Opini sesat itu misalnya, menganggap vaksin polio merupakan konspirasi negara Barat yang ingin membuat perempuan muslim mandul. Efek vaksin polio bisa membuat pria dewasa impoten. Petugas imunisasi polio yang dicurigai sebagai mata-mata Amerika Serikat. Bahkan sampai yang paling mudah untuk "digoreng" yakni vaksin polio haram karena berbahan baku lemak babi.
Imunisasi polio yang gagal berdampak fatal! Karena faktanya, dunia semakin bebas polio tapi Pakistan dan Afghanistan justru makin terpuruk dengan penyakit yang menyebabkan kelumpuhan pada anak-anak itu. Terbukti, per 4 Mei 2021, WHO mengumumkan ada 36 kasus polio di Pakistan, dan 44 kasus di Afghanistan. Tipe virus polio yang menyerang kedua negara ini adalah WPV1.
Bersyukur, kini ulama Taliban yang berpikiran moderat kian memahami pentingnya imunisasi polio. Mereka juga bertekad menghapus stigma buruk serta hoax tentang vaksin polio.
Dua negara lain yang masih memiliki kasus polio, menurut WHO, adalah Madagaskar dan Yaman.
Nah, fakta dan data terkait kasus-kasus polio di dunia inilah yang mendasari kenapa imunisasi polio di Indonesia masih harus terus dilaksanakan. Ya karena rantai transmisi/penularan polio baru akan berhenti sepenuhnya, jika di seluruh dunia sudah tidak ada lagi negara yang berpotensi mentransmisikan/menularkan virus polio.
Perlahan tapi pasti, semua negara berharap agar dunia bisa bebas dari polio, seperti layaknya cacar. Imunisasi cacar bisa dijadikan contoh keberhasilan partipasi aktif global dalam memerangi cacar.
Kok bisa, dunia bebas cacar? Bisa! Tetapi, hal itu tidak dilakukan dalam waktu singkat.
Cacar adalah penyakit kuno yang diketahui sudah ada sejak 3.000 tahun lampau. Mumi Raja Mesir yang berhasil ditemukan dan dibuka mengungkapkan dugaan kematian akibat penyakit cacar yang sangat menular ini. Raja Mesir itu wafat diperkirakan pada tahun 1157 Sebelum Masehi.
Berawal dari Mesir, virus cacar dibawa para pedagang ke India, lalu menyebar lagi ke China hingga Jepang. Cacar masuk ke benua Eropa melalui para prajurit Perang Salib yang terinfeksi, sekira abad ke 11 dan 12 Masehi. Â