Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Napak Tilas Tsunami 2004 di Khao Lak, Thailand

8 Oktober 2018   11:47 Diperbarui: 8 Oktober 2018   11:57 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi monumen yang ada di Ban Nam Khem. Sebuah patung Buda berwarna emas sedang duduk di atas bunga lotus warna putih sebagai tempat berdoa, dinding di mana tertulis nama-nama korban dan kalimat berisi doa dari keluarga korban ada di sana. 

Mata saya segera mendapati gambar seseorang, lengkap dengan tanggal kelahiran dan sebuah kalimat dari keluarga yang ditinggalkan “Du bist immer bei uns" (Kau selalu di hati kami), Sie flogen ins Paradies und kehrten nicht zurck" (Dia terbang ke surga dan tak akan kembali), Erinnerungen an Menschen gehen nie verloren, wenn man sie im Herzen behalt" (Peringatan atas orang-orang yang nggak bakal hilang kalau selalu disimpan di hati).

Selain dari Jerman, para korban berasal dari Austria, Australia, Belgia, Belanda, China, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Italia, Jepang, Kanada, Luxemburg, Myanmar, New Zealand, Norwegia, Perancis, Philipina, Polandia, Portugis dan Thailand. Foto-foto mereka bisa dilihat di monumen dengan keramik mozaik warna biru dan putih. 

Muram sekali suasananya. Tambah mencekam dengan sudut sembahyang dengan kembang, patung orang dan patung ayam di sana-sini.

Anak-anak berlarian ke sana-ke mari. Beberapa gubuk tempat makan kosong. Kami pun menyeberang, mendekat pada kapal yang terlempar oleh ombak sampai ke taman. Di taman ada papan informasi yang menjelaskan apa saja yang sebenarnya bisa dikunjungi di area sub distrik Bangmuang.

Nggak hanya monumen Tsunami di Bhan Nam Khem saja. Ada museum sejarah tsunami di mana kapal warna oranye-biru terdampar, pantai Bang Lut, pantai Ban Thap Taiwan, pantai Bang Sak, kuburan korban Tsunami, kapal feri "Pier", tur naik gajah "Sairung", tur naik gajah "Supaporn."

Sejam cukup untuk menjelajahi tempat yang sepertinya rata dari Tsunami. Tempat mengerikan yang berbahaya. Zona selamat baru ada 1,5 km dari sana. Sebuah bangunan tingi dengan anak tangga dari besi. Letaknya jauh sekali. Jika lari, ombak sudah membawa kita pergi. Ya, Tuhan, bisakah Anda membayangkannya ada di sana dan itu terjadi?

***

Begitulah sekilas perjalanan kami di Khao Lak, Thailand. 

Berada di sana, saya berharap bahwa sosialiasi tentang gempa dan Tsunami di daerah c

dokpri
dokpri
incin api seperti Indonesia semakin digalakkan, supaya setiap orang mulai dari anak-anak sampai lansia tahu, bagaimana cara menyelamatkan diri dan atau mendeteksi bencana supaya selamat dari bahaya. Membayangkan sekolah-sekolah menyebarkan informasi, media sosial, media massa dan entah apalagi yang bisa digalang untuk menuju persiapan ke sana.

Ditambah pembangunan tempat-tempat seperti monumen, posko penyelamatan, petunjuk jalan penyelamatan dan sejenisnya mulai dibangun di tempat-tempat yang pernah diterjang gempa dan atau Tsunami, supaya banyak orang yang belum tahu jadi tahu atau yang sudah tahu jadi ingat. Gempa dan Tsunami bisa datang kapan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun