Kalau orang Indonesia mandinya bisa dua tiga kali sehari karena keringatan tersengat matahari dan suhu udara yang panas di garis equator, berbeda dengan Jerman. Nggak mandi sehari sebenarnya nggak papa, pakai washlap saja udah beres.
Tapi kalau seminggu-dua minggu bisa apek, ya? Banyak orang Jerman yang saya kenal walau mereka punya rumah dan tempat mandi yang bagus, nggak mandi setiap hari, lho. Selain memang kebiasaan, juga hemat air. Ada yang bilang nggak sempat mandi karena harus cepat-cepat berangkat kerja atau sekolah/kuliah/pendidikan. Wkwkw. Untung aku orang Indonesia, paling nggak mandi sehari sekali udah jadi kewajiban. Kalau nggak mandi rasanya gimana, gitu.
Nah, mau tahu gelandangan Hamburg mandinya gimana?
Marco mengatakan bahwa dia malu karena tahu dirinya bau dan orang-orang mencium bau badannya yang nggak sedap. Maka dari itu, Mario senang mandi kucing. Iya, di WC umum. Yang repot adalah ia harus membawa semua barang yang ia bawa ke dalam kamar kecil.
Sesak, bukan? Kalau ditinggal takut hilang, bisa celaka. Selain itu, ia tahu di mana tempat mandi. Yakni di Lembaga "Diakonie" di Bundesstrasse. Tempatnya agak jauh, sih. Jadi jarang-jarang ke sana. Paling banter ke toilet umum sajalah. Ada lagi beberapa tempat mandi yang ia tahu yakni di Herz As di Muenzviertel. Alimaus atau CaFee mit Herz.
Lewat radio, ia mendengar kabar bahwa ada GoBanyo, bus tempat mandi khusus untuk gelandangan yang dibuat dari crowdfunding yang menyulap bus menjadi tempat mandi keliling.
Di sana gelandangan akan disambut hangat untuk mandi dan mendapatkan pakaian ganti, celana dalam dan kaos kaki gratis.
Cuci bajunya para gelandangan di mana?
Aku ingat banget waktu aku kecil sampai dewasa, orang tua nggak ada mesin cuci. Yaoloh cuci pakai tangan seharian capeeeeek, deh. Belum naik ke atap genteng untuk menjemurnya karena kami nggak punya halaman. Tapi ternyata ada nilai kerja keras dan belajar keprihatinan di sana, yang ini sangat memberikan pelajaran berharga dalam hidup sekarang ini. Betul? Tidak ada makan siang yang gratis.
Achim sudah 30 tahun berada di jalanan. Ia tahu betul di mana ia bisa mencuci bajunya. Ke tempat-tempat khusus bagi gelandanganlah ia membawa baju kotor yang dimasukkan ke ranselnya. Yaitu di Herz As, Diakonie dan Hinz&Kunz. Saking banyaknya gelandangan, ia harus menjadwalkan kapan ia bisa ke sana. Antri.
Kalau gelandangan sakit, gimana, dong?