"Pah, Tante Ria berterimakasih kepada Mama!" suatu hari ketika kami sedang menikmati sajian sore bersama anak-anakku.
"Dalam rangka apa kok tiba-tiba Tante yang galak dan tidak pernah senyum ini bisa berterimakasih?" tanyaku heran.
"Masak papa lupa? Itu tentang Ani si gadis tetangga kita."
"Ohya, papa baru ingat. Bagaimana ceritanya?" lalu istriku menceritakan pada suatu kesempatan bersama mama Ani. Biasalah para Ibu ngerumpi ke sana-kemari. Di saat ada momen yang tepat , istriku menceritakan tentang anak kami si bungsu.
"Mama ceritakan bagaimana si bungsu kita marah saat diingatkan untuk pakai parfum karena bau badannya."
"Yadah adik," tiba-tiba kakaknya menyela pembicaraan kami, "adik harus rajin mandi juga."
"Dik harus rajin bersihkan area di ketiak. Bila perlu kuris, bersihkan atau gosok yang rutin agar dakinya hilang." Sambut kakaknya yang lain.
"Benar ya sayang, " mamanya membela si bungsu karena melihat si bungsu yang tersinggung dan mau ngambul. "Benar kata kakak-kakak. Adik harus rutin membersihkan area di ketiak, badan maupun di selangkangan. Lap sampai kering baru pakai pakaiannya."
"Ingat pakai parfum yang kakak belikan!" kakaknya ikut menguatkan.
"Ya dah!" si bungsu ngambek karena merasa di sudutkan. Lalu ia pergi mandi. Kamipun tertawa melihat tingkahnya yang lucu itu.