Mohon tunggu...
Fybie Maharani
Fybie Maharani Mohon Tunggu... Pelajar -

Seorang perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jeritan yang Tak Terungkap

12 Desember 2018   09:20 Diperbarui: 12 Desember 2018   09:27 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: @Fybieee

/1/ 

Tuhan: Aku menaruhmu
Pada kandungan perempuan ini,
Agar kau hidup dan dijaga
Hingga kau tumbuh dari keluarga sederhana
Yang kelak, mungkin kau akan jadi
Cahaya bagi keluarga dan orang tuamu

/2/ bayi mungil itupun tumbuh besar dan sehat
bayi yang dulu, kini telah tumbuh
menjadi seorang anak remaja
Yang tumbuh dengan cara-cara orang tuanya

/3/ anak: Aku adalah yang dulu kau
kata 'bayi mungil'
Aku adalah yang dulu dititipkan
untuk nantinya menjadi terang bagi keluarga ini
Bak matahari ketika terang
Serupa bulan saat gelap
Aku dirawat dan tumbuh
dari cara-cara sederhana orang tuaku
kini, aku telah berumur belasan tahun
Keluarga kecilku,
Oh, ayah ibu dan aku..
Keluarga kecil bahagia
Perlahan keadaan memaksa untuk meronta
Suasana mempengaruhi pikiran batin
"Aaaaa, apa keluarga kecil bahagia katamu?"
Aku ingin berteriak
Berteriak sekeras mungkin
Mungkin bisa membelah telaga
"Keluarga? Hahahahahaha!"
Iya keluarga, mungkin dulu kami keluarga.
Namun perlahan,
Salah satu pergi,
Pamitnya kerja mencari duit
Untuk kehidupan sehari-hari
Realita pahitnya, ia pergi
Pergi jauh, melupakan janji bersama merpati
Pergi bersama gagak,
Berduyun-duyun
ketawa-ketiwi, potret sana potret sini
Hihihi
Aku tertawa, namun aku sungguh benci
Satunya lagi, berdiam diri
ucapnya, ia tak percaya bila merpati tak bawa kertas gulungan berisi bukti
Ia meyakinkan diri, tak hanya ia disini
Yang masih menjaga diri
Dari pantangan janji pada hati

/4/ "Ayah!!!!" teriakku
Tolong aku ayahanda,
Anakmu tak bisa berdusta!
Anakmu memiliki rekaman
Tentang apa yang ia lihat sore tadi,
Ayah! Dengarkanlah anakmu...
Aku menjerit,
Menjerit, dan terus menjerit
menjerit dengan keras dalam hati
Bodoh!
Maki diri ini
Aku ingin ungkapkan,
Namun tak sanggup aku
Walaupun hanya dengan
Mencolek bahu ayah

/5/ "Ibu!!! Ibu!! Oh ibuku!" teriakku memanggil
Dadaku sesak, mataku terbakar api kemarahan
Oh ibu,
Mengapa kau lakukan semua ini?
Ibu, ibu, ibu
Kau adalah pelita di ujung jalanku
Tapi kini,
Kini kau redupkan cahayamu
"ibu, janganlah seperti ini ibu." ucapku
ibu, aku mengasihimu
Tapi mengapa kau khianati aku?
Hatiku tak bisa berkompromi soal ini

/6/ Ayah: telah dibutakannya mata ibumu nak,
Biarlah ia turuti kata laju hatinya
Diamlah saja selagi kau bisa
Redam redupkanlah emosimu
Ayahpun begitu nak,
"ayah ingin berteriak." tapi sudahlah tiada guna
Ayah cukuplah melihatnya berperilaku tidak wajar
Pergi fajar, pulang di fajar setelahnya
Diamlah saja nak, diamlah

/7/ ibu: "tak puaskah kalian bercengkerama bertopik ibu?"
maafkan ibu, tapi ini keinginan ibu
Ibu belum tentu tak memiliki alasan
Dari semua hal yang telah ibu lakukan ini
karena ayahmu yang tak mencukupi ibu,
Atau memang ini semua nafsu ibu?
Ibu tak tau nak,
Ibu hanya ingin
Dan yang ibu tahu, ibu mungkin merusak segalanya

/8/ aku: "enyahlah, enyah!"
Aku ingin keluarga kecilku kembali
Aku ingin ayah dan ibuku satu padu
Dan aku jadi pengikatnya
mengertilah ayah, aku ingin kau bantu ibu
Menyadarkan atau sekedar memberi penjelasan
Tolong aku ibu, aku butuh kau jadi sandaranku
Jadi petunjukku raih apa yang ingin aku tuju

/9/ mungkin percuma,
Semua tinggallah asa
Tiada yang mengerti sebuah rasa,
Rasa yang ingin menyatukan perpecahan
Kasih yang dibutuhkan
Sang mini dari sang maksi
Ah, enyah sudah
Gugur sudah semua yang pernah berdiri teguh
Berjanji dihadapan merpati
Selesai sudah semuanya
Padahal, aku tak ingin ini
Aku ingin kita

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun