Terbitnya buku ini menggembirakan industri tempe Indonesia. Setidaknya sudah jelas, Malaysia tidak akan bisa (dan tidak berhak) mengklaim tempe sebagai panganan tradisional asli dan asal nenek moyang mereka. No way. Buku yang dikemas secara ilmiah tapi popular ini menjadi salah satu bukti formal sekaligus otentik. Titik.
Indonesia juga laik bangga karena tempenya menjadi perhatian bangsa lain. Dikaji, ditelaah, dibandingkan dan diakui kualitas maupun kuantitasnya, bahkan secara saintifik.
Sekarang mari kita sama-sama mendukung agar proses memajukan tempe sebagai warisan budaya dunia tak benda asal Indonesia di UNESCO berjalan lancar. Ya, seperti pengakuan UNESCO atas batik itulah kira-kira.
Seperti pernah disampaikan Ketua Forum Tempe Indonesia (FTI), Prof Dr Ir Made Astawan MS, sebelum ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO, tempe harus diakui sebagai peninggalan budaya nasional.Â
Sejak beberapa tahun lalu, FTI sudah memperjuangkan tempe untuk go international. "Kita harus bersyukur, bahwa tempe baru saja diterima dan diakui oleh Indonesia sebagai warisan budaya nasional pada Oktober tahun lalu, sehingga siap untuk maju ke UNESCO pada 2021 untuk mendapatkan pengakuan," jelasnya seperti dikutip liputan6.com.