

wangi sabun dan sampo

tidak menjadi terapi jitu

ragaku lemah tidak terganggu


belum sempat makanan menyerbu badanku

mataku hanyut,

aku duduk di bilik itu

tulisan-tulisan dalam layar

telah menutrisi otak dan pikiranku

namun tubuhku tetap lesu.


tulisan-tulisan itu tiba-tiba kehilangan energi

layar yang tadi cerah

berubah menjadi hitam sunyi

tanpa kendali


kini sepi dan aku harus pergi

dalam keadaan lapar melangkahkan kaki

hingga tiba di suatu tempat untuk menanti

satu jam 'ku menunggu

duduk terdiam berharap[1]

aku tidak tertipu lagi

ia menawarkan tempat duduk yang santai

bersama puluhan orang yang capai

tapi laparku kian menjadi

hingga saat turun aku tak kuat lagi

aku butuh gizi

aku ingin energiku kembali

aku mau makan dan minum

supaya mampu berdiri

aku masih harus melangkahkan kaki

masih dua kilo lagi


namun langkahku berat seolah menghabisi

terik matahari telah menguras energi

tapi aneh semangatku kembali

bersama dengan keringat hasil ekskresi

aku sampai di sini.


ketika mentari lengser dari puncaknya

sampai hingga tenggelam nanti

aku akan masih di sini

mempelajari makna dan arti kebersamaan

yang hakiki.


[pre-memory]


kini pukul 00.18 dini hari

ayam jantan telah berkokok silih berganti

penat yang terakumulasi

membuatku ngantuk sekali

aku ingin tidur dan sampai jumpa lagi.

(Trenggalek, 11 Desember 2014)

Sumpah, Sampah

sumpah, aku ini jahat banget

sampah, jiwaku memang seret

lemah, pikiranku tak bergreget

desah, bagai orang yang kesambet


parah, emosiku mampet

ia tak mau mengalir

padahal banyak yang perlu air

tak perlulah sampai banjir

cukuplah jika hanya secangkir

biar suasana ini cair.


sumpah, aku ini dingin

lumrah, kasihmu tak terjalin

marah, kau ditinggal sepoi angin

malah kau rindu dimanjain.

(Trenggalek, 14 Desember 2014)

Kematian

kematian selalu menggugah

disertai kesedihan yang membuncah

kepiluan hati tak bisa dicegah

hanya bisa ditutupi dengan rasa pasrah


kematian terkadang menyentak

mengejutkan bagai gulungan ombak

menyapu daratan sekali hentak

membinasakan peradaban dengan serentak

dan manusia tak 'kan mampu mengelak


huhh...

manusia itu memangnya apa

bukankah ia hanya makhluk papa

ia bergantung kepada alam semesta

ia tak mampu hidup tanpa selainnya

ia itu lemah tapi sok berkuasa

ia akhirnya akan mati juga

meninggalkan dunia yang fana


ada orang bilang

jalan kita masih panjang[2]

huh... apanya yang panjang

bukankah hari selalu berganti petang

dan kita tak tahu

yang terjadi saat esok menjelang


bukankah kematian selalu membayang

bukankah kehidupan ini hanya bayang-bayang

bayang-bayang antara perang dan kedamaian

antara benci dan kasih sayang

antara kesedihan dan kebahagiaan

kehidupan adalah bayang-bayang kematian

sebuah jalan mendapatkan ridho tuhan

(Trenggalek, 14 Desember 2014)

Catatan:

[1] diambil dari lirik lagu Cinta Untukku karya Power Metal

[2] Dewa 19 - Jalan Kita Masih Panjang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun