Mohon tunggu...
Gedzha Aldino
Gedzha Aldino Mohon Tunggu... Seniman - Pengamat Sosial

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Memilih Nama IKN Nusantara Bukannya IKN Jokowi?

21 Januari 2022   19:42 Diperbarui: 21 Januari 2022   20:29 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menarik sekali mendengar pendapat Fadli Zon (Ketua Badan Kerjasama Antarparlemen DPR RI) bahwa beliau tidak setuju dengan nama IKN Nusantara. Beliau mengusulkan sebaiknya gunakan nama IKN Jokowi saja. 

Menurutnya, kenapa tidak meniru Ibukota Kazakhstan "Nursultan" yang diambil dari nama Presiden Nursultan Nazarbayev?

Berdasarkan berita yang beredar, Kepala Bappenas mengatakan bahwa Presiden Jokowi sendiri yang memilih nama "nusantara". Nama nusantara dipilih dengan beberapa pertimbangan, antara lain karena telah dikenal orang sejak dulu, menggambarkan kenusantaraan Republik Indonesia, dan telah menjadi ikonik di dunia Internasional.

Oke, masuk akal.

Tapi pertanyaan para netizen, kenapa tidak sekalian dipakai nama IKN Jokowi saja? bukannya lebih ikonik? Seluruh dunia kan mengenal Presiden Jokowi yang populer?

Begini Pak, coba kita bedah satu-persatu.

Secara filosofis, Indonesia harus move on dari pemikiran Jawa-sentris menuju Indonesia-sentris. Pemindahan ibukota ke Penajam Paser Utara Kaltim menjadi langkah awal perubahan tersebut. 

Pemilihan nama IKN juga jangan sampai bersifat kedaerahan, agar tidak ada daerah yang merasa "dianaktirikan". Pemilihan nama ini sebaiknya yang "indonesia banget".

Jika kita lihat proses sejarahnya, berdasarkan beberapa literatur umumnya konsep nama "nusantara" telah digunakan oleh Kertanegara (Kerajaan Singosari) tahun 1275 dengan nama Dwipantara (kepulauan antara) yang berambisi untuk mempersatukan pulau-pulau menghadapi Dinasti Yuan (Kerajaan Mongol).

Nah, istilah nusantara ini muncul kembali di kitab Pararaton dan Sutasoma kerajaan Majapahit sebagai salah satu dari tiga wilayah negara, yaitu Negara Agung (wilayah Ibukota), Mancanegara (wilayah berbudaya lain  di pulau Jawa) dan Nusantara sebagai wilayah di pulau lain. 

Jadi ceritanya Maha Patih Gajah Mada pada 1336 bersumpah (dan juga berpuasa) akan menyatukan seluruh wilayah nusantara sebagai daerah kekuasaannya. Namun, dalam sejarahnya beberapa daerah "belum selesai tersatukan" yaitu Sunda, pedalaman Kalimantan, Sulawesi Tengah, Papua Tengah dan Timur.

Selain itu, sejarawan juga menemukan istilah nusantara dan bahasa sansekerta tidak hanya ditemukan di Jawa melainkan juga di kerajaan Kutai Kertanegara di Kalimantan pada abad ke-14.

Di zaman pergerakan, istilah nusantara kemudian dibangkitkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara sebagai nama dari wilayah kekuasaan Hindia Belanda yang membekas hingga sekarang.

Lantas kenapa tidak menggunakan nama orang yang terkenal?

Menurut saya, selain beberapa pendapat diatas, menggunakan nama nusantara kesannya lebih "netral".

Banyak contoh negara-negara yang menggunakan nama populer (pemersatu) sebagai nama Ibukotanya, seperti Kazakhstan, Malaysia "Putrajaya" (PM Malaysia Tuanku Abdul Rahman Putra Al-Haj), Korea "Sejong" (Kaisar Dinasti Joseon), Amerika Serikat "Washington DC" (Presiden Washington), dst.

Refleksi

Banyak perdebatan terkait nama nusantara. Ada yang bilang nusantara adalah nama lain dari Indonesia, memiliki makna yang lebih luas dan besar daripada hanya menjadi sebuah nama Ibukota, dst. Namun nama nusantara sudah final dan UU IKN sudah diketok. Mari jaga persatuan dan terus kawal pembangunan IKN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun