Formator: Menjadi Seperti Kristus
Seorang formator dipanggil untuk menjadi ikon Kristus: sabar, rendah hati, dan berani hadir. Bukan sekadar guru atau evaluator, tetapi sahabat rohani. OT 5 menyebut bahwa mereka yang memimpin formasi harus menjadi "orang-orang yang sungguh-sungguh mengerti hati manusia dan mampu mendampingi pertumbuhan pribadi."
Maka, sikap konkret yang perlu dihidupi oleh para formator meliputi:
-
Membangun relasi pribadi: bukan sekadar menjadwalkan pertemuan mingguan, tapi hadir sebagai teman ziarah hidup rohani.
Memberi ruang refleksi: libatkan formandi dalam pembacaan hidup mereka sendiri, bukan hanya pasif menerima penilaian.
Mendampingi dalam kegagalan: jangan jadikan kegagalan sebagai alasan mengeluarkan, tapi sebagai momen belajar bersama.
Menghayati semangat belas kasih: melihat potensi lebih dari kelemahan. Percaya bahwa setiap pribadi bisa bertumbuh---seperti Petrus yang akhirnya memimpin Gereja meski pernah jatuh.
Formasi adalah Jalan Kasih yang Panjang
Formasi imam adalah perjalanan panjang. Ini bukan ruang steril untuk mencetak pribadi ideal, tapi tanah subur untuk menumbuhkan benih panggilan yang rentan namun penuh harapan. Belas kasih bukan kelemahan. Justru belas kasih adalah kekuatan yang membentuk hati seorang gembala sejati.
Gereja hari ini membutuhkan imam yang mengerti manusia---karena mereka sendiri pernah dimengerti. Gereja butuh imam yang sabar---karena mereka pernah disabari. Gereja butuh imam yang penuh kasih---karena mereka dibentuk dalam kasih, bukan dalam ketakutan.
Maka, selama seorang formandi masih mau bertumbuh, masih mau belajar, dan tetap membuka hatinya kepada Tuhan---formasi seharusnya menjadi rumah, bukan pengadilan. Rumah di mana ia bisa jatuh, lalu bangkit. Di mana ia bisa gagal, tapi dikuatkan. Dan akhirnya menjadi imam bukan karena sempurna, tetapi karena pernah dikasihi dan kini siap mengasihi.