Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Blogger dan Influencer, Tukang Cari Gratisan?

21 Januari 2018   14:18 Diperbarui: 25 Januari 2018   06:00 6377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Elle Darby, social media influencer. (Foto: Youtube Elle Darby)

Mengaku dirinya Social Media Influencer, Elle Darby (22) mengajukan penawaran kerjasama dengan satu hotel mewah di Dublin, Irlandia. Tawarannya ke Charleville Lodge Hotel itu fantastis. Darby minta akomodasi gratis selama 5 malam. Imbalannya? Promosi cuma-cuma. Dengan menampilkan ulasan atau review Charleville Lodge Hotel di akun YouTube dan Instagram milik Darby.

Melalui email kepada Paul Stenson, pemilik hotel sekaligus caf (The White Moose Caf), Darby menyebut angka 87.000 follower Youtube dan 76.000 pengikut Instagram-nya.

Sayangnya, bukan kerjasama yang terjalin, justru sebaliknya.

Stenson mengunggah screenshot surat elektronik Darby melalui facebook The White Moose Caf. Status yang ditulis Stenson pun panjang. Intinya, menolak tawaran kerjasama sekaligus "merendahkan" Darby.

Email Darby kepada Stenson yang di-screenshot dan diunggah Stenson ke media sosial. (Sumber: The White Moose Cafe Facebook)
Email Darby kepada Stenson yang di-screenshot dan diunggah Stenson ke media sosial. (Sumber: The White Moose Cafe Facebook)
Begini, kata Paul Stenson:

Dear Social Influencer (I know your name but apparently it's not important to use names),

Thank you for your email looking for free accommodation in return for exposure. It takes a lot of balls to send an email like that, if not much self-respect and dignity.

If I let you stay here in return for a feature in your video, who is going to pay the staff who look after you? Who is going to pay the housekeepers who clean your room? The waiters who serve you breakfast? The receptionist who checks you in? Who is going to pay for the light and heat you use during your stay? The laundering of your bed sheets? The water rates? Maybe I should tell my staff they will be featured in your video in lieu of receiving payment for work carried out while you're in residence?

Lucky for us, we too have a significant social media following. We have 186k followers on our two Facebook pages, an estimated 80k on our Snapchat, 32k on Instagram and a paltry 12k on our Twitter, but Jesus Christ, I would never in a million years ask anyone for anything for free. I also blog a bit - paulvstenson[dot]com, which as far as I'm aware is another way of saying "write stuff on the internet". The above stats do not make me any better than anyone else or afford me the right to not pay for something everyone else has to pay for.

In future, I'd advise you to offer to pay your way like everyone else, and if the hotel in question believes your coverage will help them, maybe they'll give you a complimentary upgrade to a suite. This would show more self-respect on your part and, let's face it, it would be less embarrassing for you.

Tak pelak, postingan yang diunggah pada 16 Januari ini pun viral. Tercatat, sampai 21 Januari (09.06 wib), postingan ini sudah di-share 3.252 kali, menerima 3.700 komentar, dan 23.000 pemberi ikon.

Charleville Lodge Hotel. (Foto: trvl-media.com)
Charleville Lodge Hotel. (Foto: trvl-media.com)
Mereka yang pro, jelas berkomentar mendukung apa yang dilakukan Stenson, sambil nyinyir ke Darby. Beberapa saya kutip di sini:

Colin Brownlee : Congrats from a hotelier in Costa Rica. Thanks for having the balls to say what we feel like saying. If you are a hotel that has to rely on flaky people like this for business, you better shut the doors. If I am in Ireland (on the bucket list), I WILL STAY AT YOUR PLACE! Cheers. Colin.

Kelli Marks : There is so much I love about your response. First she fails to substantiate her "influence" conversion into customers = lift to revenue. You wittingly throw data to support you have a larger audience in multiple platforms, you've disarmed her positioning. If ever I'm in town I will definitely stay here! Love from SF!

Max Rathbone : I actually have 88.4k Instagram followers, I don't expect a free room but could I have a complimentary towel and perhaps extra shower gels to take home with me?

Elle Darby, social media influencer. (Foto: Elle Darby Youtube)
Elle Darby, social media influencer. (Foto: Elle Darby Youtube)
Sebaliknya yang kontra, memberi dukungan kepada Darby sambil mencerca Stenson.

Julie Wiltshire : I see nothing wrong with this. The world is moving forward and social media and bloggers are a serious form of advertising. Iv come across and bought things because of them recommending them...just the same as people buy things by looking at ads on tv. Why shouldnt they get paid or at the very least get a discount for staying at your hotel if they are going to market your brand?? I really dont see the problem. Her email describing Orlando etc is in essence her cv and it proves what reach she has. If you dont agree with bloggers and their way Paulie, you could have just replied to her email and said no instead of copying her, what i assume should have been confidential email, to social media and then slated her. Thats just bullying. And you might get your hotel highlighted because of it but in my opinion, you painted your hotel and yourself in a very negative light.

Olivia McCracken : This is part of an influences job. I know that it works because I've stayed in hotels based on watching someone promote it in a video. So WHAT she asked the question. It's a business and this hotel is wildly unprofessional considering you apparently know how the influencers jobs work....I've seen countless youtubers stay in hotels paid for to promote them.

Holly Cockerill : Wow! How embarrassing for your business by uploading this! If you didn't want to collaborate a simple no would of been okay, exposing someone like this is very unprofessional. You run a business and so do influencers, she offered a nice gesture for your business for you to potentially get more money by bringing people in as a lot of people follow what influencers do. Basically you've fucked up by doing this. Like I said a simple 'no thankyou' would of been better

Akun Yotube Elle Darby. (Screenshot: Youtube Elle Darby)
Akun Yotube Elle Darby. (Screenshot: Youtube Elle Darby)
Tidak hanya di Facebook dan Youtube, kasus ini akhirnya 'meledak' juga di media mainstream. Media sekaliber Independent yang bermarkas di London mengulas. Tak ketinggalan kompas.com juga menuliskannya pada rubrik travel.

Bisa ditebak, responnya sama: pro dan kontra. Tapi di kompas.com, banyak juga yang justru menyudutkan Darby. Baca saja beberapa komentar tersebut, termasuk ada yang menyebut Darby sebagai "pengemis terkenal dari yutub":

Gayuh Lestari : salut. tegas n berani memperjuangkan bisnis yg diyakkininya dg gigih n realistis. org yg gaya n sok tenar ini emg byk skrg. sok bs dpt segalanya gratis

tito wahyu : ini nih baru mantep. bukan berarti anda terkenal, anda itu harus diperlakukan layaknya raja. mentang2 anda terkenal, terus semuanya harus gratis gitu. maaf cakap, ketika anda selesai buang air, terus kami harus cebokin anda gitu. dalam dunia bisnis, klien/konsumen/customer memang dianggap sebagai raja, tapi tetap ada batasan yang harus dipatuhi bersama. kalau tidak suka, ya tahankan saja.

Made Kurniawan : woi mbak darby, ingat ya di dunia ini gak ada makan siang yg gratis. kencing aja bayar, apalagi nginap di hotel ya harus bayar apapun alasannya, enak benar cari gratisan kecuali hotel punya keluargamu itu beda cerita. hadeh mbak mbak. gak mikirin orang lain apa susah-susah cari uang.

Jati Nugraha : hmm pengemis terkenal dari yutub. ga tau malu banget ya jadi orang

gone bdg : bagus tuh pemilik hotelnya, untuk mencegah salah kaprah perkembangan dunia internet jaman now, social influencer or bad influencer

Meskipun ada juga yang bernada membela Darby, seperti ini:

FUKNEN FN : youtuber jg pekerja seni bro, mrk punya ribuan sd jutaan follower. wajar mrk di undang, dan wajar kalau mrk berbisnis... dgn follower sbyk itu, wajar mrk menawarkan bisnis dgn hotel...jawaban pihak hotel yg merendahkan, malah mengiklan kan keburukan hotel nya...

Mengetahui persoalan yang melibatkan dirinya semakin viral, Darby meradang. Ia merasa diekspose sedemikian rupa dan dipermalukan. Kita bisa tonton Vlog Darby yang diunggah pada 16 Januari, dan dikasih judul: i was exposed (SO embarrassing). Dalam 5 hari, Vlog ini sudah meraih 1.054.517 views.

Melalui Vlognya, Darby menegaskan bahwa, ia mengelola bisnis yang digeluti dari rumahnya sendiri, dan tidak merasa melakukan kesalahan apa-apa. "As a 22-year-old girl, who's running her own business from her home, I don't feel like I did anything wrong," ujarnya.

Melihat Darby mengunggah Vlog dengan judul yang bisa menimbulkan "iba", Stenson tak mau ketinggalan momentum. Ia mengunggah status facebook sekaligus pengumuman berani, judulnya: ALL BLOGGERS BANNED FROM OUR BUSINESS.

Selengkapnya, ia menulis:

Following the backlash received after asking an unidentified blogger to pay for a hotel room, I have taken the decision to ban all bloggers from our hotel and cafe.

The sense of entitlement is just too strong in the blogging community and the nastiness, hissy fits and general hate displayed after one of your members was not granted her request for a freebie is giving your whole industry a bad name. I never thought we would be inundated with negative reviews for the simple reason that somebody was required to pay for goods received or services rendered.

The girl in question was never identified in my original post, but she herself went on to create a video explaining how she was "exposed" with "malicious intent" for asking for a freebie. This kind of victimization is very prevalent in the blogging industry, and is in keeping with their general modus operandi of wanting everything for nothing.

If any of you attempt to enter our premises from now on, you will be ejected.

Many thanks,

Paul Stenson

P.S. Perhaps if you went out and got real jobs you'd be able to pay for goods and services like everybody else. Just a thought!

Sampai tulisan ini saya kebut, Minggu siang 21 Januari 2018, opini pro dan kontra terus bersahutan di link-link terkait.

o o o O o o o

Saya sendiri melihat ada 3 persoalan menonjol dalam kasus "Darby vs Stenson" ini:

  • Permintaan kerjasama dari social media influencer kepada pihak manajemen hotel untuk melakukan ulasan atau review dan promosi yang dinilai berlebihan, karena berharap memperoleh imbalan akomodasi gratis selama 5 malam.
  • Penolakan kerjasama oleh pihak manajemen hotel tetapi dengan mengunggah dan mengeksposenya melalui media sosial.
  • Sikap nyinyir pihak manajemen hotel terhadap influencer dan blogger dengan mengasosiasikannya sebagai freebie hingga freeloader disguisting atau orang yang memalukan karena suka cari barang atau layanan gratis. Suka yang gretongan, gitulah.

Saya mewawancarai 3 narasumber hebat untuk meminta pendapat terkait sengkarut ini.

Carolina Ratri, Marketing Communicator dan penulis buku Blogging - Have Fun and Get The Money. (Foto: Carolina Ratri Facebook)
Carolina Ratri, Marketing Communicator dan penulis buku Blogging - Have Fun and Get The Money. (Foto: Carolina Ratri Facebook)
Influencer Punya Massa

Menurut bloggerCarolina Ratri, apa yang dilakukan Darby tak ubahnya seperti tenaga pemasaran yang menawarkan jasa pasang iklan di halaman koran. Ibarat marketing move dengan cara 'jemput bola', sesuatu yang lumrah saja.

"Aku pernah tahu sih, blogger yang menawarkan jasanya seperti Darby ini. Jamak aja gitu. Lumrah. Semacam marketing koran, misalnya, mereka akan berkeliling juga untuk menawarkan space di korannya. Sebagai orang marketing, aku juga pernah kayak gitu. It's about offering. Nah, offering itu ya bisa berarti dua: Diterima atau Ditolak. As simple as that. Blogger atau influencerkan semacam agen marketing. Ya, wajar saja mereka melakukan 'jemput bola' seperti ini. Itu salah satu marketing move sih," ujar penulis buku Blogging: Have Fun and Get The Money ini.

Jujur saja, lanjut Ratri, dirinya pasti tidak akan melakukan marketing move seperti yang diperbuat Darby. "Kalau aku pribadi, enggak akan membuat marketing move seperti itu sih, hahahaha ... Aku pernah juga sekali ditawarin staycation di hotel, tapi itu juga mereka yang datang kepadaku. Kalau seumpama, terpaksanya aku harus mencari job review, maka ya aku akan mencari mereka yang membutuhkan. Pihak hotel Charleville Lodge Hotel di Dublin itu jelas (sedang) enggak butuh. So, kalau aku mendingan cari iklan kerjasama brand dengan influencer, misalnya di iBlogMarket, atau Sociabuzz. Kan banyak sekarang," saran ibu dua putri dan bermukim di Yogyakarta ini.

Mengomentari kelakuan Paul Stenson yang malah menjawab atau membalas tawaran kerjasama Elle Darby dengan mengeksposenya ke media sosial, Ratri menudingnya sebagai agak lebay!

"Tapi I try to stand on their shoes. Barangkali -- ini barangkali lho ya - mereka sering mendapatkan tawaran jasa kayak si Darby ini, dan itu gengges buat mereka. Aku pernah dengar atau baca ada yang curhat, dan bilang, blogger-blogger sekarang malesin, karena ya gitu, kayak si Darby gitu. Padahal setelah dilihat blognya enggak seberapa, atau enggak cocok targetnya dengan yang ditawarin. Disitu saya sih kayak kena 'tampar' (meski pasti bukan saya yang diomongin, soalnya saya enggak pernah ngasih penawaran kepada siapapun. Apakah memang para blogger ini enggak lihat-lihat gitu, enggak menyesuaikan gitu antara yang ditawarin dengan kondisi blog-nya sendiri?" urai alumnus Fakultas Teknik Jurusan Teknik Arsitektur UGM Yogyakarta ini.

Ratri memperkirakan, ada kemungkinan kondisi pihak manajemen hotel sudah pissed off. "Jadi ya gitu deh. Males mereka, hahahaaa ... Tapi biar bagaimana pun, aku rasa masing-masing mesti tahu diri juga. Orang saling membutuhkan kok. Enggak usah lebay-lah. Yang influencer juga mesti smooth dong move-nya. Lihat-lihat dulu hotelnya. Dari pihak hotel juga jangan gitu-gitu amat sama influencer. Bagaimana pun influencer itu punya massa, meski bukan target pasar si hotel juga. Tapi mereka ini bisa bawa pengaruh kan," ujar Ratri yang bekerja sebagai Marketing Communicator di sebuah penerbitan buku ini.

Hilman Fajrian, pakar media online dan konsultan pemasaran. (Foto: Hilman Fajrian Facebook)
Hilman Fajrian, pakar media online dan konsultan pemasaran. (Foto: Hilman Fajrian Facebook)
Influencer Jangan 'Nodong'

Sementara itu, pakar media online dan konsultan pemasaran, Hilman Fajrian justru mengingatkan, influencer bukanlah profesi melainkan external validation. Artinya, ia tidak berlaku secara self-claim, namun pengakuan sosial. Hanya orang narsis yang menyebut dirinya influencer, yang sama halnya ia mengklaim dirinya mampu mempengaruhi orang lain. Itulah self-claim.

"Profesi influencer sebenarnya adalah content creator. Seorang content creator yang diakui secara sosial memiliki reputasi dan pengaruh tinggi, disebut oleh orang lain sebagai influencer. Format media yang digunakan content creator ini bermacam-macam. Mulai dari artikel, video, podcast, meme hingga kartun. Channel yang digunakan juga macam-macam. Mulai dari yang berbasis web hingga media sosial," kata Kompasianer yang menetap di Kalimantan ini.

Seorang yang berprofesi sebagai content creator, kata Hilman lagi, memiliki model bisnisnya masing-masing. Ada yang bergantung pada trafik, reach, conversion, seminar, buku, lomba dan lainnya. Ada yang model bisnisnya jangka pendek, ada pula yang jangka panjang. Khususnya untuk review, berarti model bisnis mereka adalah B2B (business to business) dan revenue model dari sponsored content, trafik, atau reach. Kompensasinya? Tergantung kesepakatan.

"Apa yang dilakukan Darby adalah sebuah narsisme dan belum berpegalaman dalam dealing business. Kesannya 'nodong' calon klien dan tidak mencoba membuat dirinya relevan dengan calon klien. Darby self-centric, hanya berbicara soal apa yang ia bisa dan ia mau tanpa menyinggung sedikit pun tentang kebutuhan atau masalah calon klien yang bisa ia penuhi atau selesaikan. Cara-cara 'nodong' itu tidak etis, baik dalam bisnis maupun bukan. Profesi apapun yang kita miliki, terutama pada saat dealing business, cara 'nodong' bisa diterjemahkan sebagai sebuah sikap ofensif atau narsisme," ujar pendiri arkademi.com ini.

Blogger sedang melakukan job review sebuah hotel. (Foto: dananwahyu.com)
Blogger sedang melakukan job review sebuah hotel. (Foto: dananwahyu.com)
Lantas bagaimana cara-cara elegan untuk mendapatkan job review?

Hilman mensehati, lakukan identifikasi terlebih dahulu tentang apa kebutuhan atau masalah calon klien. Lalu ketahui apa yang bisa kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bukan seperti Darby yang langsung AMT alias "Asal Main Tembak".

"Seorang content creator harus tahu ada pada tahapan apa konten dia dalam buyer journey. Awareness, consideration atau decision? Karena belanja marketing calon klien selalu disesuaikan pada buyer journey. Tidak semua membelanjakannya hanya pada tahapan awareness, tapi juga tahap consideration atau decision. Seorang content creator harus tahu masalah calon kliennya ini berada pada tahapan mana, lalu tawarkan sebuah solusi," tutur Hilman yang pada 2016 pernah meraih hadiah utama satu unit mobil dari panitia Writing Contest bertema Refleksi 70 Tahun Kemerdekaan Indonesia.

Selain itu, ujar Hilman, jangan pernah melupakan 'RoI' atau Return of Investment. Karena, setiap belanja marketing sudah ditentukan 'RoI'-nya oleh calon klien. Lalu, bagaimana kita bisa menawarkan sesuatu dengan 'RoI' lebih tinggi dari cara-cara yang sudah mereka tempuh. "Jadi, ini bukan soal kita, tapi soal klien kita. Mereka yang narsis kayak Darby, sulit memahami kondisi seperti ini," ujar penulis yang pernah saya beri predikat 'Rhenald Kasali'-nya Kompasiana ini.

Sama seperti Carolina Ratri, ternyata Hilman juga menganggap sikap Paul Stenson yang "mencemooh" Elle Darby sebagai sama sekali tidak asertif. "Saya rasa Stenson over-reacted. Berlebihan. Tidak sopan. Ofensif. Apa yang dia lakukan tidak berhubungan atau kontra produktif dengan cara mengembangkan perusahaan atau relation management. Bila pun menolak, ia bisa melakukannya tanpa harus menyerang seseorang yang sebenarnya tidak ada maksud menyakitinya," kesal Hilman.

Akhirnya, menurut Hilman, tak ada alasan bagi pebisnis untuk merendahkan sebuah profesi, termasuk profesi content creator! Dalam era dimana informasi terdesentralisasi dan terjadi secara crowdsource, setiap orang punya peluang untuk menjadi leader dalam jejaringnya - yang kemudian disebut sebagai influencer.

"Mungkin saat ini, perusahaan kita belum memiliki program pemasaran yang bekerjasama dengan content creator. Namun tak ada alasan untuk merendahkan atau menyerang mereka. Bukankah salah satu nilai terpenting dalam perusahaan adalah, cara mereka memperlakukan orang lain," tegas pria yang perawakannya makin tambun ini.

Teguh Sudarisman, praktisi media, blogger dan vlogger. (Foto: Teguh Sudarisman Facebook)
Teguh Sudarisman, praktisi media, blogger dan vlogger. (Foto: Teguh Sudarisman Facebook)
Bedakan Barter dengan Gratisan

Kalau Hilman menyayangkan Darby yang mengaku social media influencer tetapi kurang memahami 'RoI', Teguh Sudarisman yang semakin moncer namanya karena banyak mengajarkan cara bikin video pakai smartphone ini justru menilai, apa yang ditawarkan Darby kepada pihak Charleville Lodge Hotel sebagai pola penawaran kerjasama biasa.

Menurut blogger sekaligus vlogger yang beberapa kali meraih hadiah lomba ini, media-media travel juga menawarkan beberapa lembar halamannya sebagai space untuk me-review produk maupun layanan mitra kerjasamanya. Di industri media, pola penawaran kerjasama seperti yang dilakukan Darby adalah wajar dan etis.

"Tapi perlu dibedakan istilah, antara 'minta gratisan' dengan 'job review' (lebih tepatnya 'kerjasama review'). Kalau 'minta gratisan' ya artinya minta sesuatu secara gratis, tanpa ada imbal baliknya sama sekali. Sedangkan kalau kerjasama review seperti yang ditawarkan blogger atau youtuber, bukankah ia menawarkan imbal balik berupa posting blog, bikinin video di youtube dan posting di akun facebook, instagram maupun twitter miliknya. Jadi yang ditawarkan si blogger adalah kerjasama dalam bentuk barter (tanpa pakai uang), di mana dia menawarkan posting di blog, youtube dan akun media sosial yang dimilikinya, dengan imbal balik menginap selama 5 malam. Ini hal yang wajar dan etis saja, dan sudah dipraktikkan lama sekali di industri media, khususnya media travel," tutur Teguh Sudarisman.

Biasanya, kata Teguh, pihak media travel menawarkan review beberapa halaman di majalahnya kepada calon klien entah itu hotel, resort, resto dan lainnya, dengan imbal balik berupa free stay beberapa malam untuk reporter atau editor majalah itu. Semuanya masih bisa ditambah lagi dengan plus voucher hotel, tiket pesawat pergi-pulang, jemput-antar ke bandara dan sebagainya tergantung point-point kesepakatan kerjasamanya.

"Prinsip ini diadopsi oleh blogger, youtuber, instagrammer karena Now Everybody is a Publisher or Media. Terlebih jika blogger itu punya follower atau subscriber yang banyak. Itu tak ubahnya seperti media yang punya banyak oplah dan pembaca atau pelanggan. Sayangnya masih banyak pihak yang gagap dengan fenomena ini, dan mengira dirinya masih hidup di era media cetak. Seperti ulah Paul Stenson yang malah 'merendahkan' influencer Darby itu," jelas Owner and Editor-In-ChiefTGIF-mag ini sambil kembali menegaskan bahwa Darby sudah tepat mengajukan kerjasama via email dengan menawarkan imbal balik positif. "Malah, mungkin Darby juga melampirkan portfolio atau media kit. Artinya, justru si manajer hotel ini yang sebenarnya enggak bener!"

Blogger sedang melakukan job review salah satu hotel di Singapura. (Foto: chiamhuiy.com)
Blogger sedang melakukan job review salah satu hotel di Singapura. (Foto: chiamhuiy.com)
Teguh sangat menyesalkan tindakan Paul Stenson. Tak cuma itu, Teguh juga heran mengapa tawaran promosi menguntungkan dari influencer seperti Darby malah ditolak, bahkan sengaja di-blow up yang pada akhirnya bikin Darby merasa dipermalukan?

"Kalau Paul Stenson ngerti hitung-hitungan 'harga artikel' dan nilai posting si blogger atau influencer, mestinya dia mau kerjasama. Yang ditawarkan Darby sebagai imbal baliknya itu jauh lebih besar nilainya dibandingkan dirinya menerima akomodasi menginap selama 5 malam. Let say, tarif hotel per malam Rp 2 juta, jadi 5 malam nilainya Rp 10 juta. Yang blogger kasih, kalau dia membuat 1 artikel setara 4 halaman majalah saja berapa nilainya dengan readership-nya dia dengan 87.000 subscriber dan 76.000 follower? Saya kasih contoh, pasang iklan 1 halaman saja di Majalah Batik Air atau Citilink, bisa seharga Rp 30 juta. Kalau 4 halaman? Tanpa diskon ya jelas Rp 120 juta. Coba saya tanya balik, memangnya banyak gitu di masa sekarang media-media cetak yang subscriber dan follower-nya sebanyak Darby ini?" urai Teguh seraya menegaskan bahwa demi mencapai subscriber dan follower sebanyak yang dimiliki Darby butuh usaha keras. "Artinya, apa yang ditawarkan Darby sebenarnya bukan 'pepesan kosong' alias benar-benar ada value-nya."

Memiliki latarbelakang pekerjaan di industri media, Teguh yang sudah kenyang pengalaman melakukan kerjasama job review memberi tips, cara-cara elegan guna mewujudkan "pekerjaan mengulas" tersebut:

1. Pihak atau tema yang mau di-review musti relevan dengan bidang si reviewer atau blogger. Misalnya, bidang si blogger adalah travel blogger, ya mustinya yang dia tawarin review seperti hotel, resort, resto, cafe, gadget buat traveling.

2. Blogger menawarkan kerja sama via email (bisa juga via chat atau WhatsApp, tergantung akrab tidaknya si blogger dengan pihak yang mau diajak kerjasama).

3. Dalam surat penawaran itu blogger menyebutkan tentang: apa yang ia minta; apa timbal baliknya dari si blogger; timeline pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing pihak; lampiran blogger/media kit, atau lampiran portfolio atau hasil karya blogger.

4. Pihak hotel membalas tawaran itu dengan menerima atau menolak (atau mungkin malah enggak menanggapi sama sekali).

5. Kalau pihak hotel setuju, blogger lalu melakukan review dengan T&C (Term and Condition) sesuai perjanjian kerjasama.

6. Blogger mem-posting hasil review-nya di blog dan akun sosmed miliknya.

7. Kedua pihak merasa hak dan kewajibannya sudah terpenuhi semua? Kerjasama pun berakhir.

Ketika job review salah satu hotel di Singapura. (Foto: chiamhuiy.com)
Ketika job review salah satu hotel di Singapura. (Foto: chiamhuiy.com)
Perbaiki Terus Tampilan dan Konten

Wuiihhh, panjang banget nih artikel ya cuma gegara 'Stenson vs Darby' doangan. Tapi sebenarnya, perilaku bernada melecehkan sosok dan pekerjaan blogger maupun influencer bukan kali pertama ini saja kok. Coba saja baca buku Ryan Holiday yang berjudul asli Trust Me, I'm Lying (the tactics and confessions of a media manipulator).

Dalam bukunya ini, Ryan seolah secara tendensius memberi label, bahwa blogger hanya sekadar pekerja yang suka mencari gratisan, gretongan, freeloader!

Blogger, ketus Ryan, selalu siap dieksploitasi. Artinya, kalau para blogger ingin menjadi kaya - atau bahkan menutup uang sewa kontrakan mereka - maka mereka harus menemukan cara-cara lain untuk dibayar. Inilah saat orang-orang seperti saya masuk - dengan setumpuk gratisan. (hal 80 -- 81)

Ryan juga menyebut blogger sebagai ganas. [Entah apa yang dimaksud Ryan dengan ganas, tapi mungkin karena pernyataannya adalah terkait uang, bisa jadi ganas kalau sudah menyangkut masalah uang atau honor].

"Para blogger memiliki insentif langsung untuk menulis secara lebih baik, menulis secara lebih sederhama, menulis secara lebih kontroversial, atau sebaliknya yang lebih disukai, menulis tanpa harus melakukan pekerjaan apapun, menulis lebih sering daripada yang dituntut. Honor mereka bergantung pada tulisan mereka. Tak heran mereka ganas, tidak bertanggung jawab, tidak teliti, dan tidak jujur." (hal 84)

Akhirnya, orang-orang nyinyir seperti Paul Stenson dan Ryan Holiday itu banyak. Pendukung mereka juga banyak. Maka, cara terbaik untuk membungkam mereka adalah dengan selalu memperbaiki/memperbagus kualitas tampilan maupun konten blog dan vlog milik kita. Selain, selalu berlaku profesional dan menjaga performa sebagai blogger, vlogger, buzzer, influencer dan lainnya.

Eh, moga-moga ada yang mau nawari aku job review hotel nih, mau dong ...!

Tabik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun