Indonesia perlu berani bermimpi sejauh itu. Tapi mimpi ini tidak bisa terwujud jika transportasi umum masih dianggap sebagai beban proyek, bukan sebagai investasi sosial. Budaya naik kendaraan pribadi harus digeser, tapi bukan dengan paksaan, melainkan dengan memberikan alternatif yang lebih baik.
Penutup
Transportasi umum bukan sekadar moda pengangkut. Ia adalah simbol dari peradaban, keadilan sosial, dan visi lingkungan yang berkelanjutan. Di tengah krisis kemacetan yang menggerus produktivitas dan pencemaran udara yang makin memburuk, kita tak bisa lagi bersikap pasif.
Saat kamu menolak naik transportasi umum karena tidak nyaman, sebenarnya kamu tidak salah. Tapi jangan biarkan itu menjadi alasan untuk berhenti menuntut perbaikan. Karena hanya dengan suara kolektif dari masyarakat, pemerintah akan terdorong untuk membangun sistem yang lebih baik.
Kini waktunya kita memandang ulang apa arti mobilitas. Bukan soal siapa punya mobil lebih mahal, tapi siapa yang bisa bepergian lebih efisien, murah, dan ramah lingkungan. Transportasi umum bukan lagi sekadar opsi. Ia harus menjadi tulang punggung kota masa depan yang sehat, adil, dan berdaya saing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI