Mohon tunggu...
freshlogicid
freshlogicid Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, saya berminat menulis tentang Parenting, Tekhnologi, dan Krisis Iklim Serta menulis tentang Politik baik didalam maupun diluar kampus.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penetapan Sepihak DEMA FUSHA, Pertanda! Hilangnya Demokrasi Kampus

6 Juli 2025   00:14 Diperbarui: 6 Juli 2025   00:14 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pamflet Penetapan DEMA FUSHA Periode 2025-2026

Penetapan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUSHA) IAIN Pontianak, periode 2025/2026 menuai Pro dan Kontra dari sejumlah mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh proses penunjukan Ketua DEMA, yang tidak melalui mekanisme pemilihan suara (voting) sebagaimana mestinya, melainkan ditetapkan secara sepihak oleh pihak internal fakultas.

Proses penetapan tersebut dilakukan pada Kamis, 3 Juli 2025, tanpa adanya pemberitahuan terbuka atau agenda pemilihan umum mahasiswa (PEMIRA) sebagaimana yang lazim dilakukan dalam sistem demokrasi kampus. Hal ini mengejutkan banyak mahasiswa, yang merasa tidak dilibatkan dalam proses penting yang seharusnya menjadi ruang partisipasi dan representasi mereka.

Menurut keterangan beberapa mahasiswa FUSHA, tidak pernah ada informasi atau publikasi terbuka mengenai pembukaan pendaftaran calon ketua DEMA, pembentukan panitia pemilihan, ataupun sosialisasi teknis pemungutan suara.

Tiba-tiba saja, nama pengurus DEMA periode baru diumumkan dan langsung ditetapkan tanpa melalui pemilihan umum mahasiswa.
   
Ishak salah satu mahasiswa FUSHA. Ia menyebut bahwa sistem penunjukan seperti ini mencederai prinsip demokrasi dan transparansi yang seharusnya menjadi nilai dasar organisasi mahasiswa. "Kampus ini tempat belajar demokrasi, bukan tempat melanggengkan budaya penunjukan sepihak. Kalau DEMA saja ditentukan secara tertutup, bagaimana kami bisa mempercayai mereka menyuarakan kepentingan mahasiswa?" katanya.
   
Kritik serupa juga disampaikan oleh Mahasiswa berinisial (NF) yang menilai bahwa tindakan ini menunjukkan buruknya tata kelola organisasi di tingkat fakultas, "Saya benar-benar kecewa. DEMA itu lembaga eksekutif mahasiswa, harusnya jadi perwakilan suara kami. Tapi nyatanya, kami tidak diberi kesempatan memilih siapa yang akan menjadi pemimpin kami," tuturnya.

Tidak sedikit mahasiswa yang menduga bahwa penunjukan tersebut hanya dilakukan berdasarkan kesepakatan internal segelintir orang yang dekat dengan pihak fakultas. Dugaan ini diperkuat dengan minimnya keterlibatan mahasiswa dalam pemilihan DEMA FUSHA.

Penulis: Sahabat Ishak

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun