Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyambut "Pulang Kampungnya" Gamelan dari Empat Benua

7 Agustus 2018   22:00 Diperbarui: 8 Agustus 2018   09:21 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wesleyan Gamelan Ensemble akan mudik dari Washington ke Solo bulan ini. Foto: Wesleyan University.

Setiap "pulang kampung" pasti akan menciptakan momen yang berkesan, baik bagi mereka yang pulang maupun yang menjadi tempat berpulang. Tak terkecuali pada peristiwa yang akan terjadi untuk pertama kalinya dalam sejarah ini. Kelompok gamelan dari empat benua akan "pulang kampung" ke Solo, Jawa Tengah dalam rangka Festival Gamelan Internasional 2018.

Peristiwa kebudayaan yang akan berlangsung selama satu pekan sejak tanggal 9 hingga 15 Agustus 2018 ini ide dan konsepnya sudah mulai dibahas sejak setahun lalu. Kota Solo ditentukan sebagai tuan rumah karena kekayaan dan kekuatan budaya gamelan yang dimiliki. Beraneka macam kegiatan yang berhubungan dengan gamelan siap diselenggarakan.

Dengan agenda kegiatan yang meliputi pertunjukan, konferensi, pameran, pemutaran film, anjangsana situs dan bahkan penerbitan buku, festival ini digadang-gadang akan menjadi festival gamelan terbesar yang pernah ada di Indonesia. Festival ini terlaksana dengan dukungan penuh dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bekerjasama dengan pemerintah kota Solo, Institut Seni Indonesia Surakarta dan Universitas Negeri Solo.

Agenda Festival Famelan Internasional 2018. Foto: Panitia.
Agenda Festival Famelan Internasional 2018. Foto: Panitia.
Tak bisa dipungkiri bahwa hal yang paling menarik dari Festival Gamelan Internasional adalah kedatangan sembilan belas kelompok gamelan mancanegara. Mereka datang dari empat benua yang berbeda yaitu Asia, Amerika, Eropa dan Australia.

Dari Asia, terdapat lima kelompok yang akan mudik ke Solo minggu ini yaitu Gamelan Lambangsari (Jepang), Karawitan Prasanmitr - Srinakharinwirot University (Thailand), Faculty of Music Gamelan Club - Universiti Teknologi MARA (Malaysia), Sanggar Kirana (Malaysia) dan Gamelan Singa Murti (Singapura).

Dari Amerika Serikat nun jauh di seberang Samudera Pasifik, akan datang enam grup gamelan dari empat kota yang berbeda. Mereka adalah Sanggar Manik Galih (Colorado), Wesleyan Gamelan Ensemble (Washington), Kelompok Ronald Kuivila (Washington), Kelompok Paula Matthusen (Washington), Kelompok Sean Hayward (Los Angeles) dan Gamelan Sari Raras (California).

Benua Eropa bakal punya perwakilan terbanyak di festival ini dengan kehadiran tujuh kelompok gamelan. Siswa Sukra dari Inggris yang tahun lalu melakukan tur muhibah budaya ke Jawa Tengah dan Yogyakarta kembali datang ke Indonesia. Negeri Ratu Elizabeth itu juga akan diwakili oleh Southbank Gamelan Players dan Kanda Buwana.

Salah satu penampilan Southbank Gamelan Players di London. Foto: Southbank Center.
Salah satu penampilan Southbank Gamelan Players di London. Foto: Southbank Center.
Dua kelompok dari Irlandia yang datang adalah National Concert Hall Gamelan dan Irish Gamelan Orchestra. Skuad gamelan dari Benua Biru di Festival Gamelan Internasional dilengkapi oleh Gamelan Surya Kencana Budapest dari Hungaria dan Gamelan Widosari dari Belanda.

Gamelan Carimakan bakal menjadi satu-satunya peserta yang datang mewakili Benua Oceania. Kelompok yang berbasis di kota Perth, Australia ini dipimpin oleh Mike Burns yang merupakan seorang pakar gamelan dari Negeri Kangguru itu.

Kehadiran sembilan belas kelompok gamelan ini memiliki makna yang spesial, ditilik dari segi promosi dan pelestarian gamelan yang merupakan salah satu identitas budaya Indonesia. Terlebih lagi mereka datang ke Indonesia dengan membayar sendiri biaya tiket perjalanannya. Barulah setelah tiba di Solo, akomodasi dan transportasi lokal selama festival akan ditanggung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dari sisi promosi, kehadiran kelompok gamelan dari empat benua ini membuktikan bahwa budaya gamelan telah tersebar luas ke seluruh penjuru dunia dan diterima oleh berbagai bangsa. Patut dicatat juga bahwa sembilan belas kelompok ini hanyalah perwakilan saja. Jika didata jumlah grup atau komunitas di luar negeri yang aktif berkiprah di dunia gamelan, maka jumlahnya mencapai ratusan.

Gamelan Lambangsari akan mewakili bagaimana gamelan menggaung di Jepang. Foto: Panitia.
Gamelan Lambangsari akan mewakili bagaimana gamelan menggaung di Jepang. Foto: Panitia.
Gamelan sudah mencuri perhatian musisi-musisi mancanegara sejak ditampilkan oleh sekelompok orang dari Jawa pada 1889 World's Fair di Paris, Perancis. Irama suaranya yang unik dan eksotis, cara memainkannya yang tak semudah seperti yang dilihat dan sifat permainannya yang komunal telah membuat dunia jatuh hati.

Dekade demi dekade berlalu seiring makin banyaknya para ahli dan praktisi musik mempelajari gamelan dan memainkannya bersama dengan kelompok mereka di negara asal. Studi tentang gamelan yang termasuk dalam ranah etnomusikologi berkembang pesat di sejumlah negara khususnya di Eropa. Mereka berdatangan ke Indonesia untuk belajar langsung ke kampus dan sanggar di Solo, Yogyakarta, Bali, dan lain-lain.

Melalui berbagai program beasiswa seperti Darmasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) dari Kementerian Luar Negeri atau beasiswa-beasiswa lainnya dari pemerintah negara asalnya, jumlah mahasiswa asing yang ikut pembelajaran gamelan di Indonesia meningkat tajam. Belajar gamelan di negeri asalnya membuat mereka kian tekun dan mahir memainkan alat musik tradisional ini.

Gamelan Widosari dari Belanda. Foto: Delftsepost
Gamelan Widosari dari Belanda. Foto: Delftsepost
Selain itu, kesadaran pemerintah Indonesia akan pentingnya diplomasi budaya semakin memperkuat kehadiran gamelan di mancanegara sejak dekade 90-an. Pelatih-pelatih gamelan dikirim oleh pemerintah untuk mengajar gamelan ke luar negeri. Kemudian, peserta didik mereka yang mahir dan punya ketertarikan tinggi pada gamelan pun meneruskan kiprah sang guru dengan membentuk komunitas dan membuka pelatihan.

Kini mereka "pulang kampung" ke tanah dimana gamelan yang mereka tabuh itu berasal. Festival Gamelan Internasional diharapkan mampu menjadi ajang silaturahmi di antara para pelaku gamelan seluruh dunia. Bagi sebagian besar dari mereka, ini akan menjadi pertemuan yang pertama dengan rekan-rekan yang sama-sama berkecimpung di dunia seni musik gamelan.

Silaturahmi yang terjadi melalui momen "pulang kampung" ke Solo ini membuka peluang adanya kolaborasi di antara seniman gamelan lintas bangsa itu. Kolaborasi dapat berupa undangan untuk tampil di festival di negara lain, produksi karya secara bersama, dan lain-lain. Hal tersebut pada akhirnya akan bermuara pada makin menggaungnya gamelan di seluruh dunia.

Solo akan jadi titik bertemunya para pelaku dan pecinta gamelan dari empat benua. Foto: Wonderful Solo.
Solo akan jadi titik bertemunya para pelaku dan pecinta gamelan dari empat benua. Foto: Wonderful Solo.
Dari sisi pelestarian gamelan, Festival Gamelan Internasional diselenggarakan untuk semakin menggairahkan semangat masyarakat Indonesia khususnya di kota Solo untuk memainkan gamelan. Anak-anak muda harus tumbuh kebanggaannya pada gamelan dan terdorong untuk mempelajarinya.

Saat ini hampir di seluruh sekolah negeri di Solo dan kota-kota sekitarnya seperti Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dll mengajarkan gamelan sebagai bagian dari muatan lokal atau ekstra kurikuler. Terdapat juga banyak sanggar gamelan di berbagai kota di Jawa Tengah. 

Dalam acara festival di Solo baik saat pre-event maupun pelaksanaan utama, sekolah-sekolah dan sanggar-sanggar itu sudah dilibatkan. Memberikan kesempatan bagi para seniman muda untuk turut terlibat dalam festival gamelan berskala internasional ini akan menambah pengalaman mereka. 

Di samping itu, mereka juga bakal banyak belajar dengan menyaksikan langsung bagaimana karya-karya para seniman maestro seperti Rahayu Supanggah, Djaduk Ferianto, I Wayan Gde Yudane,  AL Suwardi dan Sumarsam ditampilkan.

Para seniman muda dilibatkan dalam Festival Gamelan Internasional 2018. Foto: Panitia.
Para seniman muda dilibatkan dalam Festival Gamelan Internasional 2018. Foto: Panitia.
Kehadiran kelompok gamelan dari mancanegara di sisi lain akan menjadi stimulan yang memotivasi para seniman muda kita dan masyarakat umum yang menonton untuk tidak mau kalah dalam mencintai gamelan. 

Bila mereka-mereka yang bukan orang Indonesia saja bisa sedemikian bersemangatnya dalam bermain gamelan, maka tentu kita harus lebih dari mereka.

Jadi, ayo ke Solo untuk menyambut "pulang kampungnya" teman-teman pelaku dan pecinta gamelan dari empat benua!

Salam budaya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun