Kamu tidak diminta untuk anti terhadap semua metode diet, tapi penting untuk memahami bahwa tubuhmu bukan mesin yang bisa dipaksa kerja terus-menerus tanpa konsekuensi.
Kekosongan Emosional yang Diisi dengan Aturan Makan
Apa yang sebenarnya kamu cari saat mulai diet? Jawaban ini sering kali tidak terletak pada kebutuhan fisik, melainkan kebutuhan emosional. Dalam dunia yang serba tidak pasti, aturan-aturan makan memberi ilusi kontrol. Saat segala aspek hidup terasa berantakan, setidaknya kamu bisa menentukan jumlah kalori yang masuk hari ini.
Inilah mengapa banyak orang terjerat diet ekstrem. Bukan karena mereka ingin sehat, tapi karena mereka ingin merasa "berkuasa" atas hidupnya. Makanan menjadi medan tempur antara diri dan ekspektasi, antara kebutuhan dan rasa bersalah.
Masalahnya, tubuh tidak bisa diperlakukan seperti proyek jangka pendek. Ia menyimpan semua trauma, baik yang tampak maupun yang tidak. Diet yang terlalu ketat bukan hanya memengaruhi fisik, tapi juga memicu gangguan psikologis seperti anxiety, depresi, bahkan eating disorder. Sebuah studi dari National Eating Disorders Association (NEDA) menyebutkan bahwa hampir 35% pelaku diet ekstrem mengalami gangguan makan dalam dua tahun pertama.
Dan yang menyakitkan, banyak dari mereka tidak sadar. Karena gangguan itu tersamar oleh label "self-discipline", "komitmen", atau "dedikasi". Padahal, tidak semua kontrol adalah bentuk kekuatan. Terkadang, ia justru menjadi bentuk penolakan terhadap tubuhmu sendiri.
Ketika Kamu Tidak Lagi Memutuskan Sendiri
Apa jadinya jika keputusan paling pribadi seperti apa yang kamu makan sebenarnya sudah ditentukan dari luar dirimu? Di balik kebiasaan diet yang kini dianggap normal, ada mekanisme sosial yang sangat kuat bekerja.
Kamu mungkin merasa punya kendali, tapi kenyataannya kamu dikondisikan. Sejak kecil, perempuan diajarkan bahwa tubuhnya adalah "nilai jual". Laki-laki didorong untuk tampil "fit" agar maskulin. Di bangku sekolah, kamu mungkin pernah diejek karena tubuhmu tidak ideal. Di kantor, kamu mungkin merasa lebih percaya diri saat berhasil menurunkan berat badan. Semua itu menunjukkan bahwa diet bukan hanya soal pribadi ia adalah produk sosial.
Sosiolog modern bahkan menyebut diet sebagai bentuk disiplin tubuh yang dikontrol sistem. Kamu didorong untuk menyalahkan dirimu sendiri ketika gagal, padahal sistem sosial yang meracuni persepsimu tentang tubuh. Inilah mengapa banyak orang terus-menerus diet, meski tak pernah benar-benar bahagia. Karena dalam sistem ini, tubuh yang puas adalah tubuh yang berbahaya bagi industri diet.
Ketika kamu sadar bahwa motivasi dietmu lebih banyak dipengaruhi tekanan luar daripada kebutuhan tubuhmu sendiri, maka kamu bisa mulai mengambil kembali otoritas atas dirimu sendiri. Dan mungkin untuk pertama kalinya, kamu akan berhenti merasa bersalah karena makan nasi putih.