Kita perlu refleksi besar sebagai masyarakat: kenapa kita bisa sampai pada titik di mana anak nakal masuk barak dianggap solusi terbaik? Apakah kita benar-benar ingin membina, atau hanya ingin menyingkirkan anak-anak yang dianggap "bermasalah"? Kalau kita serius ingin membangun generasi yang kuat, maka membangun karakter bukan cuma urusan barak militer. Itu harus jadi tanggung jawab bersama  mulai dari rumah, sekolah, hingga komunitas.
Anak-anak bukan kertas kosong yang bisa dicetak dengan pola yang sama. Mereka punya cerita, latar belakang, dan kompleksitas masing-masing. Kita harus lebih sabar, lebih kritis, dan lebih terbuka dalam mendampingi mereka. Jangan buru-buru menghukum ketika mereka salah. Sebaliknya, cari tahu kenapa mereka bisa seperti itu, dan bantu mereka bangkit.
Jangan biarkan kegagalan kita sebagai orang dewasa ditutupi dengan solusi keras yang justru memperparah luka. Kalau memang harus ada tempat untuk mendisiplinkan anak, pastikan itu bukan tempat yang mencabut kemanusiaannya. Pendidikan, sejatinya, bukan sekadar membuat anak patuh. Tapi membuat mereka paham, tumbuh, dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.
Penutup
Ketika kamu mendengar lagi soal anak-anak nakal yang dikirim ke barak militer, cobalah bertanya satu hal: benarkah itu solusi, atau itu hanya cara kita menolak bertanggung jawab? Jangan buru-buru menyetujui sesuatu hanya karena terlihat tegas. Bisa jadi, ketegasan itu menyembunyikan ketakutan kita sendiri untuk menghadapi kenyataan.
Anak-anak adalah cerminan dari lingkungan yang membesarkannya. Kalau kita ingin mereka berubah, mungkin kita harus mulai dengan mengubah cara kita melihat dan memperlakukan mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI