Jalan menuju Bukit Matahari berikutnya memang sangat berat. Namanya saja Bukit Matahari, lokasinya pasti sangat tinggi. Begitu juga dengan jalannya, penuh dengan pendakian tajam dengan jarak yang cukup panjang. Belum lagi kondisi jalan yang didominasi oleh jalan tanah yang penuh lobang terkena laju erosi.
"Kalau saja mobil hitam tadi yang kita bawa ke sini, pasti nggak akan sanggup mendaki tanjakan sepanjang ini sekalipun dia pakai double gardan", kata Bang Eki mengomentari kondisi jalan yang dilalui.
"Tapi kalau pakai mobil ini medan berat begini sepertinya bukan masalah, semua jalan dianggap datar. Saat mobil masuk lobang hentakannya nyaris nggak terasa, lihat aja di belakang, si Lading masih bisa ngorok sekalipun mobil nyaris terperosok", ujar Bang Faisal sambil melirik kearah si Lading yang duduk terkantuk-kantuk.
"Makanya Bang, untuk proyek kita ni belilah satu mobil seperti ini", timpalku.
"Kajian awak indak sampai sinan ndo, itu kajian toke-toke gadang. Kajian kita nggak sampai situ, itu urusannya bos-bos besar", jawab bang Faisal.
Tak terasa waktu berlalu, dua jam sudah menempuh perjalanan. Tepat jam empat tapi kurang tiga menit sampailah kami di Bukit Matahari. Uda Ong menyambut kami dengan senyum bahagia.
"Syukurlah kalian datang juga, warga sudah mulai resah. Mereka menunggu sudah lebih dari tiga jam", ujar Uda Ong.
"Untunglah ada Pak Camat, kalau tidak entahlah. Pak Camat bilang tunggu sampai jam empat, kalau rombongan tidak datang juga acara akan saya buka, dan langsung saya bubarkan", lanjut Uda Ong.
MUDAH-MUDAHAN MASIH ADA SAMBUNGANNYA LAGI...