Ketiga, pendidikan vokasi dan pelatihan kerja harus diposisikan bukan sekadar memenuhi kebutuhan pasar, tapi memperkuat posisi tawar pekerja. Seorang pekerja harus bisa bilang "tidak" pada pekerjaan yang eksploitatif, karena dia punya pilihan lain yang layak.
Dan terakhir, kita harus mulai mengubah cara kita berbicara tentang kerja dan ekonomi. Pertumbuhan PDB bukanlah ukuran satu-satunya kesuksesan. Kesejahteraan manusia, distribusi keadilan, dan kualitas hidup pekerja adalah indikator yang jauh lebih bermakna.
Kalau kita serius membangun masa depan, maka masa depan itu harus dibangun di atas fondasi pekerja yang kuat bukan di atas penderitaan mereka.
Penutup
UU Cipta Kerja mungkin dimulai dengan niat baik  atau setidaknya diklaim begitu. Tapi realita yang terjadi menunjukkan, kita butuh lebih dari sekadar niat. Kita butuh kebijakan yang berani berpihak pada manusia, bukan semata-mata angka-angka pertumbuhan.
Sebagai bagian dari generasi pekerja hari ini, kamu berhak menuntut itu. Karena tanpa perlindungan hak yang nyata, kerja bukan lagi jalan menuju kesejahteraan, tapi jalan menuju kelelahan tanpa ujung.
Perjuangan ini belum selesai. Dan suara kamu adalah bagian penting dari perubahan itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI