Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Buat Apa Sih, Menyimpan Foto?

22 Oktober 2019   20:21 Diperbarui: 23 Oktober 2019   15:47 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto di ujung gang (dok.Gana)

Kompasianer suka selfie, wefie, memotret obyek atau orang? Di simpan di mana? Di telepon genggam, medsos, figura, laptop, album, kartu memori, server atau ....? Pastinya bukan di bawah bantal.

Pertanyaan berikutnya, sebenarnya, buat apa sih kita ini bela-belain menyimpan foto? Sudah banyak kerjaan, tambah kerjaan lagi.

Baiklah, berikut adalah pengalaman saya mendapatkan manfaat setelah menyimpan jutaan foto di dalam HP, laptop dan server.

Menyimpan foto di kartu memori (dok.Gana)
Menyimpan foto di kartu memori (dok.Gana)
1. Mampu menyenangkan jiwa

Indonesia, surga ribuan pulau. Surga? Bagaimana tidak, dengan ribuan pulau yang berjajar dari Sabang sampai Merauke, banyak keunikan budaya, bahasa, kuliner, bangunan, flora dan fauna  di masing-masing pulau. Cobalah ke Labuan Bajo dan berada di bukit pulau Kelor. Keindahan alam yang biasa kita lihat di kalender, nyata di depan mata. Atau snorkeling lah di Raja Ampat dan bercanda dengan beragam ikan di bawah air laut. Pergilah ke Borobudur, di mana candi raksasa menunjukkan luhurnya budaya nenek moyang bangsa kita. Bahkan Toraja akan membuat kita terperangah, betapa adat leluhur masih lestari hingga kini. Luar biasa.

Dengan menyimpan foto selama perjalanan wisata di tanah air tadi, hati kita akan merasa senang, bukan? Nggak percaya, saya pandang lagi foto hasil trip terakhir di Indonesia dan senyum akan mengembang di wajah saya. Yes, happy tapi bukan gila.

2. Sebagai obat lupa

Namun saking banyaknya foto, dari kartu HP, laptop sampai server penuh dengan foto, kaaannn. Akibatnya, ada saja yang protes:

"Ihhh buat apa, sih foto banyak banget, nggak ada yang lihat. Memori tuh, di sini." Suami saya protes. Ia menunjuk kepala dan hati sebagai kartu memori abadi. Katanya, nggak perlu mengabadikan semua hal berbentuk foto, memenuhi hardware saja. Mana icloud juga terbatas dan musti bayar langganan lagi kalau overload.

Mulut saya diam. Harus saya jawab bagaimana, dong? Ah ... biarlah. Mungkin ia lupa, ada beberapa orang yang dikaruniai daya ingat low batt seperti saya. Artinya, mudah lupa. Nggak ingat lagi apa yang baru saja terjadi, apalagi sudah lama sekali lewat. Untuk menjaga kelupaan tidak menjangkiti kepala saya, budaya motret sesuka hati di mana saja, kapan saja tetap saya jalani. Kan nggak ngerepotin siapa-siapa? Jika lupa berlanjut, segera membuka simpanan foto. Taraaaa ... "Ah, iyaaaa kemarin ke sana ...."kepala yang bolong sehingga ingatannya nggak komplit, kembali seperti semula.

3. Untuk bahan pameran

Jumat, 20 September 2019. Tanggal itu menjadi hari penting yang membuat kami merasa 24 jam sehari tidak cukup, atau memang kami nggak bisa benar-benar mengatur waktu dan membiarkan waktu berlari dan mengejar, mengatur seenaknya. Huuuuuuh, kesaaaaal. "Kejarlah daku tapi tak bisa ku menipu."

Hari itu, adalah pembukaan pameran Indonesien, Paradise der 1000 Inseln." Yup. Pameran "Indonesia, Surga Ribuan Pulau" itu bukan pertama kalinya. Tapi baru keempat kali itu, sang Buergermeister, kepala pemda setempat yang menelpon saya dan bilang, "Selamat pagi, Bu Stegmann, saya Buergermeister, bisakah Anda bikin pameran Indonesia lagi di museum kami pada bulan Oktober?"

Duerrrr. Lega sekali mendengar kalimat beliau dari telepon di seberang sana. Saya kira, saya salah apaaaa, hutang apaaaa sampai ditelpon orang penting. Di Jerman, semua serba diatur, serba disiplin, serba lurus ... sebagai orang Indonesia memang nggak mudah dan nggak bisa 100% mengikuti apa yang biasa ada di Jerman. Makanya takut banget kalau saya ada salah  perbuatan.

Nah, untunglah saya punya hobi motret. Repot sekali mengumpulkan bahan yang harus dipamerkan ke orang Jerman kalau nggak ada stok. Indonesia itu luassss sekali dan banyak yang bisa dipromosikan. Tiap pulau atau daerah memiliki keunikan tersendiri, mulai dari kekayaan alam sampai keragaman budayanya. Indonesia, omaigot, betul-betul surga dunia. Nggak percaya? Jelajahilah, teman-teman. Segera.

Karena ada orang Jerman yang usul untuk memamerkannya, sudah ada bahan karena suka menyimpannya, acara pameran berjalan lancar. Bahkan makin seru karena teman-teman Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana) ikut gabung. Thank you, ya.

Foto dibuat untuk cover buku (dok.Leutikaprio)
Foto dibuat untuk cover buku (dok.Leutikaprio)
4. Dibuat kartu pos, cover buku dan ilustrasi artikel

Rupanya selain dijadikan bahan pameran, foto-foto di dalam HP atau kamera, bisa juga digunakan bahan untuk membuat kartu pos! Buktinya, di kampung kami ada sepasang kekasih yang menyumbangkan 500 kartu pos kepada pemda setempat. Penjualannya akan disumbangkan pada anak cacat di kota sebelah. Tuh, kan. Foto-foto bidikan mereka itu berhasil dimanfaatkan untuk gambar kartu pos, sekaligus kegiatan sosial ... keren, bukan?

Foto yang dicetak dalam bentuk kartu pos sudah pernah saya coba. Waktu itu pesan di internet. Antara lain adalah hasil jepretan di ujung gang rumah dan foto kami sekeluarga. Kartu pos itu biasa dikirim kepada teman dekat dan saudara.

Selain pameran dan kartu pos, foto bisa dipakai untuk ilustrasi artikel atau cover sebuah buku. Keduanya sudah saya lakukan. Banyak sih, gambar keren punya orang lain atau di internet yang bisa dicomot dan mampu mewakili, tetapi kalau punya sendiri .... Wow, rasanya selangit.

Atas, kartu pos saya. Bawah, kartu pos orang Jerman (dok.Gana)
Atas, kartu pos saya. Bawah, kartu pos orang Jerman (dok.Gana)
***

Yup, mulai sekarang, tetaplah PD untuk menjepret apa saja yang menarik perhatian Kompasianer. Banyak kok, manfaatnya, terutama untuk menyenangkan diri sendiri. Penting itu, supaya jiwa tetap sehat dan bahagia di antara kerasnya kehidupan.

Tips dari saya, rajin-rajinlah untuk membersihkan file foto. Seleksi yang goyang, yang blur, yang dobel atau yang serasa kurang indah. Namanya juga kapasitas mesin atau barang ciptaan manusia itu selalu terbatas, ia tidak bisa menampung sejumlah yang kita inginkan. Yang punya memori tak terbatas hanya Sang Pencipta. Salam hangat dari Jerman. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun