Mohon tunggu...
Gariza A Robbani
Gariza A Robbani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Jadilah mata air yang jernih yang memberikan kehidupan kepada sekitarmu

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bahaya 'Si Boros' dan Penyangkalnya

25 Juli 2021   17:13 Diperbarui: 25 Juli 2021   17:21 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. 

(QS. Al A'raaf [7]: 31)

Ayat ini memberikan kebijaksanaan jasmani dan maknawi kepada kita para manusia dalam bentuk perintah untuk hidup hemat dan sekaligus larangan tegas hidup berlebihan.

Alas Kata

Allah Yang Maha Pengasih telah memerintahkan kita untuk bersyukur atas kucuran nikmat padanya. Kemestian bagi kita untuk menghormati nikmat tersebut dengan hidup hemat karena ialah wujud syukur kita yang akan membawa kepada kehormatan, keberkahan, kesehatan jasmani, sekaligus kunci untuk merasakan nikmat Allah yang tersembunyi.

Sedangkan hidup boros merupakan bentuk meremehkan terhadap nikmat-Nya dan menggelincirkan kita kepada kehinaan meminta-minta. Tentu saja nilai ini bertentangan dengan sejatinya syukur itu sendiri.

Awal Mula Serangan 'Si Boros'

Sang Pencipta mencipta segala entitas di alam ini penuh dengan hikmah, termasuk jasad manusia. Ia ciptakan jasad manusia layaknya Istana Merdeka yang megah nan indah. Lazimnya setiap istana pasti memiliki penjaga atau sekuritinya, maka Allah pun menjadikan lidah yang memiliki daya rasa sebagai penjaga untuk istana jasad. Si Penjaga ini merupakan penghalang terdepan jika ada zat-zat berbahaya yang hendak melintas. 

Naasnya penjaga ini, dia hanyalah sekedar penjaga. Ketika penguasa Istana Jasad yaitu si Perut mendapat hadiah sejumlah 100, si Penjaga bernama "Lidah" ini cuma mendapatkan lima persennya saja. Mengapa begitu? Hal ini ditujukan agar si Penjaga tidak lupa diri dan sadar akan tugasnya, sehingga ia tidak mau disogok oleh zat berbahaya yang mau menerabas.

Kurang lebih seperti ini, ada kentang rebus seharga tiga ribu dan French Fries seharga lima belas ribu. Sebelum dimasukkan ke mulut, asal muasal kedua makanan itu sama-sama tak memiliki perbedaan. Setelah masuk ke mulut dan turun ke perut pun tidak ada perbedaan. Bahkan bisa jadi kentang rebus yang tiga ribu itu lebih bermanfaat dan lebih bernutrisi bagi pertumbuhan kita semua. Jadi, sebenarnya tidak ada perbedaan kecuali kenikmatan pada daya rasa selama tigapuluh tiga kunyahan. Coba pikirkan, buat apa mengeluarkan lima belas ribu hanya untuk memenuhi kenikmatan selama tigapuluh tiga kunyahan itu?

Jika si Lidah mendapat sogokan sepuluh kali lebih besar dari hadiah untuk Si Pemilik Istana yaitu Perut, maka dia akan lupa diri sehingga dia lalai akan tugasnya dan membahayakan seluruh istana. Dia akan merusak istana dengan membiarkan masuk zat yang telah menyogoknya itu, sehingga berakhir jasad itu di ruang MCU mengadu pada dokter,"Mohon sembuhkan perutku ini, dokter."

Permisalan tersebut hanyalah setitik dari ratusan ribu bentuk boros yang manusia tampilkan dalam hidupnya. Adanya permisalan tersebut bukan larangan agar kita tidak boleh memberikan kenikmatan pada daya rasa kita. Bukan! Daya rasa boleh mendapatkan kenikmatan tapi dengan syarat tidak berlebihan, halal, dan tidak menjadi sebab untuk mengemis. Kenikmatan yang didapat daya rasa itu seharusnya menjadi wasilah kita memperbanyak syukur kepada Dzat Pemberi Nikmat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun