Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Untuk Apa Sih Sombong?

17 Mei 2024   07:51 Diperbarui: 17 Mei 2024   08:01 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Mungkin ada di sekitar kita, orang-orang yang bertindak sombong. Entah, karena pangkat, jabatan atau status sosial. Bicaranya tinggi, sikapnya arogan, bahkan kekuasaan dianggap segalanya. Sudah pasti, banyak orang tidak suka sama si orang sombong. Sayangnya, si orang sombong sama sekali tidak tahu kesombongannya sendiri. Terkadang, kita suka bingung. Kok bisa orang sombong tidak tahu kesombongannya.   

Orang sombong itu, biasanya merasa lebih baik dari orang lain. Merasa penampilan, kecerdasan, atau status yang dimiliki lebih baik. Sikapnya arogan. Bicaranya menyalahkan orang lain dan selalu membenarkan dirinya sendiri. Bilangnya ingin memperbaiki padahal belum tentu sepenuhnya benar. Rumah orang lain dianggap jelek dan salah, sementara dia sendiri belum pernah bangun apa-apa.

Hanya orang sombong pula yang suka menyepelekan orang lain. Sikapnya tidak terpuji, perilaku tidak acuh, dan malas mendengarkan orang. Tidak menghargai pencapaian orang lain. Si orang sombong, memang egois. Bila dicermati, orang sombong mudah terlihat dari cara bicaranya, cara memperlakukan orang lain, bahkan dari gaya berjalannya bisa terlihat. Seolah-olah hanya dirinya sendiri yang paling benar, dan semua yang diperbuat orang lain salah. Wajar, si orang sombong senang dipuji (itupun kalau ada temannya).

Si orang sombong sering lupa. Bahwa "Dan janganlah engkau memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan kesombongan (QS. Luqman: 18). Makanya, orang yang sombong itu ibarat orang yang berdiri di atas gunung. Dia melihat orang lain semuanya kecil. Sayangnya, dia tidak sadar orang lain pun melihat dia kecil juga. Tatapan matanya merendahkan dan ucapan yang meninggikan diri sendiri. Coba deh di cek, di sekeliling kita. Begitulah orang sombong bertindak. Jangan sombong, karena kesombongan sekecil apapun tidak akan menjadikan orangnya tinggi derajat. Tapi justru kesembongan akan membuat dirinya terperosok dalam kerendahan akhlak.

Hati-hati, orang sombong itu biasanya merasa paling benar sendiri. Sikapnya selalu tdiak menghargai ikhtiar orang lain. Jangan bersikap lembut, saat berpapasan pun pasti memalingkan muka. Jangankan memberi salam, menoleh pun tidak mampu. Maka tinggalkan dan hindari bergaul dengan orang-orang sombong.


Sejatinya, tidak ada gunanya bersikap sombong. Karena semua yang dimiliki hanyalah titipan. Pangkat, jabatan, harta, statsu sosial sekalipun hanya sementara. Hingga suatu saat, semua itu akan menghilang tanpa bekas. Dunia sudah menunjukkan, orang kaya pun bisa berubah jadi miskin. Orang dianggap mulia pun akhirnya masuk penjara. Semuanya terjadi karena sifat sombong.

Ketahuilah, "Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan manusia (HR Muslim: 2749). Orang sombong pasti mengabaikan kebaikan, dan merendahkan sesama. Makanya, banyak orang tidak suka bergaul dan berada dekat pada orang yang sombong. Omongannya tinggi, sikapanya arogan, dan tidak punya empati kepada orang lain.

Jadi, selagi masih hidup di dunia yang sementara tidak peru sombong. Karena langit pun tidak pernah menjelaskan kenapa dia tinggi. Gunung pun tidak bangga bahwa dia tinggi. Lalu, kenapa masih ada orang-orang yang gayanya selangit padahal kakinya masih berpijak di bumi.

Jauhi sikap sombong. Introspeksi diri dan berusahalah untuk selalu rendah hari (bukan rendah diri). Karena tidak ada musuh yang perlu kita takuti, selain kesombongan diri kita sendiri. Dan saat berhadapan dengan orang sombong, sikapilah dengan rendah hati dan sabar. Salam literasi #KopiLentera #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun