Mohon tunggu...
Dimas Septian A
Dimas Septian A Mohon Tunggu... Freelancer - Hello

Student

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Media Sosial sebagai Sarang "Hoaks"

16 Oktober 2018   05:16 Diperbarui: 16 Oktober 2018   05:19 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Lampungpro.com

Di era modern saat ini kita sebagai konsumen berita dapat mengakses berita kapan saja dan di mana saja. Namun di masa sekarang banyaknya berita yang terpublikasi di internet terkadang tidak bisa dipertanggung jawabkan keaktualan, keakurasian dan kebenaran isi berita tersebut. 

Begitu cepatnya penyebaran konten di internet membuat berita yang belum terverifikasi kebenarannya sudah terlanjur tersebar secara cepat dan sudah dapat di akses oleh para pengguna internet di seluruh dunia.

Media sosial merupakan salah satu saluran yang paling sering di akses oleh banyak pengguna internet di masa kini. Berbagai kalangan mulai dari anak muda sampai orang tua sekalipun sering membuka dan mengakses media sosial melalui gawai yang mereka miliki. 

Namun di dalam media sosial tidak tersaringnya informasi dan kecepatan penyebaran konten menjadi permasalahan tersendiri, terutama dalam bidang jurnalistik. Bisa saja informasi-informasi yang tersebar adalah sebuah informasi palsu atau tidak sesuai dengan kenyataan yang ada atau biasa disebut hoaks.

Hoaks menurut KBBI adalah berita bohong. Menurut Silverman (2015), hoaks atau berita bohong (fake news) adalah rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun dijual sebagai sebuah kebenaran. 

Suatu berita dapat dikatakan tidak benar atau hoaks jika kebenarannya tidak dapat dibuktikan atau tidak ada sumber yang jelas dan kredibel mengenai informasi yang dimuat di dalam berita tersebut.

Kebohongan atau deception menurut Ekman (1985) dan Knapp & Comadena (1979) dalam Budyatna & Ganiem (2011) merupakan sebuah pesan yang secara sadar disampaikan oleh pengirim pesan untuk mengembangkan keyakinan atau pemahaman yang salah oleh penerima pesan. 

Kebohongan terjadi bila informan atau si pengirim pesan mengendalikan informasi tersebut dengan menyampaikan makna yang menyimpang dari kebenaran.

Dalam hal ini, pembuat berita sebagai pengirim pesan sengaja dan secara sadar membuat informasi di dalam berita tersebut tidak sesuai dengan fakta atau kenyataan ada sehingga membangun keyakinan serta pemahaman yang salah kepada audiens atau konsumen berita sebagai penerima pesan yang ada di dalam berita tersebut.

Masyarakat di Indonesia tergolong sangat sensitif terhadap isu-isu seperti agama, suku dan kebudayaan. Keadaam inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh beberapa oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab mengutarakan atau menyebarkan informasi-informasi yang bersifat sensitif dan memicu konfilk antar golongan maupun antar kelompok.

Selain isu sensitif, hasrat atau keinginan masyarakat untuk cepat-cepat menyebarkan suatu informasi yang sekiranya penting atau harus segera di publikasikan juga merupakan salah satu faktor penghambat dalam mengontrol berita hoaks yang tersebar di internet, terutama di media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun