Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mitos Masyarakat Terpolarisasi karena Pemilu

25 Desember 2018   01:30 Diperbarui: 25 Desember 2018   03:51 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Realita politik:

Kalau mengamati realita politik kita saat ini telah terjadi perubahan anggota tiap koalisi antara tahun 2014 dengan sekarang. Namun yang bersaing tetaplah Prabowo dengan Jokowi. Akan tetapi, oleh karena pasangan masing-masing berubah. Maka tidak bisa serta merta sama. Bagaimanapun Sandiaga Uno tidak sama posisinya dibandingkan dengan Hatta Rajasa. 

Sementara perbedaan besar dalam persepsi masyarakat terhadap Jusuf Kalla dibandingkan dengan Ma'ruf Amin. Alhasil persaingan 2014 todak identik dengan persaingan 2019. Faktor lain yang membedakan antara persaingan 2014 dengan persaingan 2019 adalah bahwa tidak terjadi prolog menjelang persaingan 2014, sedangkan pada persaingan 2019 terjadi prolog yaitu Pilkada DKI. Tidak sedikit pengamat politik bahwa Pilkada DKI dengan menangnya pasangan Anies Baswedan dilihat sebagai pemanasan atau test case bagi Prabowo dan kawan-kawan. Sementara itu, faktor pemilih pemula sebetulnya biasa saja dan selalu ada di tiap Pemilu. 

Akan tetapi, istilah itu sudah berubah maknanya. Jelasnya, yang menjadi sorotan adalah kelompok millenial. Kelompok tidak identik dengan pemilih. Kelompok pemula adakah mereka yang akan ikut pertama kali dalam Pemilu dengan usia sebagai patokannya. Sedangkan kelompok millenial yang juga disebut sebagai generasi Y adalah mereka yang lahir di antara tahun 1980 sampai dengan tahun 1990-an.

 Aspek yang menarik dari kelompok millenial adalah mereka pada umumnya mengecap pendidikan tingkat universitas. Kemudian, mereka optimis dan yakin bahwa secara finansial mereka akan memiliki masa depan yang baik. Secara ekonomi. Untuk itu kelompok millenial telah mengidentifikasikan sebagai generasi optimis, kreatif, dan inovatif. Kelompok millenial bisa dilihat sebagai peluang dan juga tantangan.

 Satu hal bahwa jumlah kelompok millenial cukup banyak dan signifikan. Memahami kelompok millenial menjadi peluang jika bisa dipahami dinamikanya. Tentu saja sangat diharapkan jika mereka akan tinggi partisipasinya dalam Pesta Demokrasi. Lain halnya jika tidak mampu kelompok millenial sehingga potensinya tidak bisa disalurkan sehingga menarik diri dari keikutsertaan dalam Pemilu. Ini tantangan yang serius. Tengok saja saat Pemilu saat Trump vs Hillary Clintonm ternyata sangat banyak kelompok millenial yang berpartisipasi.

Polarisasi:

Kembali sebagai polarisasi, apakah mitos, atau bukan? Kalau kita lihat apa yang terjadi di dunia politik di Amerika Serikat dengan Demokrat dan Republik, sepintas terjadi polarisasi. Namun, polarisasi itu hanya di antara elite politik antara pemuka partai Republik dengan partai Demokrat. Sementara di kalangan masyarakat, polarisasi hanya terlihat menjelang Pemilu,saat Pemilu, dan beberapa bulan setelah Pemilu. Setelah itu yang disebut tidak merupakan keadaan masa lalu. Tentu saja keadaan tiap negara akan berbeda. 

Hanya saja, dampak Pemilu terhadap polarisasi hanya merupakan temporer. Sifat sementara ini dengan sendirinya telah mematahkan bahwa hanya mitos belaka polarisasi terjadi akibat Pemilu. Bagaimana dengan keadaan Indonesia yang sedang dalam tahun politik?Terlihat bahwa suhu politik begitu panas seperti polarisasi telah terjadi. 

Namun di masyarakat yang merupakan silent majority sulit untuk menyimpulkan terjadi polarisasi. Kalaupun ada hanya bersifat sementara. Lain lagi dengan para elite politik, boleh jadi polarisasi memang merupakan konsekuensi logis dari dinamika persaingan. 

Tentu saja sangat diharapkan bahwa polarisasi hanya merupakan simtom, yang dengan sendirinya akan berangsur hilang jika da faktor-faktor yang sangat signifikan yang mau tak mau akan menyatukan masyarakat dan hilangnya polarisasi. Sebagai fenomena sosial polarisasi memang sesuatu yang biasa. Namun usai Pemilu fenomena ini akan surut. Bahkan akan sirna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun