Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Feodal

19 Maret 2019   10:26 Diperbarui: 19 Maret 2019   10:31 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merasa jago dalam tangan sendiri, tidak lebih dari kerakusan yang digenggam dalam cela jari-jemari.

Memimpin ibarat menelurkan sejumlah meubel. Memproduk kursi sebanyak-banyaknya untuk diduduki sendiri.

Bibir lebih suka menghakimi dengan hukum budaya yang diandai-andai untuk menumpuk popularitas.

Telunjuk lebih rajin menunjuk ke sana ke mari. Raut muka tidak lebih dari keangkuhan yang dibungkus dalam tugas yang mesti dilaksanakan.

Feodal berubah rupa dalam sikap tegas semu, yang diperhalus melalui strategi-strategi administratif.

Asalkan tugas jalan, tak peduli siapa yang datang. Padahal pentingnya ialah siapa yang datang adalah tugas yang harus dilaksanakan.

Feodal. Modelmu  menyisakan sakit. Tidakkah bola matamu terbuka, tangisan ribuan rakyat kecil karena ulahmu, wahai feodal.

Feodal, untungmu tipis tetapi terdiri dari gelembung air mata yang dikau rampas sendiri dengan alasan perut mereka.

Feodal, kalaupun untungmu besar, kelak untungmu ialah boomerang untuk dirimu, para penikmat feodal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun