Ketiga, pemeliharaan berkala. Banyak yang lupa bahwa bangunan sekolah tidak selesai setelah diresmikan. Harus ada jadwal inspeksi setiap enam bulan---mulai dari atap, dinding, hingga pondasi. Itu bagian dari sistem manajemen siklus hidup bangunan (lifecycle maintenance).
Agus:
Menarik. Namun sering kali proyek mangkrak juga karena birokrasi lambat dan koordinasi antarinstansi yang lemah. Bagaimana Anda menilai hal ini?
IMH:
Benar. Struktur bisa kuat, tetapi sistem bisa rapuh.
Jika desain dan dokumen lelang disiapkan tergesa-gesa, maka konstruksi pun berjalan tanpa arah. Solusinya sederhana tetapi tegas: Detail Engineering Design (DED) dan RAB harus tuntas sebelum tahun anggaran berjalan. Jangan lagi "jalan dulu, gambar belakangan."
Selain itu, koordinasi antara Dinas Pendidikan dan Dinas PUPR harus diperjelas. Dinas Pendidikan memahami kebutuhan fungsional sekolah, sementara PUPR memahami aspek struktur dan mutu material. Jika dua entitas ini tidak duduk bersama sejak awal, proyek pasti timpang: bangunan mungkin selesai, tetapi tidak sesuai kebutuhan pengguna.
Agus:
Sebagai akademisi senior, apa rekomendasi konkret Anda agar program revitalisasi ini benar-benar menjadi contoh nasional?
IMH:
Saya akan bicara praktis.