Mohon tunggu...
Fr. Fransesco Agnes Ranubaya
Fr. Fransesco Agnes Ranubaya Mohon Tunggu... Calon Imam Diosesan Keuskupan Ketapang Kalbar

Penulis Majalah DUTA Pontianak, Ordo Fransiskan Sekuler (OFS) Regio Kalimantan, Calon Imam Diosesan Keuskupan Ketapang Kalbar, Alumni UWD Fak. Sistem Informasi (S1), dan Mahasiswa STFT Widya Sasana Malang Prodi. Filsafat Keilahian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Formasi Calon Imam Penuh Kasih

6 Juni 2025   07:40 Diperbarui: 6 Juni 2025   07:40 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Formator: Menjadi Seperti Kristus

Seorang formator dipanggil untuk menjadi ikon Kristus: sabar, rendah hati, dan berani hadir. Bukan sekadar guru atau evaluator, tetapi sahabat rohani. OT 5 menyebut bahwa mereka yang memimpin formasi harus menjadi "orang-orang yang sungguh-sungguh mengerti hati manusia dan mampu mendampingi pertumbuhan pribadi."

Maka, sikap konkret yang perlu dihidupi oleh para formator meliputi:

  • Membangun relasi pribadi: bukan sekadar menjadwalkan pertemuan mingguan, tapi hadir sebagai teman ziarah hidup rohani.

  • Memberi ruang refleksi: libatkan formandi dalam pembacaan hidup mereka sendiri, bukan hanya pasif menerima penilaian.

  • Mendampingi dalam kegagalan: jangan jadikan kegagalan sebagai alasan mengeluarkan, tapi sebagai momen belajar bersama.

  • Menghayati semangat belas kasih: melihat potensi lebih dari kelemahan. Percaya bahwa setiap pribadi bisa bertumbuh---seperti Petrus yang akhirnya memimpin Gereja meski pernah jatuh.

Formasi adalah Jalan Kasih yang Panjang

Formasi imam adalah perjalanan panjang. Ini bukan ruang steril untuk mencetak pribadi ideal, tapi tanah subur untuk menumbuhkan benih panggilan yang rentan namun penuh harapan. Belas kasih bukan kelemahan. Justru belas kasih adalah kekuatan yang membentuk hati seorang gembala sejati.

Gereja hari ini membutuhkan imam yang mengerti manusia---karena mereka sendiri pernah dimengerti. Gereja butuh imam yang sabar---karena mereka pernah disabari. Gereja butuh imam yang penuh kasih---karena mereka dibentuk dalam kasih, bukan dalam ketakutan.

Maka, selama seorang formandi masih mau bertumbuh, masih mau belajar, dan tetap membuka hatinya kepada Tuhan---formasi seharusnya menjadi rumah, bukan pengadilan. Rumah di mana ia bisa jatuh, lalu bangkit. Di mana ia bisa gagal, tapi dikuatkan. Dan akhirnya menjadi imam bukan karena sempurna, tetapi karena pernah dikasihi dan kini siap mengasihi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun