Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membunuh Arogansi

26 Maret 2019   23:43 Diperbarui: 27 Maret 2019   00:11 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
issiregar.wordpress.com

Kutitipkan huruf-huruf hidup bersama kecewa, padamu angin barat. Meniuplah kursi-kursi harapan rakyat, bila perlu hingga kursi-kursi itu terbenam. Kursi-kursi itu bertuan, tetapi penuh sengat hingga alas-alasnya.

Kupinta ini bukanlah kutuk. Entahlah, darimana asalnya, dan ke mana bertiupnya. Mungkin supaya para insan, bersiaga dan memetik hikmahnya. Biar mata sedikit terbelalak, asalkan sadar dikembalikan pada nasib si cilik.

Ingin kujadi Iwan Fals, biar kunyanyi bebas dalam indah demi suara yang tak tersampaikan.

Aku akan membunuhmu, bukan dirimu tetapi sikapmu yang membelakangi cermin pilihan kamarmu. Pada cermin itu, tertulis melupa diri dengan balik belakang ingin tinggalkan tangisan si cilik dengan pesona angkuh di kata.

Huruf-huruf hidup, kembalilah mengutuk mulutnya dengan memanaskan kesatuan kata membakar mulutnya yang suka arogan. Bukan hanya arogan, tetapi arogannya tak peduli orang-orang yang telah memilihnya.  

Ingin kubunuh arogansimu. Aku nekad, sebab Pancasila Negeri, dari sononya telah mengizinkan hukum Negeri ini untuk menumpas kursi dan tuannya yang suka arogan.

Sekali lagi, tak kubunuh dirimu tetapi arogansimu dengan meminta restu Pancasila Negeri ini, alam dunia ini, demi memekikkan nasib manusia sejagad raya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun