***
Melanturnya nenekku ini sebenarnya sudah diketahui semua anggota keluargaku. Dan semuanya tidak ada yang percaya dengan ucapan nenek. Seperti yang kubilang tadi, mungkin ini kejadian ketika nenek lagi caper dan bertingkah kekanakkan.
Tapi aku ingat Ibu pernah bilang kalau di telinga nenek ada gumpalan batu. Seketika otakku mencerna kalau batu itu sepertinya memengaruhi pendengaran Nenek. Aku semakin yakin ketika suatu ketika mencoba membersihkan telinga nenek, ada sebuah gumpalan yang menyebabkan korek telinga susah masuk.
Akhirnya aku mengusulkan pada orang tuaku untuk memeriksakan telinga nenek ke rumah sakit. Karena mungkin batu yang mengganjal di telinganya menyebabkan penghimpitan suara masuk, sehingga terdengar seperti siulan seruling. Langsung saja, kedua orang tuaku menyetujui dan membawa nenek ke rumah sakit terdekat.
"Menurut Kakak, nenek itu berbohong, ya?" tanya adikku setelah nenek menjalani operasi telinga. Itu sekitar tiga hari setelahnya.
Aku menggeleng. "Bukan berbohong, hanya salah tangkap saja. Memangnya kau mendengar suara seruling itu?" tanyaku balik. Dia hanya menggeleng.
"Nah, berarti nenek saja yang salah dengar."
"Sekarang nenek sudah sembuh kan?"
Aku mengangguk.
Tapi adikku masih berceloteh dan bertanya lebih detail lagi. Seakan tidak puas dengan tanggapanku. "Tapi, kenapa nenek masih bisa mendengar suara seruling itu?"
Aku termenung sejenak. "Mungkin efek pemulihan." Ragu dengan jawabanku sendiri. Tapi aku berharap ketika luka operasi di telinga nenek sudah benar-benar pulih, suara-suara itu sudah hilang.