Mohon tunggu...
Gatot   "Jendral" Subroto
Gatot "Jendral" Subroto Mohon Tunggu... lainnya -

Asisten Sutradara 1, Penulis, Penggemar Foto, Aktor (Coboy Junior The Movie 1 dan 2, Slank Ga Ada Matinya, Tak Kemal Maka Tak Sayang, 7 Misi Rahasia Sophie, 3 DARA, SKAKMAT, BEST FRIEND FOREVER - tayang 2016, PETAK UMPET MINAKO - tayang 2016) yang terus belajar untuk menulis dan berkarya untuk sesama.\r\n\r\nFB : dream_catcher2015@yahoo.com\r\nBlog : http://takketik.blogspot.com/\r\nTwitter : @gatot_winner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada yang Bicara Seruling Gheo

3 Januari 2015   14:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:54 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boy With Flute - John William Haynes

[caption id="" align="aligncenter" width="307" caption=""Boy With Flute" - John William Haynes "][/caption]

ADA YANG BICARA SERULING GHEO

"Bulan ini.. dingin dan kabut menutupi lembah", sebut Layna sambil mendekap tubuhnya yang terbalut selimut wol putih. Gheo terus menatap hamparan biru danau di bawah balkon villa musim dingin mereka. Kalimat Layna selintaspun tak dihiraukannya, meski pandangannya terbatasi oleh jumlah kabut yg terus menuruni danau. Layna tahu apa yang dipikirkan Gheo. "Masih tentang itu ?", tanyanya. Kali ini Gheo memejam mata. Tangan kanannya masih memegang seruling kayu kecil pemberian ibunya. Seruling kayu dengan 6 lubang berukuran sama dan sebuah lubang berukuran lebih besar dari keenam lubang sebelumnya, kira-kira sebesar jari kelingking manusia dewasa, tempat untuk ia meniup udara. Gheo masih ingat lembut tangan ibunya mengajarinya bermain seruling itu sepanjang libur musim dingin. Ia merindukannya.. sangat.

- Menemanimu adalah malam, menyadarimu adalah siang -

Pembicaraan antara Layna dan Gheo terasa dingin, sedingin atmosfir malam itu yang mendekati 10 derajat celcius. Layna menyadari ini, ia tak pernah ingin mendesak pun memaksa Gheo. 15 menit mereka lalui tanpa suara, tanpa gerak, tanpa pandang, hanya mata Lyna yang sesekali berkedip merujuk iringan kabut di atas danau. Gheo sendiri.. masih memejam diam. "Aku masuk dulu..", pamit Layna yang menyadari kehadirannya seperti tak dibutuhkan Gheo. Sekitar 6 langkah Lyna berjalan menuju pintu masuk, ia berhenti. Entah apa yang dirasakannya, hatinya bergejolak tak menentu. Seperti deras aliran air menyapu segala pahit dalam hidupnya. Ia benar-benar tak bisa menahannya. Tapi ia tahu, semua ini hanya bisa muncul saat Gheo memainkan serulingnya. Yah.. dugaannya benar, tampak Gheo berdiri di tepian balkon memainkan serulingnya. Merdunya terasa teduh, tak memberi tempat bagi kekuatiran hidup manusia. Gerak jemari Gheo, bergantian menutup ke 6 lubang seruling. Pada nada tertentu, ia mulai memutar tubuhnya pelan mengikuti irama sambil terus memainkan serulingnya. Sungguh heran, air danau di depan villa yang tadinya tenang, tiba-tiba bergelombang. Dari dasarnya, muncul pendaran cahaya warna warni berkilauan. Dan kemana Gheo bergerak memutar serulingnya, air danau itupun bergerak kesana. Seolah menjadi pengiring musik, tarian Gheo dan air danau itu terasa saling bersinergi. Layna sendiri hanya bisa menangis bahagia dikuasai oleh sebuah perasaan yang kuat, ia tahu siapa Gheo dan serulingnya. Seorang musisi dunia yang terlahir dalam sepi dan musik.. musik adalah pendamping hidupnya yang memecah kesendiriannya. Sejauh ia menemani Gheo bermusik, semua yang mendengar permainan musiknya, bukan sekedar merasa dihibur, tapi mereka juga merasa disapa, ditemani, bahkan dipeluk hangat. Tak jarang ia temui, hati pendengar yang paling bekupun, mencair dalam alunan nadanya. Tapi belum pernah ia melihat Gheo memainkan serulingnya sedalam ini. Iapun mencoba mendekati Gheo meski kedua lututnya bergetar hebat. Seluruh tenaganya seperti terhisap habis. "Gheo..", sebutnya pelan. Pria yang dipanggilnya itu, masih terus memainkan serulingnya. Laynapun jatuh tertelungkup, tak sadarkan diri.

- Ada yang mengetuk pintu kecil di hatimu, jangan dibuka sebelum ia menyebut namanya -

Partikel-partikel air di permukaan danau mulai bergetar-getar. Dan saat Gheo menaikkan nada tiupannya, terjadilah hujan yang aneh. Hujan yang datang bukan dari langit, melainkan dari bumi menuju langit.

Kumpulan partikel air danau itu tiba-tiba terangkat ke atas langit. Seperti rintik hujan, mereka mulai mengguyur langit malam itu. Deras dan semakin deras, hingga diantara kabut yang berkumpul di atas danau, tercipta kilatan petir bersahutan menuju langit. Ini seperti hujan pada umumnya, hanya saja terbalik, mereka menghujani langit. Dan seiring mulai mengeringnya air danau, ratusan cahaya warna-warni tadi mulai nampak semakin jelas. Mereka kadang bergerak lembut, saling berseliweran, bersilangan dan mengalir di antara mereka. Sesekali saat 2 cahaya berbeda warna saling berpas-pasan, kita dapat melihat mereka melebur menjadi sebuah warna baru. Merah dan kuning menjadi oranye, hijau dan biru menjadi cyan, demikianlah seterusnya. Layna masib tertelungkup tak sadarkan diri. Ia tak melihat bagaimana kumpulan cahaya itu merapat ke tengah danau seiring air danau yang mulai habis. Kali ini Gheo menurunkan nada permainannya, mengurangi gerak tubuhnya. Bibirnya hanya meniup pada salah satu lubang saja.. ia terus menahan tiupannya pada nada yang sama. Air danau yang tadinya bergerak deras, mulai menjadi rintik-rintik yang bergerak pelan ke langit. Demikian juga kabut, seperti tahu diri, mereka masing-masing berpencar menghilang.

- Dahulu ada kisah, tidak diceritakan bagaimana akhirnya, akulah penceritanya -

Kumpulan cahaya yang berkumpul di tengah danaupun mulai melembut dan hilang memunculkan seorang wanita paruh baya yang sedang tertidur di dasar danau itu. Wajahnya ayu, rambutnya kuning bergelombang dengan bandana putih berpita polka dot yang terselip di pinggiran rambutnya. Pakaian dan rok terusannya berwarna putih gading, membuatnya nampak anggun. Sepertinya, sudah sangat lama ia tertidur di dasar danau itu.

Di pergelangan tangan kirinya, terdapat sebuah gelang. Gelang yang dibentuk dari tenunan kain Remu, kain yang dihasilkan dari serat daun pohon Remu di tepian danau. Gelang ini seperti memiliki unsur fosfor, ia mengeluarkan cahayanya sendiri di malam gelap itu. Kebiruan di tepinya, merah menyala pada area tengahnya. Gelang yang sama yang dipakai Gheo di pergelangan tangan kirinya. Kedua gelang yang terpisah jarak itu, menyala bersama dan dari kejauhan nampak seperti 2 titik bintang di gelap malam. Kedua gelang mengeluarkan bunyi humming pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun