Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan yang Seimbang

17 Juni 2016   16:09 Diperbarui: 17 Juni 2016   16:16 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDIDIKAN YANG SEIMBANG

NENO YUDEL, FR

  • PENGANTAR

Berbicara tentang pendidikan kita tidak dapat terlepas dari mutu pendidikan anak. yang sesungguhnya adalah suatu model pendidikan yang mampu menghantar anak didik itu sendiri untuk dapat mengetahui sesuatu secara baik, Entah itu menyangkut kepribadiannya maupun kemampuan intelektualnya. Anak tidak bisa hanya sekedar di ajar untuk tahu menulis, membaca, berbicara serta tahu menghitung tetapi harus ada satu tindakan yang lebih jauh dari itu yaitu mengajar/mendidik, membina serta mendampingi anak entah itu di rumah maupun di sekolah.

  • PENDIDIKAN DI RUMAH

Anak sejak masa kecilnya, di dalam keluarga, di sana diajarkan oleh orang tua hal-hal yang selalu saja berkaitan dengan sopan-santun. Ada orang tua yang selalu mengajarkan anaknya untuk tidak boleh mencaci maki, mencuri, melawan orang tua, harus menghormati orang tua dan orang yang lebih tua serta  banyak hal lainnya. Kenyataan-kenyataan ini mau menunjukan bahwa betapa besarnya perjuangan orang tua untuk masa depan anaknya sendiri. Kita dapat melihat kenyataan yang terjadi sekarang bahwa orang tua dan anak sudah mulai menyadari pentingnya pendidikan. Sebagai contoh; pada awal tahun ajaran baru banyak orang tua berbondong-bondong ke sekolah untuk mendaftarkan anaknya masuk ke sekolah entah itu ke SD, SLTP, SMA maupun Perguruan Tinggi. Biaya bukan soal, yang penting anak sekolah.

  • PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Pendidikan yang di lakukan di sekolah sebenarnya merupakan suatu tindak lanjut dari apa yang sudah dimulai di rumah. Di sekolah, guru dan siswalah yang berperan aktif dalam proses pendidikan. Guru memberikan ilmu  yang di ketahui sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta siswa mendengar dan menerima sambil bertanya jika belum/tidak mengerti. Guru dapat bertindak sebagai subyek dari pendidikan di sekolah dan siswa sebagai obyek pendengar. Guru dan sisiwa pun dapat bertindak sebagai subyek dari pendidikan itu sendiri. Siswa dapat mengembangkan pengetahuanya sendiri berdasarkan apa yang telah ia diketahui dan dipahami. Karena itu sangat diharapkan bagi seorang guru harus mampu memberikan sesuatu bagi anak-anak didik sampai mereka mengerti dan memahami.

  • PERAN ORANG TUA DAN GURU

Sebagai figur yang utama dalam mendidik anak, orang tua dan guru memiliki beberapa peran yang perlu diperhatikan :

  • Sebagai pendidik

Menanamkan kepada anak, ilmu pengetahuan demi perkembangan kemampuan otak anak. Orang tua dan guru hanya dapat  berperan dan bertindak  sebagai figur pemberi ilmu saja. Anak diajarkan untuk tahu menulis, membaca, menghitung dan berbicara, serta memberikan ujian kepada anak serta bobot nilai untuk mengukur kemampuan otak anak.

  • Sebagai Pembina, pembimbing dan pendorong

Bertindak sebagai Pembina berarti selalu mengikuti perkembangan diri anak, selalu menekankan hal baik dan benar yang boleh dilakukan dan hal yang tidak baik dan jahat untuk tidak boleh dilakukan. Orang tua dan guru membimbing anak untuk selalu berjuang keras demi mencapai masa depan yang cerah. Membina dan membimbing anak ketika dia berada dalam suatu masalah entah itu di Rumah maupun di Sekolah. Karena itu cara yang pas untuk mendidik dan membina itu bukan dengan tindakan kekerasan, tetapi dengan cara yang lebih bermoral yang dapat menghargai pribadi anak didik itu sendiri. Selalu mendorong anak untuk semangat dengan memberikan nasehat-nasehat yang menyegarkan dan membangun.

  • PENEKANAN ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
  • Pendidikan macam manakah yang dapat diandalkan supaya dapat mencapai suatu pribadi anak yang seimbang? Ini adalah suatu pertanyaan yang tidak hanya sekedar untuk dipikirkan tetapi lebih jauh dari itu, harus dinyatakan.
  • Pengetahuan anak

Anak diberikan ilmu pengetahuan untuk tahu dan kemudian mengembangkanya sendiri sambil diawasi oleh guru dan orang tua. Anak diajar dan dilatih untuk tahu berpikir, menulis, membaca, berbicara dan menghitung.

  • Anak butuh kasih sayang

Kita tidak bisa mendidik anak dengan cara kekerasan, karena itu justeru membuat anak didik itu menyimpan rasa dendam yang akan menghambat perkembangan dirinya sendiri. Anak harus dididik dalam kasih sayang. Dididik dalam kasih sayang bukan berarti anak dimanja sehingga anak berbuat salah pun dilepaskan saja. Karena hal seperti inilah yang merusak tujuan pendidikan yang sebenarnya. Hati anak diasah untuk melihat nilai sebuah kasih sayang sebagai sebuah  cara untuk mendorong anak semakin semangat dalam belajar untuk mengejar cita-cita.

  • Kepada anak juga harus ditanamkan nilai-nilai moral
  • Anak juga dilatih untuk bagaimana bertindak dengan moral dan sopan-santun yang benar, sehingga tidak hanya mengasah otak anak saja tetapi juga harus mengasihi, mengasuh dan memperhatikan perilaku moral anak demi mencapai suatu keseimbangan. Dan  pendidikan yang seimbang adalah suatu model pendidikan yang menyeimbangkan antara pengetahuan anak (otak), hati anak (kasih sayang) dan perilaku moral anak dalam kehidupan sehari-hari.
  • PENUTUP
  • Untuk mencapai suatu pendidikan yang seimbang harus ikut berperan secara aktif juga orang tua, guru serta masyarakat sekitar dan yang paling penting itu adalah pribadi dari anak didik itu sendiri yang dalam proses pendidikan itu mengutamakan beberapa hal yang telah di bahas pada  pada poin E di atas. Jika anak didik itu memiliki rasa semangat yang tinggi untuk mencapai suatu masa depan yang cerah maka dengan sendirinya ia akan berjuang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun