Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menengok Rengas Dengklok

16 Agustus 2015   08:16 Diperbarui: 16 Agustus 2015   08:16 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Djiaw Kie Siong, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.

Terjadinya Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tak bisa dipisahkan dengan peristiwa Rengas Dengklok. Jika peristiwa penculikan Sukarno dan Hatta tidak terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945, belum tentu Indonesia bisa merdeka. Sebab pada tanggal 9 Agustus 1945, Jepang pernah memberi janji untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia di kemudian hari, padahal tanggal 14 Agustus, jepang bertekuk lutut kepada tentara sekutu.

Melihat situasi yang sangat kritis itu, para pemuda mengadakan rapat untuk mendesak Bung Karno dan Hatta agar segera memproklamirkan kemerdekaan. Untuk melancarkan rencana itu, para pemuda mengadakan rapat di asrama Baperpi Jalan Cikini 74 Jakarta, yang memutuskan agar Bung Karno dan Hatta diasingkan ke luar kota agar terhindar dari pengaruh Jepang. Oleh para pemuda, Bung Karno dan Hatta dibawa ke Rengas Dengklok. Di sini Bung Karno dan Hatta didesak untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Setelah melewati perdebatan panjang, sengit dan melelahkan akhirnya diputuskan untuk memproklamirkan kemerdekaan pada tanggl 17 Agustus 1945.

Peristiwa yang sangat bersejarah ini membuat saya ingin melihat seperti apa Rengas Dengklok itu. Dan keinginan itu terwujud pada 28 Juli 2015 kemarin. Saat akan ke Jakarta saya membelokan mobil ke arah Rengas Dengklok. Perjalanan yang saya pikir dekat saja ternyata cukup jauh.

Bantuan dari Google Map ternyata tak cukup menyampaikan saya ke Rengas Dengklok. Akhirnya saya mesti bertanya kepada penduduk setempat. Cukup mudah menemukannya. Akhirnya saya sampai ke tempat Bung Karno dan Hatta diculik.

Saat datang, sebuah mobil baru keluar dari rumah bersejarah itu. Suasana adem menyambut kami di siang yang panas itu. Rumah yang dinaungi oleh pohon mangga dan jambu itu memang terlihat berbeda dengan rumah-rumah di sekitarnya. Tentu saja rumah itu dipertahankan agar otentik seperti saat peristiwa penculikan terjadi.

Pak Yayang dan Ibu Iim yang merupakan cicit dari Djiaw Kie Siong –sang pemilik rumah mengatakan bahwa pemerintah memang melarang rumah ini untuk diubah. Setiap perubahan harus atas persetujuan pemerintah.

Djiaw Kie Siong Adalah seorang petani dan pedagang kaya sehingga memiliki rumah yang besar dan tanah yang luas. Salah satu alasan pemilihan rumah Djiaw Kie Siong karena cukup tersembunyi. Menurut Ibu Iim, rumah Engkongnya itu, punya halaman yang luas dengan pagar yang cukup rapat. Orang mesti melewati 20 meteran kebun dan taman dari gerbangnya.

Rumah Djiaw Kie Siong memiliki dua kamar besar dan beberapa kamar kecil Dua kamar besar di depan dipergunakan oleh Bung Karno beserta Fatmawati dan Guntur, dan satu kamar besar lainnya ditempati oleh Bung Hatta.

Sebetulnya rumah aslinya berada dekat dengan sungai Citarum. Karena terjadi abrasi sungai, lama kelamaan rumah Djiaw Kie Siong semakin mendekati pinggiran sungai. Akhirnya rumah ini dipindahkan ke lokasi sekarang. Namun karena proses tukar guling tanah tidak berjalan lancar mengakibatkan tanah luas yang dulu dimiliki Djiaw Kie Siong tidak terganti seluruhnya. Akhirnya rumah yang bersejarah ini hanya memilki halaman depan yang kecil saja.

Ibu Iim, mengatakan “dulu pernah kami usahakan agar halaman luas yang dulu dimikiki Engkong Djiaw Kie Siong dikembalikan, akan tetapi sangat sulit sehingga sekarang kami pasrah saja dengan yang ada”.

Terlepas dari permasalahan tukar guling tanah itu, saya berharap rumah ini diperkaya dengan referensi tentang kronologis terjadinya peristiwa Rengas Dengklok. Kalau bisa menggunakan TV LED lebih keren lagi. Tentu saja pemerintah yang harus melakukannya, sebab kalau diserahkan pada keluarga, akan sangat kesulitan secara ekonomi.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun