Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Napak Tilas Tsunami 2004 di Khao Lak, Thailand

8 Oktober 2018   11:47 Diperbarui: 8 Oktober 2018   11:57 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua kapal militer berpatroli. Kabarnya itu adalah kapal pengawal salah satu turis yang juga anggota keluarga kerajaan Thailand. Tiba-tiba, datang di sampingnya dari tengah laut, gelombang yang besar. Beberapa orang lokal sudah merasa ada yang nggak beres dengan seberang sana dan berlari meninggalkan pantai untuk melarikan diri. Sayang, banyak turis asing yang kurang tanggap. Mereka memandangi orang Thailand dan tetap berada di pantai.

Suami: "Wah, gelombang pantai besar sekali. Gila ... Wah kapalnya keterjang. Kita harus segera pergi dari sini. Apa itu ya? Kita harus segera pergi. Ke belakang...

(Suara seorang pria Jerman dari balkon hotel sedang membuat video dan berkomentar).

Istri: Ya ... apa itu?

(Panik, si istri ikut panik).

Anak: Hik.. hik (menangis). Aku mau pulang....hik ... hik ... ke rumah ... aku mau pulanggg ....


(Menghadapi situasi mencekam, anak merasa takut. Ia pun menangis sebagai pelampiasan perasaan yang ada di hati dan otaknya).

Suami: Terus jalan. 

(Suara desahan nafas orang berlari dan tangisan anak serta bayi terdengar jelas meski kamera nggak dipegang secara stabil. Melihatnya, saya pusing dan hati tersayat).

Istri: Terus ... kita harus terus ...

Tin ... tin tin ... (Bunyi motor lewat. Mungkin si pengendara juga menyelamatkan diri).

Istri: Apa itu? Apa itu? (Bingung dengan apa yang dilihat di depan mata, membuatnya gelisah. Ia waktu itu belum tahu kalau bahaya di depan matanya adalah Tsunami).

................................................

Barangkali begitu terjemahan percakapan bahasa Jerman yang saya tonton di youtube sebelum keberangkatan kami ke Khao Lak, Thailand pada 3 Agustus 2018 yang lalu. 

dokpri
dokpri
Mengunjungi tempat wisata bekas Tsunami, berani?

Eh, Khao Lak, Thailand? Entah mengapa, suami dan anak-anak bersikeras untuk pergi ke Thailand dalam rangka liburan musim panas. Saya lebih usul ke Portugis atau Yunani. Selain  nggak perlu lamar visa dengan pasport hijau, tempatnya dekat, perjalanan nggak lama, indah, nggak begitu mahal dan nggak jauh dari Jerman.

Biasa, orang Jerman memang paling suka; pantai, matahari dan pasir kalau liburan. Sebabnya memang negeri besar itu nggak punya kekayaan alam seperti di Asia. Maklum, negaranya memiliki keindahan lain dengan 4 musim.

"Sama --sama mengeluarkan uang, aku lebih seneng ke Asia karena ada hati yang diletakkan orang-orang di sekelilingnya dalam menyambut kita," suami saya kasih argumen. Saya GR.

Hmm, saya pikir ia betul juga. Jika berlibur ke Eropa, belum tentu di hotel atau di manapun kita berada akan disambut dengan senyuman ikhlas, wajah bersahabat dan pelayanan ala Asia yang nggak bisa ditemukan di Eropa. 

dokpri
dokpri
Entah berapa kali sehari kami mendengar orang mengucapkan "Sawadeeka" kepada kami saat bertemu dengan orang-orang Thailand. Salam yang disampaikan dengan cara menganggukkan kepala dan atau sembari mengatupkan kedua telapak tangan di dada. Senyum dan wajah ramah? Pastilahhhhh.

Duh, ngotot ke Thailand ya? Ya, sudah saya mengalah. Meskipun demikian, jujur, sejak sebelum beli tiket Pausal sampai hari terakhir di Thailand, hati saya tetap ketar-ketir. Masak piknik ke tempat bekas Tsunami? Apa nggak ada tempat laen, siiiiihhhh?

Pausal adalah paket tiket yang semua inclusive mulai dari tiket pesawat internasional, pesawat lokal, transport lokal di Thailand dan Jerman, diskon paket tur wisata lokal, hotel serta makan pagi yang cukup dikategorikan dalam golongan murah. Untuk traveler seperti kami sebenarnya kurang cocok karena kami suka pindah-pindah.

Misalnya 3 hari di Khao Lak, 3 hari di Phuket, 3 hari di Hoa Hin dan 3 hari di Bangkok. Berada 2 minggu di tempat yang sama di Khao Lak kadang membosankan, sedangkan untuk tur ke tempat-tempat tersebut di  atas dan harus kembali ke hotel yang sudah dibayar, nggak efektif dan capek.

Galau. Barangkali itu juga yang Anda akan rasakan ketika akan berlibur ke Aceh, Lombok, Palu atau tempat-tempat wisata lainnya di seluruh pelosok tanah air Indonesia yang pernah terkena Tsunami. Meskipun saya tahu takdir Tuhan nggak ada yang tahu, rahasia yang nggak disangka-sangka tetapi rasa was-was pasti masih ada.

dokpri
dokpri
Semua tempat jadi baru dan lengang

Berangkat. Kami jadi berangkat dari Jerman ke Thailand. Selama perjalanan, saya selalu berdoa supaya nggak ada hal-hal buruk yang akan terjadi. Manusia berencana, Tuhan memutuskan.

Ketika kami tiba, ada perasaan senang menyaksikan betapa pemerintah dan dunia telah mengubah Khao Lak menjadi baru. Bagaimanapun, trauma tsunami masih tetap ada di kepala saya. Apakah nanti akan ada lagi ketika kami dua minggu di sana? Begitu-begitu terus yang ada di kepala saya.

Jalan raya dibangun lebar dan panjang tapi masih terlihat sepi. Kata orang, karena turis baru datang pada bulan Desemberan. Itu high season. Saya ingat, kejadian Tsunami di Khao Lak terjadi pada tanggal 26 Desember 2004. 

"Banyak orang melarikan diri sampai ke jalan raya ini," terang suami saya. Ia memang juga banyak menonton youtube Tsunami di Khao Lak sebelum berangkat. Itu seperti nasehat jika benar akan terjadi bencana.

Merasa masih beruntung dan nyaman, hotel tempat kami tinggal juga baru. Kamar-kamar paling ujung yang jauh dari harus Pantai, banyak dihubungi orang Jerman.

 Bahkan hotel didesain untuk mampu menyelamatkan orang-orang jika Tsunami akan terjadi lagi. Mulai dari plang petunjuk jalan untuk melarikan diri di dua sisi, lapangan helikopter sampai kamar-kamar hotel yang dibangun ke belakang di daerah yang agak tinggi, mendekati bukit. Untuk ke sana, ada transportasi caddy gratis dari hotel. Kalau jalan 5 menitan sampai. Ah, bukit, jika ada apa-apa, orang bisa naik ke sana.

Sama halnya dengan toko-toko di sepanjang jalan di pusat kota Khao Lak yang berdiri. Semua  baru karena yang lama sudah rata dengan tanah akibat Tsunami. 

03a03376-5e68-4b87-bcd8-709f9f4716a9-5bba7caac112fe67dd2c0282.jpeg
03a03376-5e68-4b87-bcd8-709f9f4716a9-5bba7caac112fe67dd2c0282.jpeg
Monumen sebagai saksi Tsunami

Selain menikmati pantai, matahari dan pasir, kami sekeluarga juga ingin mengunjungi monumen-monumen peringatan Tsunami. 

Mula-mula kami mendatangi pohon-pohon besar di sepanjang pantai Khao Lak yang digantungi foto dan kalimat-kalimat kehilangan dari keluarga korban, dikalungi bunga kuning dan lilin.

Pohon tersebut kebanyakan berwarna hitam dan akarnya sudah semakin kelihatan karena keterjang air terus-menerus.

Monumen di mana kapal militer terdampar puluhan kilometer dari garis pantai sampai ke pusat kota juga kami datangi. Di dekatnya bahkan ada museum Tsunami. Itu Di seberang pasar Ban Nyiang, 10 menit dari Khao Lak center, pakai taksi 200 Bath.

Apalagi monumen yang ada di Ban Nam Khem. Sebuah patung Buda berwarna emas sedang duduk di atas bunga lotus warna putih sebagai tempat berdoa, dinding di mana tertulis nama-nama korban dan kalimat berisi doa dari keluarga korban ada di sana. 

Mata saya segera mendapati gambar seseorang, lengkap dengan tanggal kelahiran dan sebuah kalimat dari keluarga yang ditinggalkan “Du bist immer bei uns" (Kau selalu di hati kami), Sie flogen ins Paradies und kehrten nicht zurck" (Dia terbang ke surga dan tak akan kembali), Erinnerungen an Menschen gehen nie verloren, wenn man sie im Herzen behalt" (Peringatan atas orang-orang yang nggak bakal hilang kalau selalu disimpan di hati).

Selain dari Jerman, para korban berasal dari Austria, Australia, Belgia, Belanda, China, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Italia, Jepang, Kanada, Luxemburg, Myanmar, New Zealand, Norwegia, Perancis, Philipina, Polandia, Portugis dan Thailand. Foto-foto mereka bisa dilihat di monumen dengan keramik mozaik warna biru dan putih. 

Muram sekali suasananya. Tambah mencekam dengan sudut sembahyang dengan kembang, patung orang dan patung ayam di sana-sini.

Anak-anak berlarian ke sana-ke mari. Beberapa gubuk tempat makan kosong. Kami pun menyeberang, mendekat pada kapal yang terlempar oleh ombak sampai ke taman. Di taman ada papan informasi yang menjelaskan apa saja yang sebenarnya bisa dikunjungi di area sub distrik Bangmuang.

Nggak hanya monumen Tsunami di Bhan Nam Khem saja. Ada museum sejarah tsunami di mana kapal warna oranye-biru terdampar, pantai Bang Lut, pantai Ban Thap Taiwan, pantai Bang Sak, kuburan korban Tsunami, kapal feri "Pier", tur naik gajah "Sairung", tur naik gajah "Supaporn."

Sejam cukup untuk menjelajahi tempat yang sepertinya rata dari Tsunami. Tempat mengerikan yang berbahaya. Zona selamat baru ada 1,5 km dari sana. Sebuah bangunan tingi dengan anak tangga dari besi. Letaknya jauh sekali. Jika lari, ombak sudah membawa kita pergi. Ya, Tuhan, bisakah Anda membayangkannya ada di sana dan itu terjadi?

***

Begitulah sekilas perjalanan kami di Khao Lak, Thailand. 

Berada di sana, saya berharap bahwa sosialiasi tentang gempa dan Tsunami di daerah c

dokpri
dokpri
incin api seperti Indonesia semakin digalakkan, supaya setiap orang mulai dari anak-anak sampai lansia tahu, bagaimana cara menyelamatkan diri dan atau mendeteksi bencana supaya selamat dari bahaya. Membayangkan sekolah-sekolah menyebarkan informasi, media sosial, media massa dan entah apalagi yang bisa digalang untuk menuju persiapan ke sana.

Ditambah pembangunan tempat-tempat seperti monumen, posko penyelamatan, petunjuk jalan penyelamatan dan sejenisnya mulai dibangun di tempat-tempat yang pernah diterjang gempa dan atau Tsunami, supaya banyak orang yang belum tahu jadi tahu atau yang sudah tahu jadi ingat. Gempa dan Tsunami bisa datang kapan saja.

Terakhir, marilah saling mendoakan supaya semua tetap sehat, panjang umur dan bahagia. Doa kami untuk Indonesia. Salam dari Jerman. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun